Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah bom diletakkan di sudut-sudut strategis masjid tua itu. Sabtu siang dua pekan lalu, sekelompok orang militan bersenjata berkumpul untuk menghancurkan Masjid Agung Sidi al-Sha'ab, Tripoli. Namun ledakan itu hanya mampu merusak sebagian bangunan. Tak puas melihat hasilnya, mereka mendatangkan alat berat dan buldoser. Hanya dalam hitungan jam, masjid itu pun rata dengan tanah.
"Mereka datang menggunakan senjata medium dan berat dengan maksud menghancurkan masjid," kata seorang pejabat pemerintah kepada Reuters. Aparat keamanan tak berdaya, seraya melarang warga mendekat. Menurut dua saksi, para pelaku mengenakan pakaian jubah putih dan bersorban. Pelaku peledakan adalah kelompok Islam ultrakonservatif Salafi.
Di dalam Masjid Sidi Al-Sha'ab yang bersejarah terdapat 50 makam Sufi yang kini hancur berantakan setelah ledakan itu. Di samping masjid, ada makam Sidi Abdullah al-Sha'ab, ulama Sufi Libya abad ke-16.
"Salafi Libya menjalankan anjuran ulama Salafi di Arab Saudi untuk menghancurkan tempat-tempat suci agama yang dianggap obyek penyembahan berhala," kata seorang imam tarekat yang enggan disebut namanya. Sejumlah muslim Salafi di negara-negara yang diroyan Arab Spring, kata dia, telah menargetkan situs Sufi di Mesir, Mali, dan Libya selama setahun terakhir. Mereka mengikuti langkah Taliban yang menghancurkan enam patung Buddha di Bamiyan, Afganistan tengah, pada 2001.
Di mata Salafi seperti ini, kelompok Sufi telah menyimpang dari ajaran Islam. Sebab, Sufi menggunakan masjid dan makam ulama untuk meminta berkah, kesuksesan, dan keinginan mendapat jodoh. Salafi menyamakan praktek pengkultusan kuburan dengan penyembahan berhala. Ditambah lagi, Sufi sering memperingati perayaan hari besar Islam dengan nyanyian dan menari.
Kepada warga, Salafi setempat menyebut Masjid Al-Sha'ab bagian dari sarang ilmu hitam, dan karena itu harus dihancurkan. Dalam penghancuran itu, tiga wartawan Al-Assema, saluran televisi swasta, sempat ditahan oleh pasukan keamanan Libya. Mereka merekam gambar pasukan yang mengepung lokasi. Namun beberapa jam kemudian awak media itu dibebaskan.
Ulama Sufi Libya menuduh ekstremis agama telah mengambil keuntungan dari kekosongan kekuasaan untuk membersihkan agama dari segala macam khurafat. "Inilah ketika para pejabat keamanan sedang sibuk mengatasi loyalis Qadhafi," kata Mohammed Salim, ulama Sufi dan penjaga kuil Asmar di Zlitan. Jumat dua pekan lalu, ekstremis meruntuhkan Islamic Center dan kompleks pemakaman ulama Sufi tersohor Abdel Salam al-Asmar di Zlitan, sekitar 160 kilometer sebelah barat Tripoli. Mereka membakar perpustakaan bersejarah dan membongkar makamnya. Dalam sembilan bulan terakhir, setidaknya tiga tempat suci Sufi lain telah dirusak.
Partai-partai dengan simbol keagamaan, Salafi dan Al-Ikhwan al-Muslimun, gagal menguasai parlemen. Koalisi politik liberal, Aliansi Kekuatan Nasional, yang menganut sistem politik yang toleran kepada Barat, lebih dominan di parlemen. Tak mampu berbuat banyak di parlemen, mereka sering menempuh jalan kekerasan.
Secara historis, sebagian besar warga Libya mengikuti ajaran Sufi. Aliran mistik Islam banyak dianut di negara Afrika Utara. Salafi tidak memiliki daya tarik di Libya. Penduduk Libya menilai ajaran Islam Salafi sebagai impor dari negara-negara Teluk Arab. Salafi berkembang seiring dengan jatuhnya kekuasaan Presiden Libya Muammar Qadhafi. Mereka sering berselisih dengan Sufi Libya, dari soal persaingan antarsekolah Islam hingga penyerangan masjid. Bahkan Salafi membentuk brigade bersenjata untuk melawan musuhnya.
Di bawah Qadhafi, Libya berhasil menekan Salafi. Akhirnya Salafi berkembang di daerah terpencil ketimbang di pusat Kota Benghazi. Salafi memiliki hubungan erat dengan Al-Qaidah. Salafi Libya juga sering mengirim kelompok militan ke Afganistan. Bahkan mereka menjadi salah satu tulang punggung perlawanan Taliban.
Ketika Qadhafi terguling, Salafi muncul ke publik. Mereka mengambil alih masjid-masjid, bahkan mengangkat bendera Al-Qaidah atas gedung pengadilan di Benghazi. Kelompok Salafi juga mempunyai dukungan kuat di antara tokoh-tokoh militer Libya. Pada Oktober tahun lalu, pejabat Dewan Transisi Nasional menjamin masuknya syariah. Namun seperti apa bentuk konstitusi masih diperdebatkan. Presiden Kongres Nasional Libya Mohamed al-Magariaf adalah tokoh liberal sehingga ada kekhawatiran janji itu sekadar janji. Ia mengatakan konstitusi akan selesai pada bulan depan.
Kini, setelah peledakan makam suci itu, Mohamed al-Magariaf menggelar rapat dengan semua pejabat keamanan. Parlemen menyesalkan sikap aparat yang lamban. Mereka meminta pertanggungjawaban Menteri Dalam Negeri Fawzi Abdel A'al, yang dianggap lalai. Melihat kuatnya tekanan, A'al memilih mundur. "Ini tindakan yang dikutuk oleh agama. Kami akan menyelidiki dugaan keterlibatan aparat," kata Magariaf dalam pernyataannya di televisi pemerintah.
Ahad dua pekan lalu, 2.000 penganut tarekat menggelar aksi protes atas "serangan" Salafi di Tripoli itu. Mereka membawa spanduk yang mengharapkan adanya toleransi. Pemerintah pun diminta menindak ekstremis itu. Sufi belum pernah membalas serangan Salafi. "Negara ini Libya, bukan Afganistan," kata seorang perempuan yang tergabung dalam aksi.
Hisham Krekshi, Wakil Ketua Dewan Lokal Tripoli, berjanji bahwa aparat keamanan akan menjaga semua situs suci dan masjid penganut Sufi. Hingga Kamis pekan lalu, sejumlah toko di Tripoli memilih tutup sementara. Menurut Hashim, konflik ini sulit dicari penyelesaiannya. "Perselisihan itu telah ada selama 14 abad. Akan sulit menghentikannya," katanya.
Kepala Institut Timur Tengah yang berbasis di Moskow, Yevgeny Satanovsky, mengatakan serangan bom pada beberapa pekan terakhir bisa memicu rusaknya tatanan demokrasi yang baru saja dimulai. Menurut dia, tidak mudah membangun negara setelah revolusi. Ia mencontohkan Mesir yang mampu menyeimbangkan kekuatan besar, Al-Ikhwan dan militer, untuk menjaga politik. "Biasanya sedikit riak saja akan membangkitkan perebutan kekuasaan antara kelompok politik, agama, dan kriminal," katanya.
Eko Ari Wibowo (Reuters, Albawaba, Miami Herald, http://libyasos.blogspot.com)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo