Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sebabkan Polusi, India Larang Kembang Api dan Petasan di Perayaan Diwali

Walaupun ada pelarangan, petasan dan kembang api tetap digunakan warga India untuk merayakan Diwali

2 November 2024 | 20.16 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Perayaan Diwai di Pakistan. Tahun ini, Diwali dirayakan pada 31 Oktober 2024. Di India, Nepal, dan beberapa negara lainnya, festival ini menyatukan komunitas Hindu, Jain, dan Sikh dalam semangat kegembiraan, kemenangan kebaikan atas kejahatan, serta harapan untuk masa depan yang lebih cerah. REUTERS/Akhtar Soomro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Warga India tetap menggunakan kembang api dan petasan untuk memeriahkan perayaan Diwali atau Deepavali pada Kamis hingga Jumat lalu. Padahal, di beberapa kota, termasuk New Delhi, ada larangan penggunaan kembang api dan petasan untuk menekan tingkat polusi terburuk dunia di negara itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Petasan merusak lingkungan, tetapi merupakan cara untuk mendatangkan keberuntungan bagi kita,” kata seorang pengusaha lokal, Yash Gadani, di Ahmedabad, Gujarat, dikutip dari Reuters, Sabtu, 2 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Diwali merupakan perayaan untuk menghormati kembalinya Dewa Rama, salah satu sosok penting dalam ajaran Hindu yang paling dihormati. Diwali juga dikenal sebagai festival cahaya untuk melambangkan kemenangan cahaya atas kegelapan, atau kebaikan atas kejahatan. Oleh sebab itu, kembang api menjadi simbol penting dalam perayaan tersebut.

Larangan soal kembang api dan petasan tidak menghentikan orang-orang untuk menggunakannya.

Meski begitu, pabrik-pabrik produsen kembang api dan petasan mengalami penurunan penjualan akibat meningkatnya biaya, termasuk harga petasan yang lebih tinggi yang berujung pada kurangnya permintaan.

Berdasarkan laporan Reuters, ribuan pekerja dengan bubuk mesiu membuat petasan di desa Vanch, dekat Ahmedabad. Industri ini sebagian besar bersifat informal dengan standar keselamatan yang longgar. 

Hampir semua dari 10.000 penduduk Vanch terlibat dan para pekerja dibayar 500 rupee atau Rp 94 ribu per hari dengan durasi pekerjaan hingga 16 jam sehari.

“Beberapa kebakaran di pabrik serta hujan yang tidak sesuai musim telah menyebabkan kenaikan harga bahan baku,” ujar Dipan Patel, salah seorang pengelola sebuah unit di Vanch.

Larangan kembang api dan petasan sulit diterapkan, terutama selama Diwali, meskipun ada ancaman penjara dan denda. 

Adapun New Delhi, kota berpenduduk 20 juta orang, adalah ibu kota paling tercemar di dunia. Sejak Oktober setiap tahun, kualitas udara memburuk karena faktor-faktor seperti pembakaran jerami pertanian setelah panen, asap mobil, dan asap petasan terperangkap di atas kota.

"Insiden pembakaran jerami menurun, tetapi asap yang dihasilkan oleh petasan perlu dikendalikan," ucap Menteri Lingkungan Hidup Delhi Gopal Rai kepada kantor berita ANI, dilansir dari Reuters. 

REUTERS

Pilihan editor: Israel Klaim Bunuh Pejabat Senior Terakhir Hamas di Khan Younis

 

 

 

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus