Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali mengubah museum bersejarah bekas gereja menjadi masjid pada Jumat setelah sebulan sebelumnya mengubah Museum Hagia Sophia menjadi masjid.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Erdogan dengan Partai AK yang berakar pada Islam konservatif, telah memposisikan dirinya sebagai pendukung Muslim Turki dan bulan lalu bergabung dengan puluhan ribu jemaah dalam salat Jumat pertama di Hagia Sophia dalam 86 tahun terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tahun lalu, pengadilan Turki membatalkan keputusan pemerintah tahun 1945 yang mengubah Chora menjadi museum yang dijalankan oleh Kementerian Pendidikan.
Pada 21 Agustus Erdogan mengubah gereja abad pertengahan yang bernama lengkap Gereja Juru Selamat Suci di Chora, yang dibangun di dekat tembok kota kuno Konstantinopel, menurut Reuters, 22 Agustus 2020.
Dekrit yang ditandatangani oleh Erdogan dan diterbitkan dalam lembaran resmi Turki menyatakan "pengelolaan Masjid Kariye dipindahkan ke Direktorat Urusan Agama, dan (masjid) dibuka untuk beribadah."
Museum Chora.[Anadolu]
Gereja Chora, atau Kariye dalam bahasa Turki, berisi mosaik dan lukisan dinding Bizantium abad ke-14 yang menampilkan pemandangan dari cerita-cerita Alkitab.
Mosaik itu diplester setelah Konstantinopel ditaklukkan oleh Kesultanan Ottoman pada 1453, tetapi terungkap kembali ketika bangunan itu diubah menjadi museum oleh republik sekuler Turki lebih dari 70 tahun yang lalu.
Sebuah gereja pertama kali dibangun di situs tersebut pada abad ke-4, tetapi sebagian besar bangunan yang ada berasal dari gereja abad ke-11 yang sebagian dibangun kembali 200 tahun kemudian setelah gempa bumi.
Petugas polisi Turki berjaga di atas museum Kariye (Chora), gereja St. Savior abad ke-11, selama kunjungan Pangeran Charles Inggris dan istrinya Camilla di Istanbul, 28 November 2007. [REUTERS / Fatih Saribas]
Menurut situs web Church of Chora, biara bernama Chora pada awalnya dibangun tepat di luar tembok kota Konstantinopel tetapi tetap menggunakan nama Chora bahkan setelah tembok-tembok itu diperluas oleh Theodosius II pada tahun 413–414.
Nama ini berasal dari kata Yunani "Hora" yang berarti "negara" atau "tanah", mengacu pada lokasinya dan membawa makna simbolis karena mosaik gereja menggambarkan Kristus sebagai Tanah Yang Hidup.
"Mosaik dan lukisan dinding di Chora adalah contoh terindah yang berasal dari periode terakhir lukisan Bizantium (abad ke-14)", kata situs resmi Museum Chora, dikutip dari Middle East Eye.
Gereja Chora dan Hagia Sophia memiliki sejarah yang sama, karena keduanya awalnya dibangun kembali oleh kaisar Bizantium Justinian pada abad keenam. Mosaik dan lukisan dinding yang terkenal yang menggambarkan kehidupan Yesus dan Bunda Maria ditambahkan ke gedung pada abad ke-14 setelah beberapa rekonstruksi dan perluasan.
Bangunan itu diubah menjadi masjid pada tahun 1511, beberapa dekade setelah penaklukan Istanbul pada 1453. Baik Hagia Sophia maupun Gereja Chora digali oleh ahli filantropis dan Bizantium Amerika yang sama, Thomas Whittemore, pada tahun 1930-an dan 1940-an.