Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pemuka agama Islam di Pakistan dipukuli sampai mati karena diduga membuat pernyataan menista selama kampanye partai oposisi di provinsi barat laut Khyber Pakhtunkhwa, kata seorang pejabat polisi setempat kepada Al Jazeera.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nigar Alam, seorang pemimpin agama Muslim setempat, diminta untuk memberikan pidato pada rapat umum yang diselenggarakan oleh partai Tehreek-e-Insaf (PTI) mantan Perdana Menteri Imran Khan di desa Sawaldher di distrik Mardan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alam dibunuh massa setelah dia “mengeluarkan beberapa pernyataan menghujat yang membuat marah orang”, seorang pejabat setempat, yang meminta namanya tidak disebutkan, mengatakan kepada Al Jazeera.
Polisi awalnya berhasil membawa Alam ke tempat aman di toko terdekat, tetapi massa mendobrak pintu, menyeretnya keluar secara paksa dan memukulinya dengan pentungan. Akibat pemukulan itu, dia meninggal di tempat kejadian.
Video main hakim sendiri itu telah dibagikan secara luas di media sosial, dengan polisi terlihat berusaha dengan sia-sia untuk menghentikan massa yang secara brutal memukuli pria tersebut.
Tubuh Alam dibawa ke rumah sakit untuk proses lebih lanjut dan penyelidikan sedang dilakukan, kata pejabat itu.
“Kami telah mengajukan laporan informasi pertama di mana polisi sendiri yang mengadu, tetapi karena sensitivitas masalah ini, laporan itu disegel,” tambahnya.
Penistaan Agama
Penistaan agama adalah masalah yang sangat sensitif di Pakistan yang mayoritas Muslim, di mana bahkan tuduhan yang tidak terbukti dapat memicu massa dan kekerasan.
Pada Februari, massa yang marah memasuki kantor polisi di kota Lahore, Pakistan timur, menculik seseorang yang dituduh melakukan penistaan agama dari selnya dan membunuhnya.
Pada Desember 2021, seorang warga negara Sri Lanka, Priyantha Diyawadanage, yang bekerja sebagai manajer pabrik di Pakistan, dipukuli hingga tewas dan dibakar oleh massa yang marah atas tuduhan penistaan.
Perdana Menteri Khan saat itu secara terbuka mengkritik pembunuhan Diyawadanage, menyebutnya sebagai "hari yang memalukan bagi Pakistan". Beberapa bulan kemudian, enam orang dijatuhi hukuman mati karena peran mereka dalam pembunuhan main hakim sendiri.
Hal yang sama terjadi pada Mashal Khan, seorang mahasiswa berusia 23 tahun yang digantung di kampus universitasnya setelah debat tentang agama.
Kelompok HAM internasional dan Pakistan mengatakan tuduhan penistaan agama sering digunakan untuk mengintimidasi agama minoritas dan menyelesaikan masalah pribadi. Pemerintah Pakistan telah lama berada di bawah tekanan untuk mengubah undang-undang penistaan agama, tetapi kekuatan politik lain di negara itu menolak keras.
Menurut Pusat Keadilan Sosial, sebuah kelompok independen yang mengadvokasi hak-hak minoritas, lebih dari 2.000 orang telah dituduh melakukan penodaan agama sejak 1987, dan setidaknya 88 orang telah dibunuh oleh massa setelah tuduhan serupa.
AL JAZEERA