Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Klub menembak Kaitaia terbakar sehari sebelum pengumuman larangan senjata api Selandia Baru dan sepekan pascateror penembakan di Christchurch. Api terlihat menyala dari klub tembak pada Selasa pukul 4 pagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut laporan New Zealand Herald, 22 Maret 2019, lokasi klub tembak ini jauh dari permukiman sehingga kebakaran tidak diketahui oleh warga sekitar. Namun banyak warga terbersit bahwa kebakaran klub tembak berhubungan tak langsung dengan penembakan di Christchurch.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya menduga apakah ini berkaitan (dengan Christchurch). Christchurch adalah hal pertama yang terlintas di benak saya," kaya salah satu warga. Meskipun warga menduga, belum ada fakta dan bukti penyebab kebakaran klub tembak ini.
Setelah pengumuman larangan senjata bergaya militer, sentimen kepemilikan senjata api mulai meningkat.
PM Jacinda Ardern mengumumkan Selandia Baru akan melarang senjata api semi-otomatis bergaya militer dan semua jenis senapan serbu (rifle) di bawah UU Kepemilikan Senjata Api yang baru, pasca-serangan teror penembakan di Christchurch.
Senjata api berbagai jenis di Selandia Baru.[stuff.co.nz]
Pada Kamis kemarin, PM Jacinda Ardern mengatakan, undang-undang baru akan berlaku mulai 11 April dan skema pembelian kembali (buy-back) akan ditetapkan untuk senjata yang dilarang.
"Kini, enam hari setelah serangan, kami mengumumkan melarang semua jenis senjata otomatis gaya militer (MSSA) dan senapa serbu di Selandia Baru," kata Ardern, dikutip dari Reuters, 21 Maret 2019.
"Komponen terkait yang digunakan untuk mengubah senjata ini menjadi MSSA juga dilarang, bersama dengan semua magazin berkapasitas besar," tambah Ardern.
Teroris penembakan Christchurch, Selandia Baru, dilaporkan menggunakan senjata api semi-otomatis termasuk AR-15, pada aksi Jumat lalu yang menewaskan 50 orang dalam dua serangan masjid.