Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Singapura dan Sri Lanka akan Gabung Koalisi AS di Laut Merah

Singapura dan Sri Lanka akan bergabung dengan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat untuk menjaga keamanan di Laut Merah

10 Januari 2024 | 08.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kapal kargo Galaxy Leader dikawal oleh kapal Houthi di Laut Merah dalam foto ini dirilis 20 November 2023. Houthi Military Media/Handout via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Singapura dan Sri Lanka akan bergabung dengan koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat untuk menjaga keamanan di Laut Merah, di tengah serangan kelompok Houthi Yaman terhadap kapal-kapal komersial di perairan tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Pertahanan Singapura mengatakan akan berpartisipasi dalam Operasi Penjaga Kemakmuran untuk melawan serangan-serangan Houthi dan mengamankan jalur maritim di Laut Merah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Ini adalah bagian dari upaya untuk menjamin kebebasan navigasi di jalur penghubung laut global yang penting ini,” kata pernyataan itu.

Singapura tidak akan mengerahkan kapal apa pun, tetapi akan menyumbangkan personel untuk berbagi informasi dan melakukan perencanaan yang dipimpin oleh seorang perwakilan nasional.

Kelompok bersenjata Houthi di Yaman yang didukung Iran itu kian meningkatkan keterlibatan mereka dalam konflik di Jalur Gaza dengan menyerang apa yang mereka sebut sebagai kapal-kapal yang sedang menuju Israel di Laut Merah bagian selatan.

Mereka mengatakan serangan tersebut bertujuan mendukung rakyat Palestina yang sedang menghadapi “agresi dan blokade ” Israel di Gaza.

Laut Merah adalah salah satu jalur laut yang paling sering digunakan di dunia untuk pengiriman minyak dan bahan bakar.

Sri Lanka juga akan ikut serta dalam operasi yang dipimpin AS itu, meskipun langkah tersebut menuai kritik dari masyarakat karena negara tersebut masih mengalami krisis ekonomi.

Kapten Angkatan Laut Sri Lanka, Wickramasuriya mengatakan kepada NewsWire bahwa pasukan maritim mereka akan mengerahkan kapalnya “untuk melindungi perairan internasional yang meliputi Laut Merah, Laut Arab, Teluk Aden, dan jalur-jalur laut di sekitarnya yang digunakan oleh kapal-kapal dagang.”

“Kapal perang Angkatan Laut Sri Lanka akan dikerahkan sesuai perintah presiden, tetapi tanggal pasti keberangkatannya belum dapat dipastikan,” tambahnya.

Namun, pengumuman tersebut menimbulkan perdebatan di parlemen, di mana pihak oposisi mempertanyakan keuntungan apa yang akan diperoleh Sri Lanka jika ikut dalam operasi melawan Houthi.

Anggota parlemen Sri Lanka, Sajith Premadasa, mengatakan pengerahan sebuah kapal angkatan laut akan menelan biaya sekitar 250 juta Rupee Sri Lanka (sekitar Rp12 miliar) dan bakal menambah beban utang negara.

“Apakah Sri Lanka telah mencapai kesepakatan untuk melunasi utangnya kepada negara-negara asing?” tanya Premadasa.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Sri Lanka Premitha Bandara Tennakoon menegaskan bahwa langkah tersebut “tidak ada hubungannya dengan AS atau Israel".

"Jika kapal-kapal dagang Sri Lanka tidak melewati Laut Merah dan menggunakan pantai Afrika Selatan, hal ini akan menyebabkan kenaikan harga barang-barang secara signifikan," ucapnya.

Sebelumnya, India dan Pakistan mengatakan mereka telah mengerahkan persenjataan angkatan laut mereka untuk menjamin keamanan maritim di Laut Arab, meskipun kedua negara rival di Asia Selatan tersebut tidak bergabung dalam operasi yang dipimpin AS itu.

Di sisi lain, Australia menolak permintaan AS untuk mengirim kapal perangnya ke Laut Merah untuk memerangi Houthi, dan Australia hanya setuju untuk meningkatkan jumlah pasukannya.

ANTARA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus