Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Pyongyang -- Rezim Korea Utara mengatakan mengatakan tidak akan meninggalkan progra senjata nuklir selama Amerika Serikat dan sekutunya terus berupaya "memeras dengan latihan perang" di dekat negara itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jangan berharap ada perubahan kebijakan Korea Utara. Posisi negara ini sebagai kekuatan dahsyat tidak bisa diremehkan atau ditiadakan," begitu dilansir KCNA, Sabtu, 30 Desember 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Kecewa, Trump: Cina Jual Minyak ke Korea Utara!
Pernyataan ini disampaikan lewat kantor berita Korean Central News Agency, yang telah berulang kali menyatakan akan mempertahankan program senjata nuklir negara itu.
Baca: Mengintip Tempat Hacker Korea Selatan Berlatih Hadapi Korea Utara
Dalam laporannya pada Sabtu, 30 Desember 2017, KCNA menyatakan pemerintah komunis itu telah meningkatkan kemampuan pertahanan dan serangan penduluan dengan menggunakan kekuatan senjata nuklir. Ini dilakukan di tengah ancaman nuklir yang meningkat dan pemerasan serta latihan perang yang digelar Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya.
KCNA menuding Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, melakukan kebijakan permusuhan terhadap Korea Utara dan mengancam negara itu dengan serangan penduluan. KCNA menyatakan Korea Utara sebagai negara strategis yang menguasai kekuatan senjata nuklir.
"DPRK sebagai negara kekuatan nuklir yang bertanggung jawab akan memimpin sejarah menuju jalan kemerdekaan," seperti dilansir KCNA. DPRK adalah singkatan dari Democratic People's Republic of Korea.
Korea Utara melakukan uji coba senjata nuklir yang paling kuat pada September lalu, yang mengakibatkan sebagian permukaan gunung tempat lokasi uji coba menjadi runtuh. Negara ini juga menggelar tiga kali uji coba misil antar-benua
pada Juli dan Nopember. Misil Hwasong - 15 diuji coba pada 29 Nopember dan diklaim bisa menyasar semua wilayah daratan AS dengan membawa hulu ledak nuklir.
Uji coba ini membawa Dewan Keamanan PBB secara bulat menjatuhkan sanksi ekonomi berat kepada Korea Utara pada 22 Desember 2017 dengan mencukur drastis suplai minyak mentah dan olahan ke negara itu dari negara lain.
Namun belakangan, intelejen AS dan Eropa menemukan ada indikasi beberapa kapal Cina dan Rusia menyuplai minyak mentah ke Korea Utara lewat transaksi penjualan minyak di tengah laut. Tudingan ini dibantah kedua negara.
CNBC | REUTERS | AP