Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Roket tak berawak dengan rancangan baru bernama Crew Dragon diluncurkan SpaceX ke Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS, Sabtu, 2 Maret 2019. Peluncuran ini merupakan tonggak bersejarah bagi Elon Musk, sebuah perusahaan luar angkasa pemilik SpaceX dan NASA yang ingin membuka penerbangan bagi manusia ke luar angkasa pada tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Roket tanpa awak yang baru diluncurkan itu memiliki tinggi 4,9 meter. Roket itu lepas landas dari Pusat Ruang Angkasa Kennedy, Florida pada Sabtu, 2 Maret 2019 pukul 2.49 dini hari sambil membawa roket uji coba yang dinamai Ripley.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Roket SpaceX Falcon Heavy diluncurkan dari landasan peluncuran bersejarah 39-A di Kennedy Space Center, Florida, A.S., 6 Februari 2018. Roket yang diklaim paling kuat di dunia, meluncur ke luar angkasa pada uji penerbangan debutnya. REUTERS/Thom Baur
Tiga awak di Stasiun Ruang Angkasa Internasional telah dijadwalkan menerima roket itu. Dalam roket itu, juga dimasukkan 400 kilogram suplai kebutuhan dan peralatan untuk melakukan uji coba.
Rencana Elon Musk dan NASA untuk membawa manusia ruang angkasa selama ini mengalami kendala sehingga peluncuran ini adalah hal yang akan tercatat pada sejarah dua lembaga asal Amerika Serikat itu.
“Membawa manusia ke ruang angkasa adalah inti bisnis kami,” kata Hans Koenigsmann, Wakil Presiden Elon Musk, seperti dikutip dari indianexpress.com, Sabtu, 2 Maret 2019.
Dia menjelaskan pihaknya telah berupaya mengembangkan bisnis ini hampir 17 tahun sehingga peluncuran roket tanpa awak Crew Dragon merupakan hal yang membahagiakan.
Sebelumnya pada 2014, NASA memberikan penghargaan pada SpaceX dan pesaingnya Boeing Co kontrak senilai US$ 6,8 miliar atau Rp 96 miliar untuk bisa menerbangkan para astronot Amerika Serikat ke ruang angkasa. NASA memilih kedua perusahaan itu sebagai mitra untuk memastikan keamanan, kepercayaan dan efektifitas biaya untuk bisa mengakses ruang angkasa namun saat yang sama bisa menghindari bahaya monopoli.
Amerika Serikat sangat ingin bisa memiliki kemampuan menerbangkan para astronotnya ke Stasiun Luar Angkasa Internasional tanpa harus menggunakan kapsul-kapsul roket Soyuz buatan Rusia. Pada Jumat, 1 Maret 2019, NASA melalui Twitter dan blog milik mereka, mengunggah gambar-gambar roket Falcon 9 SpaceX yang membawa Crew Dragon secara vertikal dari landasannya.