Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Konglomerat media asal Hong Kong, Jimmy Lai, yang juga aktivis demokrasi, mengatakan polisi menggeledah kantor pribadinya pada Kamis, 15 Oktober 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini terjadi beberapa bulan setelah dia ditangkap atas dugaan melanggar UU Keamanan Nasional Hong Kong.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lai mengatakan polisi tidak menunggu pengacaranya untuk tiba di kantor dan langsung membawa sejumlah dokumen. Polisi belum berkomentar soal ini.
“Mereka hanya ingin mendapatkan sesuatu untuk melawan saya,” kata Lai di luar gedung pengadilan terkait sidang kasusnya seperti dilansir Reuters pada Kamis, 15 Oktober 2020.
Sidang pengadilan itu terkait tuduhan bahwa Lai terlibat dalam peringatan 4 Juni terkait tragedi Lapangan Tiannanmen 1989, yang melibas protes demokrasi di Cina.
Lai menambahkan,”Itu tidak sesuai hukum. Mereka (polisi) mengambil semuanya.”
Salah satu pembantu Lai yaitu Mark Simon mengatakan polisi tidak meninggalkan nama atau kontak dari 14 orang petugas yang menggeledah kantornya.
Lai ditangkap pada Agustus terkait dugaan berkolusi dengan pasukan asing. Sekitar 200 polisi telah menggeledah kantornya yang menerbitkan media Apple Daily, yang merupakan tabloid anti-pemerintah. Polisi juga menggeledah kapal yacht milik Lai.
Lai kerap mengunjungi Washington dan bertemu sejumlah pejabat Amerika termasuk Menlu AS, Mike Pompeo. Dia melakukan ini untuk menggalang dukungan demokrasi bagi Hong Kong, yang membuat Beijing menyebutnya sebagai pengkhianat.
Sumber