Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Indonesia di perbatasan Kalimantan diduga menculik lima warga Sarawak dari wilayah Malaysia pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
New Straits Times melaporkan pada 23 Desember 2018, lima warga Sarawak berusia 15 hingga 64 tahun sedang mengumpulkan kayu di hutan Wong Rangkai dekat Kampung Danau Melikin, 400 meter dari perbatasan Serian-Kalimantan sewaktu siang hari pada 11 Desember. Tiba-tiba mereka didekati oleh dua orang berseragam tentara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kedua pria tersebut bersenjatakan senapan serbu Pindad SS-1, yang menjadi senapan utama TNI.
New Sunday Times melaporkan kelima orang diduga diserbu di lokasi kejadian, dekat kebun sawit WFM Melikin di Balai Ringin.
Kelimanya kemudian dibawa dengan Toyota Hilux, yang diparkir di sekitar dan disuruh berkendara ke pos perbatasan Kalimantan Sg Enteli. Para tentara menuduh mereka mencuri kayu dari wilayah Indonesia.
Kayu yang dikumpulkan oleh lima penduduk desa Sarawak sebelum mereka diduga disergap oleh dua orang bersenjata yang diyakini tentara Indonesia di dekat Kampung Danau Melikin di Sarawak.[New Straits Times]
Pemerintah Malaysia telah mengirim nota protes terkait penahanan paksa warga negaranya. Nota protes dikirim pemerintah Malaysia melalui kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur pada Jumat kemarin.
Menurut laporan NST, selama perjalanan para tentara diduga mengasari lima warga Sarawak dan mengancam menembak jika melawan. Diduga salah satu tentara menembakan dua peluru peringatan.
Selama di pos perbatasan, kelimanya dipaksa mengakui telah mencuri kayu di wilayah Indonesia.
Laporan mengutip laporan polisi yang menuduh tentara memukul mereka dan dipaksa mengambil air di sungai untuk tentara.
Tiga orang tetap ditahan semalaman sementara dua lainnya, kakak-beradik, dibebaskan pada pukul 4 sore untuk mengabarkan kepada keluarga sandera untuk menyerahkan RM 10.000 dan dua gergaji mesin pada tengah malam.
Tentara Malaysia yang memfasilitasi pembebasan sandera dari tentara Indonesia, terpaksa melucuti senjata agar diizinkan untuk memasuki pos perbatasan Indonesia.
Pertemuan kedua dilakukan pada 14 Desember 2018 di sisi perbatasan Malaysia, 200 meter dari pos Sg Eneli, untuk pengembalian sandera. Kali ini dipimpin oleh Komandan Brigade ke-3 Infanteri Malaysia yang bermarkas di Kamp Penrissen, Kuching.
Tentara Indonesia dipimpin oleh perwakilan militer dari Konsulat Jenderal di Kuching. Laporan pertukaran dengan tentara Indonesia ini dikonfirmasi oleh Kepolisian Sarawak dan Militer Malaysia.