Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Ekspor 1999

4 Januari 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sutrisno Iwantono
Staf Ahli Menteri Koperasi/Pengusaha Kecil dan Menengah

Secara tradisional, ada dua aspek yang menentukan ekspor: aspek eksternal (pasar dunia) dan aspek internal (kemampuan industri domestik). Aspek eksternal mencerminkan perilaku konsumsi atau permintaan, sedangkan aspek internal mencerminkan perilaku produksi atau penawaran. Prospek pasar dunia 1999, khususnya di pasar tradisional Indonesia seperti Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat, masih samar dan menunjukkan gambaran campur aduk antara optimisme dan pesimisme.

Beberapa proyeksi menyatakan, krisis ekonomi di Eropa telah mencapai titik nadir. Dan karena itu, ekonominya tahun depan akan bergerak naik. Walaupun demikian, pertumbuhannya diperkirakan masih akan sangat lamban. Sedangkan Jepang masih harus melanjutkan kemundurannya. Pertumbuhan ekonominya diperkirakan minus 2 persen. Padahal, Jepang merupakan pasar utama ekspor kita dan merupakan tumpuan bagi negara-negara Asia. Amerika Serikat, walaupun diperkirakan akan mulai pulih, juga masih samar akibat berbagai persoalan politik dunia saat ini, yang ternyata banyak menimbulkan beban ekonomi.

Perkembangan eksternal yang penuh ketidakpastian itu, bagi kita, lebih baik dipahami secara netral, dalam arti diproyeksikan relatif sama dengan kondisi tahun ini. Dengan demikian, kita tak perlu berandai-andai dengan peluang eksternal. Kunci sukses lebih ditentukan oleh peningkatan kemampuan daya saing dan kapasitas domestik.

Peluang ekspor Indonesia tahun depan masih terbuka, terutama karena dolar tak akan jatuh lebih murah dari Rp 7.000, bahkan diramalkan akan naik hingga di atas Rp 8.000. Setiap kenaikan dolar akan membuka lebih besar peluang ekspor. Dilihat dari karakter komoditi, komoditi yang berbasis sumber daya lokal dan rendah muatan impor atau dolarnya menjanjikan banyak harapan.

Di luar minyak dan gas bumi (migas), komoditi ekspor dapat dikelompokkan dalam dua kategori: pertanian dan nonpertanian. Komoditi pertanian terpenting adalah ikan, udang, kopi, rempah, cokelat, kelapa sawit, teh, dan pala. Selama krisis ekonomi dan sepanjang 1998, ekspor komoditi ini cenderung meningkat. Produk nonpertanian yang penting adalah pakaian jadi, tekstil, makanan jadi, kerajinan kulit dan produk kulit, serta mebel. Produk-produk ini menikmati rezeki dari melambungnya harga dolar.

Namun, pertumbuhan ekspor produk-produk itu masih di bawah potensi seharusnya karena laju pertumbuhannya tak sebanding dengan apresiasi dolar. Masih banyak kendalanya. Misalnya, untuk komoditi pertanian, sifatnya perishable (mudah rusak). Belum lagi ada time lag antara perubahan pasar dan proses produksi.

Karena itu, respons produksi sangat lambat; tata niaga panjang dan mahal; ada hambatan birokrasi, retribusi, dan prosedur; prosedur ekspor dan sistem distribusi di negara tujuan kurang dipahami; ada keterbatasan akses pada sumber-sumber pemodalan, terutama yang menunjang ekspor; pemahaman para pengusaha kita tentang perilaku pasar, selera konsumen, ciri-ciri regional, dan aspek pemasaran lain sangat terbatas, yang menyebabkan rendahnya loyalitas konsumen; inovasi dan kreativitas pengembangan produk (product development) sangat terbatas, sehingga tak terbangun apa yang disebut customers satisfaction; dan kegiatan promosi ala kadarnya, sehingga produk ekspor kita kurang dikenal di pasar internasional.

Untuk mengatasi kendala itu, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mendongkrak ekspor. Pertama, menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan ekspor. Misalnya dengan menyederhanakan tata niaga, sistem, dan prosedur ekspor; menyederhanakan birokrasi dan regulasi; menghindari keluarnya peraturan pelarangan ekspor; menurunkan biaya retribusi yang biasanya dipungut oleh pemerintah daerah; menurunkan dan menghapus pajak ekspor; menurunkan bea impor bahan baku industri yang berorientasi ekspor; serta memberikan dukungan paket khusus kredit penunjang ekspor.

Kedua, berkenaan dengan peningkatan daya saing pelaku bisnis. Sering kali peluang pasar telah terbuka. Ketentuan WTO, misalnya, telah memperluas akses pasar kita untuk produk-produk serat bagi pasar Eropa. Namun, kita tak mampu memanfaatkan peluang itu karena produk kita kalah bersaing di pasar. Terbukanya peluang pasar tak secara otomatis meringankan beban pemasaran. Justru persaingan menjadi makin sengit. Sebab, pelaku bisnis dari Cina, Vietnam, Korea Selatan, dan sejumlah negara berkembang lain ikut menyerbu pasar yang bersangkutan. Karena itu, peningkatan daya saing pelaku bisnis di tingkat mikro mutlak hukumnya.

Secara teoretis, menurut Porter, ada empat strategi untuk membangun daya saing (competitive advantage) usaha. Pertama, strategi keunggulan biaya (cost leadership). Intinya, industri harus dapat memproduksi dengan biaya terendah. Dengan biaya terendah, industri mampu mengalahkan pesaing dari negara lain. Konsekuensinya, harus dipilih komoditi yang proses produksinya paling banyak memanfaatkan sumber atau bahan baku lokal yang tersedia secara berlimpah dan yang diproduksi secara padat karya. Hanya dengan cara itulah kita dapat membangun produk yang unggul dari segi biaya.

Kedua, strategi diferensiasi. Intinya adalah segenap upaya untuk membuat produk berbeda dengan produk yang ditawarkan para pesaing dari negara lain. Diferensiasi juga dimaksudkan bagi peningkatan nilai tambah. Diferensiasi dapat dilakukan, misalnya, dengan rekayasa penampilan fisik, variasi-variasi fungsional, warna, dan bau, variasi antarwaktu, serta variasi yang berkaitan dengan umur atau jenis kelamin, cita rasa seni, dan fashion. Kunci sukses diferensiasi terletak pada daya kreasi dan inovasi pengembangan produk (product development). Sedangkan pengembangan produk sangat ditentukan oleh kapasitas teknologi. Karena itu, pengembangan teknologi tepat guna pada sentra-sentra produksi yang tersebar di pelosok Nusantara mutlak perlu dilakukan.

Ketiga, strategi respons cepat. Kecenderungan global menunjukkan bahwa selera konsumen berubah sangat cepat dan cenderung konvergen sebagai akibat kemajuan teknologi informasi. Daur hidup produk memendek. Kesadaran konsumen makin tinggi. Ini meningkatkan tuntutan keluhan yang kritis terhadap barang yang dikonsumsi. Pengusaha dituntut cepat tanggap terhadap perilaku konsumen seperti itu. Jika tidak, mereka akan ditinggalkan konsumen. Untuk itu, amat diperlukan adanya lembaga yang terus-menerus memantau berbagai perubahan dan perkembangan pasar untuk disampaikan kepada pengusaha kita agar mereka dapat segera merespons perubahan tersebut. Marketing intelligence sangat mendesak untuk diselenggarakan.

Keempat, strategi fokus. Ini dimaksudkan untuk berkonsentrasi pada pasar tertentu. Strategi fokus dilakukan baik secara vertikal maupun horizontal. Horizontal berarti mengembangkan secara bertahap pangsa pasar, sedangkan vertikal dimaksudkan mengintensifkan pasar yang ada sehingga tingkat permintaan menjadi lebih besar untuk pasar yang sama. Implikasi dari strategi ini adalah diperlukannya upaya serius dalam kegiatan promosi. Karena itu, program promosi, misi dagang, pameran, dan kegiatan sejenis lainnya perlu ditingkatkan. Sayangnya, belakangan ini kegiatan promosi ekspor oleh kantor-kantor pemerintah di luar negeri sangat mundur.

Tahun 1999 masih menjanjikan harapan. Namun, kita tak bisa menggantungkan nasib pada harapan dari luar. Usaha kita menentukan nasib kita.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus