DALAM seminar yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni ITB dan Metrodata, Dr. Alvin Tong, Kepala Penelitian dan Pengembangan (R & D) perusahaan komputer ACER, mengemukakan masalah yang sekarang dihadapi perusahaannya dalam memasuki pasaran internasional. Yaitu bagaimana menghilangkan kesan umum bahwa barang "Made in Taiwan" bukan lagi barang murahan yang bermutu rendah dan mengandung teknologi sederhana. ACER, walau perusahaan liliput dibanding IBM, telah mampu menghasilkan produk komputer yang teknologinya cukup canggih. Keterampilan Taiwan dalam memproduksi dan merancang telah mencapai taraf internasional, sehingga perusahaan seperti ACER bukan lagi hanya subkontraktor, tapi bergerak dalam OEM (Own Equipment Manufacturing -- "We make it, you sell it under your on label") yang dianggap reliable. Masalah ini pun pernah dihadapi Jepang. Sekitar dua puluh lima tahun yang lalu, orang Amerika tertawa kalau mendengar ada mobil buatan Jepang. Ada cerita (yang katanya benar) bahwa pada tahun 1960-an, sewaktu Jepang mulai mengekspor produk-produknya, mereka menciptakan suatu label yang tertulis "Made in USA". USA adalah satu kota kecil di Jepang. Seperti kita ketahui, Jepang telah berhasil, sehingga produk Jepang sekarang dapat bersaing dengan produk-produk AS dan Eropa. Negara-negara NIC (Newly Industrialized Countries) juga telah mulai proses yang pernah dijalankan di Jepang. Mobil Hyundai pun telah mulai memenuhi jalan-jalan di di AS. Faktor-faktor apa yang dapat menjelaskan keberhasilan negara-negara NIC seperti Taiwan? Faktor ekonomi maupun sosial budaya yang sering disebut adalah: peran pemerintah dalam mengarahkan perkembangan sektoral dengan berbagai insentif pemerintah yang stabil dan kuat birokrasi yang efisien tenaga kerja yang disiplin dan terampil karena sistem pendidikan yang baik dan filsafat Konghucu. Selain itu, sense of national mission yang kuat sekali karena external threat, atau karena rehabilitasi sesudah Perang Dunia dalam kasus Jepang pasaran dunia yang baik pada saat mereka memasuki pasaran internasional dan proses pengalihan dan penguasaan teknologi yang berhasil. Faktor-faktor tersebut berkait-kaitan dan sulit untuk mengambil kesimpulan mengenai faktor mana yang paling berperan. Kebijaksanaan teknologi Taiwan mengikuti proses industrialisasi yang dijalankan. Pada tahun 1950-an, tahap awal proses industrialisasi melalui substitusi impor, tidak banyak kegiatan dalam bidang pengembangan teknologi yang dilakukan karena keperluan sektor industrial pada saat itu hanya pada teknologi standar. Karena pasaran domestik yang kecil, proses impor substitusi berakhir dengan cepat, dan Taiwan mulai memasuki tahap strategi ekspor pada tahun 1960-an. Pada saat itu kebijaksanaan teknologi terpusat pada penciptaan landasan dasar untuk pengembangan teknologi selanjutnya, yaitu perbaikan dalam sistem pendidikan teknologi dan ilmu pengetahuan, dan mempromosikan penelitian dasar di universitas maupun lembaga-lembaga penelitian. Pada tahun 1970-an, Taiwan telah melewati tahap transformasi struktural, dari produksi barang manufaktur yang padat karya dan dalam industri ringan ke produksi barang-barang yang padat modal dan memerlukan teknologi yang lebih canggih. Keunggulan komparatif dalam produk padat karya sudah mulai menurun pada tahap ini. Kebijaksanaan teknologi dipusatkan kepada pengalihan teknologi melalui beberapa cara. Pertama, dengan membeli teknologi dengan cara-cara seperti licensing dan patent. Kedua, mengimpor barang yang mengandung teknologi. Ketiga, memperoleh teknologi dari pihak asing dalam perusahaan patungan. Pengalihan teknologi melalui pemasukan barang sering disebut reverse engineering (kata bagus untuk "peminjaman" atau "pencurian" teknologi), karena pengimpor dapat mempelajari suatu teknologi dengan membongkar barang tersebut dan kemudian melakukan imitasi, dan sering perbaikan dan adaptasi. Ada juga anggapan umum yang ditunjang oleh penelitian yang membandingkan pengalaman berbagai negara, bahwa keberhasilan proses pengalihan teknologi seperti kasus Taiwan ada kaitannya dengan strategi ekspor. Strategi ekspor berarti produk ekspor harus bersaing di pasaran dunia yang mengharuskan mereka untuk senantiasa mencari cara untuk menekan biaya produksi. Hal ini akan mendorong mereka untuk menguasai dan mengetahui teknologi yang diperlukan. Pendekatan ini dapat dibedakan dengan produsen dunia substitusi impor yang menghadapi pasaran yang terlindung dari saingan luar negeri yang lebih efisien. Sejak awal tahun 1980-an, Taiwan memasuki tahap yang disebut sebagai tahap liberalisasi ekonomi. Ini dilakukan untuk menghadapi perubahan struktural yang harus dilakukan, karena peningkatan biaya buruh yang mengubah keunggulan komparatifnya, dan mulai pertengahan tahun 1980-an, apresiasi mata uangnya karena surplus perdagangan yang besar. Kebijaksanaan liberalisasi yang dijalankan, antara lain, adalah penghapusan pengendalian devisa dan penurunan tarif impor. Peran perkembangan teknologi menjadi lebih penting, maka kebijaksanaan teknologi diarahkan kepada penggalakan R & D dan pembinaan tenaga ahli dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Dalam strategi pembinaan sektor high-tech, salah satu yang ditargetkan adalah industri di bidang informasi. Antara lain dibentuk suatu Science Based Park atau kawasan industri yang bergerak di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Kawasan tersebut dibentuk untuk menarik kembali ilmuwan dan tenaga profesional Taiwan yang berada di luar negeri (reverse brain drain), yang jumlahnya cukup banyak. Kawasan tersebut, seperti Silicone Valley di AS, ditujukan untuk memberi iklim usaha dan R & D. Di sini dapat terjadi keterkaitan antara R & D di lembaga penelitian dan perkembangan teknologi di berbagai bidang, seperti industri informasi dan industri pertahanan nasional. Beberapa rangsangan pemerintah pun diberikan untuk mempromosikan perkembangan R & D di berbagai industri. Insentif yang diberikan antara lain: pinjaman dengan bunga rendah untuk modal awal, subsidi, pengembalian pajak atas pengeluaran R & D, pengikutsertaan pemerintah sebagai pemodal. Di luar itu pemerintah telah pula membina prasarana informasi pasaran dan teknologi, supaya perusahaan dapat mengikuti perubahan-perubahan yang cepat sekali terjadi dalam industri high-tech, dan mengeluarkan peraturan intellectual property rights untuk mencegah counterfeiting. Kesimpulannya: faktor-faktor yang penting dalam keberhasilan pengalihan dan pengembangan teknologi di Taiwan adalah peranan pemerintah, sumber daya manusia yang menunjang dan keperluan untuk bersaing di pasaran internasional yang sangat kompetitif. Tetapi mungkin yang lebih penting dari faktor-faktor tersebut (dan menjelaskan perbedaan Taiwan dengan negara-negara lain yang juga mencoba untuk mengembangkan teknologi mereka) adalah kesadaran mengenai sifat inti dari penguasaan teknologi. Yaitu seperti yang didefinisikan oleh Prof. Richard Nelson dari Columbia University, seorang pakar dalam bidang proses penguasaan teknologi, teknologi terdiri dari dua kata -- tekno (how) atau bagaimana, dan logi (why) atau mengapa. Proses pengembangan teknologi tidak berhenti pada tahap pengajihan atau pembelian, tetapi harus diteruskan dengan pengembangan yang memerlukan pengertian mengenai teknologi tersebut sehingga adaptasi maupun innovasi, dan kemudian perkembangan dapat berlangsung Reverse engineering merupakan bagian penting dari proses ini. Hal penting juga yang rupanya disadari oleh Taiwan adalah bahwa proses pengembangan teknologi memerlukan banyak manusia yang terkoordinasi, mulai dari ahli teknologi, ke insinyur-insinyur, sampai dengan montir yang bertugas untuk menjalankan mesin. Upaya tersebut memerlukan pendidikan formal di universitas maupun sekolah teknik, dan juga latihan yang diberikan oleh perusahaan. Yang terakhir adalah pengertian mengenai sifat dan peran R & D. R & D penting dan perlu dilakukan supaya suatu perusahaan dapat senantiasa mengikuti perkembangan di sektornya. R & D sifatnya adalah penelitian dasar yang sebenarnya tidak selalu ditujukan untuk menghasilkan suatu produk. Harus disadari bahwa pengembangan teknologi bukan hanya terjadi pada kegiatan R & D. Sebagian besar dari perkembangan dan penerapan teknologi terjadi pada tahap perancangan untuk produksi sesudah R & D (yang tidak selalu dilakukan sendiri).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini