Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Keanggotaan di BRICS: Babak Baru Diplomasi Indonesia

Pandu Utama Manggala

Pandu Utama Manggala

Diplomat Indonesia yang saat ini bertugas di Biro Dukungan Strategis Pimpinan Sekretariat Menteri Luar Negeri. Sebelumnya pernah ditugaskan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo pada 2020-2023.

Keanggotaan Indonesia di BRICS mendatangkan sejumlah potensi. Namun ada beberapa hal yang juga menjadi tantangan. Apa saja?

21 Januari 2025 | 06.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi: TEMPO/J. Prasongko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Sebagai platform, BRICS menawarkan lebih dari sekadar penguatan hubungan ekonomi.

  • Keanggotaan BRICS juga membuka jalan bagi Indonesia untuk berkontribusi pada sistem ekonomi alternatif.

  • Indonesia harus menjaga keseimbangan antara komitmen di BRICS dan hubungan strategis dengan ASEAN.

KEPUTUSAN Indonesia menjadi anggota penuh organisasi internasional BRICS menandai babak baru dalam perjalanan diplomasi Indonesia. Presiden Brasil, sebagai Presidensi BRICS tahun ini, telah mengumumkan keanggotaan Indonesia di BRICS per Januari 2025.

Pengumuman ini tentunya berdasarkan keputusan yang diakselerasi. Seluruh negara anggota BRICS telah menyepakati keanggotaan Indonesia ini hanya dalam waktu kurang dari tiga bulan, dengan Indonesia sendiri baru secara resmi menyatakan intensinya untuk bergabung ke BRICS di KTT BRICS Plus di Kazan, Rusia, pada Oktober 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Proses penerimaan Indonesia sebagai anggota penuh BRICS bukan sekadar simbol. Penerimaan Indonesia adalah pengakuan atas posisi strategis Indonesia sebagai penggerak negara Selatan (global south) dan mitra penting dalam tata kelola global yang lebih inklusif. Lewat keanggotaan di BRICS, Indonesia makin menguatkan identitas sebagai bagian dari koalisi negara-negara yang berkomitmen untuk mendorong reformasi tata kelola global.

Mengapa BRICS Penting bagi Indonesia?

Sebagai platform, BRICS menawarkan lebih dari sekadar penguatan hubungan ekonomi. BRICS memberikan ruang strategis untuk mendorong reformasi institusi global yang kerap dianggap tidak adil terhadap negara-negara berkembang. Sebagai anggota, Indonesia dapat memperjuangkan reformasi sistem keuangan internasional dan institusi multilateral, seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, yang sering dikritik karena lebih menguntungkan negara maju.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Keanggotaan BRICS juga membuka jalan bagi Indonesia untuk berkontribusi pada sistem ekonomi alternatif. Dalam beberapa tahun terakhir, BRICS telah mengangkat wacana penggunaan mata uang alternatif dalam perdagangan dunia. Indonesia, dengan pengalaman yang dimiliki dalam mendorong kerja sama penggunaan skema local currency transaction (LCT) dan pembayaran digital lintas negara seperti QRIS, tentunya dapat memberikan praktik terbaik guna makin memperkuat arsitektur keuangan global.

BRICS juga menyediakan akses ke Bank Pembangunan Baru (New Development Bank/NDB). Bank ini dapat menjadi alternatif pendanaan untuk proyek infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Dengan kebutuhan besar untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dan transisi energi, NDB menawarkan solusi pendanaan yang lebih fleksibel dibanding lembaga keuangan tradisional.

Berfokus pada proyek energi hijau menjadikan NDB sebagai mitra strategis dalam mendukung upaya Indonesia mengurangi ketergantungan pada dukungan pendanaan dari negara-negara maju yang sering disertai persyaratan yang membatasi.

Indonesia juga dapat memanfaatkan BRICS untuk mempercepat transisi energi melalui kolaborasi teknologi hijau. Fokus BRICS pada pemanfaatan hidrogen dan teknologi penangkapan, pemanfaatan, serta penyimpanan karbon (carbon capture, utilization, and storage/CCUS) sangat relevan dengan kebutuhan Indonesia dalam mencapai target nol emisi. Melalui BRICS, Indonesia dapat mendorong pembiayaan inovatif untuk energi terbarukan, seperti yang selalu diangkat Indonesia melalui Just Energy Transition Partnership (JETP).

Diversifikasi pasar ekspor juga menjadi peluang besar. Kolaborasi strategis dengan anggota BRICS, seperti Brasil di sektor agraria, India di teknologi, dan Tiongkok di manufaktur, dapat membuka pasar baru bagi produk Indonesia. Selain itu, kemitraan dengan negara-negara BRICS memungkinkan transfer teknologi dan inovasi yang dapat meningkatkan daya saing produk nasional.

Secara khusus di sektor ketahanan pangan, BRICS menawarkan peluang kolaborasi di bidang teknologi pertanian dan inovasi kebijakan. Indonesia dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi di sektor agraria, yang tidak hanya mendukung prioritas Presiden Prabowo Subianto untuk menghadirkan swasembada pangan nasional, tapi juga dapat memberikan kontribusi pada upaya global mengatasi kelaparan.

Tantangan dan Strategi ke Depan

Meski potensi keanggotaan di BRICS besar, Indonesia tetap harus cermat dalam menghadapi berbagai tantangan. Tantangan utamanya adalah menjaga keseimbangan antara komitmen di BRICS dan hubungan strategis dengan ASEAN serta hubungan Indonesia dengan negara-negara Barat. Berfokus pada complementarity—menekankan pada kerja sama yang saling melengkapi ketimbang persaingan—akan menjadi kunci keberhasilan.

Selain itu, Indonesia perlu memperkuat kapasitas institusional untuk terlibat dalam diskusi teknis dan kebijakan di BRICS. Koordinasi antar-lembaga pemerintah, keterlibatan sektor swasta, dan konsultasi dengan masyarakat sipil menjadi penting untuk memastikan keanggotaan BRICS menghasilkan manfaat nyata.

Langkah konkret lainnya adalah menyusun peta jalan partisipasi aktif. Kehadiran yang konsisten dalam pertemuan tingkat tinggi, seperti konferensi tingkat tinggi tahunan, pertemuan tingkat menteri, dan kelompok kerja, akan memperkuat posisi Indonesia di BRICS. Indonesia juga harus menunjukkan kepemimpinannya dengan mendorong berbagai inisiatif strategis yang dapat memberikan pengaruh besar dalam menentukan arah kebijakan BRICS.

Keanggotaan Indonesia di BRICS tentunya menandai langkah maju dalam diplomasi yang lebih proaktif dan strategis. Sebagai anggota BRICS, Indonesia dapat menyelaraskan prioritas nasional—seperti kemandirian pangan, transisi energi, dan pengembangan sumber daya manusia—dengan tujuan kolektif dari BRICS.

Babak baru dalam politik luar negeri Indonesia ini juga mencerminkan kepercayaan diri Indonesia yang makin besar di panggung internasional. Dengan bergabung di BRICS, Indonesia tidak hanya menjadi penggerak utama negara-negara Selatan, tapi juga mitra penting dalam menciptakan tata kelola global yang lebih inklusif dan adil.

Keanggotaan di BRICS memberikan peluang untuk memperkuat posisi Indonesia guna menjembatani kepentingan negara berkembang dan maju. Indonesia kini berdiri di garis depan perjuangan menciptakan dunia yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan. Babak baru diplomasi Indonesia ini adalah manifestasi nyata dari ambisi besar Presiden Prabowo Subianto untuk meneguhkan kembali muruah Indonesia sebagai negara besar di percaturan politik global.

Redaksi menerima artikel opini dengan ketentuan panjang sekitar 7.500 karakter (termasuk spasi) dan tidak sedang dikirim ke media lain. Sumber rujukan disebutkan lengkap pada tubuh tulisan. Kirim tulisan ke e-mail: [email protected] disertai dengan foto profil, nomor kontak, dan CV ringkas.
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus