Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Pemberitaan media massa

Budimulyono, suami alm. dice, menanggapi caping gunawan mohamad, "dice". tulisannya bersih dari praduga. pemberitaan kasus dice di media massa hanya memuntahkan isu negatif bagi yang bersangkutan. (kom)

8 November 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN rasa haru saya membaca ulasan Saudara Goenawan Mohamad dalam Catatan Pinggir, TEMPO, 25 Oktober, berjudul Dice. Saya bukan sastrawan, penulis, atau lain-lain. Tapi manusia biasa saja. Saya pun tidak mengharap balasan atau jawaban atau reaksi Saudara, karena saya tahu, waktu Saudara sangat berharga demi menanggulangi majalah seperti TEMPO. Baru sekarang, sesudah hampir dua bulan Dice meninggal secara tidak wajar, ada tulisan seorang manusia, yang tidak asal menulis saja asal media yang ia wakili itu laris -- tak peduli adakah korban yang tak bersalah jatuh, dan sebagainya. Baru kali ini, ada seorang di antara kira-kira 160 juta manusia Indonesia, yang Pancasialis ini, ada seorang Pancasialis sejati. Tadinya, saya merasa sedih, karena sendirian dalam kemelut dengan segala ekses pemberitaan media massa yang sewenang-wenang memojokkan Almarhumah, istri saya, dengan tuduhan-tuduhan konyol yang, sebetulnya, masih praduga belaka. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Coldenhoff, Ka Kanwil P dan K, DKI Jakarta, yang memberi banyak sekali dukungan moril bagi anak-anak saya, Mira dan, di waktu dekat ini, juga Dino. Pemberitaan di media massa tentang kasus meninggalnya Almarhumah istri saya, terus mengorek-ngorek, memancing-mancing dan menyebarkan isu-isu yang hanya memojokkan Almarhumah, yang seorang peragawati terkenal dan, katanya, ada "hubungan" yang misterius dengan seorang eks pejabat tinggi terkenal. Bahan yang sangat "menarik", memang, sebagai publikasi. Tapi, tidakkah para wartawan atau wartawati itu memikirkan bahwa akibat pemberitaan yang sembrono itu tidak akan berakibat buruk bagi keluarga, terutama anak-anak Almarhumah ataupun eks pejabat itu sendiri? Ambil contoh, anak saya saja. Mira, kalau dengar nama "wartawan atau wartawati" sudah apriori, mencibirkan bibir saja. Dino menjadi agak mundur dalam mata pelajaran sekolahnya. Belum lagi, akibat bagi keluarga eks pejabat itu. Padahal, saya tahu, banyak juga wartawan dan media massa yang "baik". Jika ingin atau harus memberitakan, beritakanlah soal meninggalnya seorang peragawati muda dan sebagainya. Dan, jika ada info-info yang bisa lekas mengungkapkan peristiwa pembunuhan itu, beritahukanlah kepada yang berwajib dan wakil-wakilnya. Janganlah mengorek-ngorek "kejelekan" orang-orang saja. Saya yakin, kalau mau dan berani mengorek-ngorek kesalahan seseorang, semua orang tentu punya kesalahan. Cukup sekian tanggapan saya yang masih naif dalam segi tulis-menulis ini. Salam hormat untuk Saudara sendiri dan media massa yang Saudara pimpin. BUDIMULJONO Jalan Guru Alip 9 Duren Tiga, Jakarta Selatan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus