Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Pada 2023, terdapat 417 lembaga pemeriksa fakta yang aktif memverifikasi informasi di lebih dari 100 negara.
Upaya memitigasi penyebaran misinformasi dan disinformasi pemilu belum terbukti efektif mengurangi dampak negatifnya.
Efektivitas kerja para pemeriksa fakta masih menjadi pekerjaan rumah para jurnalis.
MASYARAKAT dunia tengah dihantam badai misinformasi dan disinformasi yang menyebabkan polarisasi serta perselisihan sosial. Permasalahan ini menjadi sangat penting untuk dibahas, karena pada tahun ini, setidaknya ada 64 negara, atau hampir separuh populasi dunia, yang menggelar pemilihan umum.
Negara-negara yang menyelenggarakan pemilu pada 2024 sebagian memiliki populasi terbesar di dunia, yaitu India (1,4 miliar), Uni Eropa (total 448 juta untuk 27 negara anggota Uni Eropa), Amerika Serikat (341 juta), Indonesia (279 juta), Pakistan (243 juta), dan Bangladesh (174 juta). Hal ini sekaligus menandai 2024 sebagai tahun pemilu terbesar dalam sejarah.
Menurut Laporan World Economic Forum Global Risk 2024, misinformasi dan disinformasi adalah risiko jangka pendek terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia. Berdasarkan analisis tingkat keparahannya, misinformasi dan disinformasi menempati peringkat teratas untuk kategori teknologi dalam periode dampak dua tahun terakhir. Sedangkan untuk periode dampak 10 tahun, misinformasi dan disinformasi menduduki peringkat kelima.
Dialektika Digital merupakan kolaborasi Tempo bersama KONDISI (Kelompok Kerja Disinformasi di Indonesia). KONDISI beranggotakan para akademikus, praktisi, dan jurnalis yang mendalami dan mengkaji fenomena disinformasi di Indonesia. Dialektiga Digital terbit setiap pekan.
Redaksi menerima tulisan opini dari luar dengan syarat: panjang sekitar 5.000 karakter (termasuk spasi) atau 600 kata dan tidak sedang dikirim ke media lain. Sumber rujukan disebutkan lengkap pada tubuh tulisan. Kirim tulisan ke e-mail: [email protected] disertai dengan foto profil, nomor kontak, dan CV ringkas.