Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Marginalia

Penentang ajaran gereja

Ahli matematik galileo dihukum paus urbanus viii, karena membenarkan teori kopernikus penentang protestantisme. brecht menulis lakon "leben des galilei", yang membenarkan ajaran gereja jadi meragukan.

20 Mei 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANAK ahli musik di Pisa itu bernama Galileo. Pada umurnya yang ke-17, yaitu di tahun 1581, ketika ia berada di katedral, dilihatnya sebuah lampu gantung bergoyang. Diamatinya lampu itu. Yang ditemukannya adalah ini: ayunan lampu itu selalu berlangsung dalam waktu yang sama dari sisi ke sisi -- betapa pun jauhnya jarak gerakan itu. Kemudian, Galileo, putera Galilei, mengadakan eksperimen berdasarkan dugaannya itu dan ia pun menemukan prinsip pendulum yang bisa dipergunakan untuk pengaturan jam. Tapi puncak riwayatnya bukanlah itu. Sebagai terbukti dari surat yang ditulisnya 4 April 1597, sejak lama ia percaya tentang satu hal yang waktu itu tidak boleh dipercaya: bahwa Kopernikus benar. Bahwa bukan matahari yang mengelilingi bumi, melainkan bumi yang mengelilingi matahari. Tapi ia tak berani menyatakan opininya. Ia cuma menyibukkan diri dengan teleskop, yang kemudian berhasil diperbaikinya sedemikian rupa hingga bisa meneropong benda-benda langit. Baru di tahun 1611 ia mulai berbicara. Ia mengunjungi Roma dan mendemonstrasikan teleskopnya kepada tokoh-tokoh tinggi di sekitar tahta kepausan. Merasa disambut megah, dua tahun kemudian ia berani menuliskan "Surat-Surat Tentang Noktah Surya." Gerakan noktah di matahari menunjukkan bahwa teori Ptolemius salah dan Kopernikus benar. Oleh kecakapan Galileo menulis dalam bahasa Italia, pikirannya itu tersebar dengan cepat. Suatu gerakan opini baru yang kuat pun tumbuh. Melihat ini beberapa gurubesar cemas. Dibisik-bisikkanlah kepada para pembesar Gereja --yang waktu itu tengah bersaing dengan arus Protestantisme -- bahwa ajaran Injil sedang ditentang teori Kopernikus. Dan suatu tarik-tambang yang lama pun terjadi. Galileo berada di satu pihak, Gereja di pihak lain. Di tahun 1616 keluarlah dekrit Gereja yang menyatakan pikiran Kopernikus "palsu dan salah". Galileo sendiri diminta untuk tak mempercayai lagi teori itu. Ia menyerah. Tapi di tahun 1624 ia kembali ke Roma, dengan harapan bahwa Paus yang baru, Urbanus VIII, akan sudi mencabut dekrit yang dimaklumatkan delapan tahun sebelumnya itu. Harapan Galileo tak terkabul. Paus Urbanus VIII hanya mengijinkannya untuk menulis, satu risalah yang tak memihak tentang sistem Kopernikus dan sistem Ptolemius. Galileo pun setuju. Tapi risalahnya, Dialogo dei Massimi Sistemi, yang terbit di tahun 1632 dengan pengawasan sensor, ternyata kemudian dinyatakan masih tetap berbahaya. Gereja murka. Di musim dingin 1633, biar sakit dan menua, Galileo harus diadili di hadapan Inkwisisi (Pengusut). Setelah diinterogasi dengan keras, 16 Juni tahun itu ia dijatuhi hukuman. Sang ahli matematika diharuskan bertobat dan mengutuk "kesalahannya". Lebih dari itu: ia adalah tahanan rumah. Galileo meninggal di tahun 1642. Statusnya sebagai tahanan dibawanya sampai mati. Di akhir tahun 1930-an, dramawan recht menulis lakonnya Leben des Galilei. Seperti Brecht, kita pun dipergoki pertanyaan yang menggelisahkan, pertanyaan sepanjang zaman dengan jawaban yang mungkin sementara: salahkah Galileo, karena ia menyerah pada paksaan? Di akhir sandiwara, kita dengar sesal tokoh ini: "Jika saja aku menolak waktu itu! Jika saja para ilmiawan dapat mengembangkan semacam sumpah Hipokrates para tabib, sumpah bahwa pengetahuan hanya akan dipersembahkan kepada kemanusiaan. Tapi kini beginilah jadinya: harapan satu-satunya hanya sekelompok cebol pintar yang bisa disewa untuk segala macam hal." Toh dalam sandiwara ini Galileo dibikin mendengar bagaimana doktrin Kopernikus itu bisa mencelakakan. Ia bisa bikin ajaran Gereja jadi meragukan, bahkan mungkin hilang arti. Dan seperti diucapkan oleh si pendeta kecil, penderitaan orang miskin yang salih pun akan tanpa makna lagi. Buat apa kebenaran astronomi, jika batin banyak manusia sederhana diguncangkan? Maka bekas muridnya, Andrea, kemudian berkata kepadanya: "Tanganmu kotor, kami bilang. Kamu bilang lebih baik kotor daripada kosong." Ah, seandainya tak kotor, dan tak kosong !

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus