Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Rembugan setelah golf

Presiden soeharto mengadakan pertemuan tidak resmi dengan pm malaysia, hussein onn di labuan, malaysia timur. pembahasan menyangkut kedua negara dalam masalah bilateral, regional dan internasional. (nas)

20 Mei 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KUNJUNGAN resmi terlalu banyak tetek-bengeknya, terutama masalah protokoler," kata seorang pejabat tinggi pemerintah pada TEMPO pekan lalu. Itu alasan utama mengapa diatur sedemikian rupa sehingga Presiden Soeharto -- setelah kunjungan dua harinya di Sulawesi Utara pekan ini -- dalam perjalanan pulang ke Jakarta "mampir" semalam di Labuan, Malaysia Timur. Di sana sudah menunggu Perdana Menteri Malaysia Hussein Onn. Kedua kepala pemerintahan ini menurut rencana akan bermain golf bersama, sambil mengadakan rembugan tidak resmi. Tradisi kunjungan singkat tidak resmi antar kepala pemerintahan negara Asean makin membudaya rupanya. Pertemuan konsultasi Soeharto-Onn yang kesekian kalinya inipun diadakan untuk mempererat hubungan Asean. Mengapa di Labuan? Kota kecil di pulau yang letaknya sekitar 160 km baratdaya Kinibalu (ibukota Sabah) itu dipilih berdasarkan beberapa alasan. Sebagai pulau, letaknya terpisah sehingga menggampangkan soal keamanan. Fasilitas yang dipunyainya pun cukup karena kota ini merupakan pusat operasi perminyakan di kawasan Malaysia Timur, khususnya untuk proyek gas alam di Bintulu (Serawak. Lagipula Harris Saleh, Ketua Dewan Menteri Sabah sudah beberapa kali mengundang Presiden Soeharto untuk mengunjungi Sabah, terakhir tahun lalu sewaktu dia mengunjungi Jakarta. Buat seorang kepala negara memang agak kurang enak untuk khusus datang ke suatu negara bagian tanpa mampir ke ibukotanya. Tapi semua hambatan protokoler itu terpecahkan dengan singgahnya Presiden Soeharto ke Labuan via Manado. Keterangan resmi Mensesneg Sudharmono tentang kunjungan ini singkat saja. Ia menjelaskan yang akan dibahas adalah masalah bilateral, regional dan internasional yang menyangkut kepentingan kedua negara. Seorang pejabat tinggi lain yang menyertai kunjungan Presiden malahan mengatakan "tidak ada topik khusus yang akan dibicarakan." Ini mungkin yang menyebabkan mengapa dalam kunjungannya kali ini Presiden tidak membawa menteri lain kecuali Mensesneg Sudharmono. Beberapa masalah bilateral yang dibiarakan kabarnya menyangkut juga kerjasama kedua negara dalam operasi bersama mencegah perembesan komunis, senjata dan narkotik. Malaysia agaknya juga akan menawarkan lagi untuk menyewakan kapal tanker LNG-nya pada Indonesia. Kapal milik Perbadanan Perkapalan Antar Bangsa, sebuah perusahaan yang saham terbesarnya milik pemerintah Malaysia, lebih cepat selesai 3 tahun sebelum proyek LNG Malaysia di Serawak selesai tahun 1981. Daripada menganggur, lagipula proyek LNG Indonesia di Bontang, Kalimantan Timur, rupanya kapasitasnya dapat ditingkatkan lebih cepat dari rencana semula, maka kapal ini ditawarkan untuk disewakan pada Indonesia, sampai proyek LNG Malaysia dapat memanfaatkannya sendiri. Pesan Untuk Peking Masalah lain yang mungkin dibicarakan adalah hasil dari kunjungan Wapres A.S. Walter Mondale ke Asia Tenggara belum lama ini. Presiden Soeharto diduga juga akan memberitahukan pada Oon hasil "pesan" Indonesia pada pemerintah RRC sewaktu Perdana Menteri Thailand Kriangsak berkunjung ke Peking. Indonesia kabarnya meminta pada Peking untuk menghentikan politik berwajah duanya pada Indonesia sebagai prasyarat untuk normalisasi hubungan diplomatik. Di satu pihak pemerintah RRC bersuara A, di lain pihak partai Komunis RRC bersuara Z. Tapi RRC kabarnya menolak permintaan tersebut. Soai Brunei? Koloni Inggeris itu bulan ini harus menyatakan pendirian mereka, akan merdeka sendiri atau tidak. Inggeris sendiri sudah memutuskan untuk menarik kehadirannya dari koloni kecil tapi kaya itu, terutama berkat resolusi Komite Dekolonisasi PBB yang antara lain disponsori Malaysia dan Indonesia. Bersama dengan pengunduran ini akan ditarik juga satu batalyon tentara Gurkha Inggeris yang ditempatkan di Brunei. Indonesia dan Malaysia mungkin akan berusaha menghilangkan kecurigaan Brunei pada tetangganya dengan suatu jaminan dan mengundang calon negara merdeka ini untuk bergabung dengan Asean. Menurut rencana Presiden Soeharto akan tiba dengan pesawat F-28 milik Pelita Airlines di Labuan pukul 16.30 waktu setempat. Tidak ada pembicaraan malam pertama itu yang akan diisi dengan santap malam bersama didahului suatu pertunjukan kesenian. Esoknya, 18 Mei 1978, setelah golf, barulah keduanya akan mengadakan rembugan. Setelah makan siang, Presiden Soeharto akan kembali langsung ke Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus