Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada acara pernikahan anak kawan saya setahun lalu, saya mendengar pembawa acara mengumumkan sesuatu yang ganjil. Ia mengatakan bahwa sebentar lagi akan dimulai prosesi pernikahan antara kedua mempelai. Saya lantas bertanya-tanya, bagaimana mungkin masih mau melakukan prosesi, karena semua tamu sudah duduk di beranda muka yang tidak seberapa besar itu.
Sedang saya membenahi letak selendang saya, siap-siap mau berdiri, terdengar pembawa acara mengajak hadirin yang di dalam rumah untuk mendekati meja tempat akad nikah akan berlangsung, karena ”prosesi akan segera mulai”.
Saya semakin heran. Kemudian terdengar suara orang mengaji. Ternyata, yang dimaksud sang pembawa acara dengan prosesi dari tadi adalah upacara. Sebulan-dua bulan kemudian, ketika saya menghadiri pernikahan keponakan saya di sebuah gereja, salah kaprah yang sama kembali terulang. Kali ini akad nikah dilakukan dengan cara agama Katolik, di gereja. Lagi-lagi pembawa acara mengartikan prosesi sebagai upacara.
Kami dipersilakan ”mengambil tempat guna mengikuti prosesi ibadah pernikahan yang akan segara berlangsung”. Jadi, dalam kedua upacara akad nikad dua agama yang berlainan, kata prosesi diartikan sebagai upacara.
Kata prosesi diambil dari bahasa Inggris procession, yang berarti deretan, barisan, iring-iringan. Menurut Webster Handy College Dictionary (1990), a a procession is an array, formal march, or orderly series; those constituting to it. Dari definisi tersebut, jelas prosesi bukanlah sebuah upacara. Mungkin juga mereka yang menggunakan kata prosesi untuk menggantikan kata upacara mengira bahwa procession adalah bagian dari proses. Padahal proses adalah langkah-langkah yang bersinambungan sehingga tercapai suatu hasil. Tentu saja sebuah upacara pernikahan sebagai suatu proses, tetapi proses menunjukkan sebagai bagian dari kegiatan panjang. Bukan sebagai pengganti sebuah peristiwa spiritual, khusyuk, dan berwibawa. Tetapi kata procession bukan sebuah kata yang tepat untuk menggantikan kata upacara.
Keinginan untuk menggantikan sebuah kata Indonesia dengan bahasa Inggris (dengan menggunakan kata yang salah) merupakan gejala snobisme sekaligus rendah diri. Snobisme karena merasa kata Inggris itu terdengar lebih ”tinggi”, sedangkan rendah diri karena kata upacara terdengar seperti kosakata masa lalu yang ingin ditinggalkan (”upacara 17 Agustus”, ”upacara sekolah”). Atau memang karena pengguna kata prosesi (sebagai kata yang menggantikan kata upacara) itu sekadar tak paham saja.
Resapan kata bahasa Inggris yang digunakan pada kalimat yang salah terjadi pada kata konsepsi. Seorang kawan berkisah bahwa sebagai seorang dosen, dia acap kali disodori sebuah tulisan oleh mahasiswa atau seorang anggota panitia sebuah seminar yang berkata, ”Ini, Bu, konsepsi-nya.” Kawan saya tentu saja terkejut dan geli. Kata konsepsi berasal dari bahasa Inggris conception yang, menurut Encarta Dictionary, berarti the fertilization of an egg by a sperm at the beginning of pregnancy. Konsepsi adalah peristiwa fertilisasi atau pertemuan antara sel telur dan sperma atau pembuahan. Sedangkan sang mahasiswa, atau panitia seminar—melihat konteks pembicaraan—pasti bermaksud mengajukan kata konsep.
Lagi-lagi yang terjadi di sini adalah sebuah kecenderungan untuk memakai istilah asing agar terdengar gagah, meski ternyata salah kaprah. Sebetulnya kata konsep juga merupakan sebuah serapan dari kata concept, tetapi kecenderungan orang-orang yang menggunakan kata konsepsi tampaknya mengira kata konsepsi dan konsep masuk dalam satu kategori.
Salah kaprah dalam menggunakan kata serapan yang paling kronis, dan belum juga sembuh, adalah penggunaan kata nominator. Kesalahan penggunaan kata nominator sudah terjadi sejak 15 tahun yang lalu ketika Festival Film Indonesia yang lazimnya menggunakan kata unggulan untuk calon pemenang tiba-tiba saja menggantikannya dengan kata nominator.
Kata nominasi itu diambil dari bahasa Prancis. Orang yang dinominasikan disebut nominee, artinya ia adalah orang yang dicalonkan menerima penghargaan. Dalam acara The Academy Awards, piala bergengsi untuk dunia film di Amerika, mereka memang lazim menggunakan kata nominee.
Festival film di Indonesia sering salah kaprah dengan menggunakan kata nominator untuk orang yang dicalonkan menerima penghargaan. Ada juga yang menggunakan kata nominasi untuk para calon pemenang, padahal nominasi—yang berarti pencalonan—adalah sebuah keadaan. Nominasi yang diserap dari kata nomination menjelaskan sebuah situasi, bukan orang.
Ini sebuah keadaan, bukan orang. Untung saja, sekarang, Festival Film Indonesia sudah mengubah kata nominasi menjadi nominee, meski pada berbagai acara penghargaan lain masih saja bertaburan kata nominator.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo