Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Sebuah Bom Waktu di Clichy

Prancis dilanda kerusuhan rasial terburuk sejak tahun 1968. Suatu indikasi kegagalan model integrasi di negara multietnik Eropa.

7 November 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dua pekan lalu, di Clichy-sous-Bois, pinggiran Kota Paris, mereka mendengar kabar itu. Dua anak muda, Zyed Benna, 17 tahun, dan Bouna Traore, 15 tahun, berlari menyelamatkan nyawanya. Di belakangnya, polisi yang terlatih meringkus penjahat; di depannya, pagar kawat yang dialiri listrik. Mereka tak bersalah, tapi entah sadar atau tidak, keduanya memilih yang terakhir: memanjat pagar itu, dan itu berarti mati tersengat listrik bertegangan tinggi.

Dan kita pun bisa mengikuti apa yang kemudian terjadi. Hampir separuh warga Clichy-sous-Bois yang tertusuk hatinya meluapkan amarah kepada polisi atau siapa-apa saja yang mewakili negara—termasuk simbol-simbol kelas menengah yang diuntungkan negara.

Maka, kita pun menyaksikan beritanya di televisi. Pada malam kesepuluh kerusuhan, sebuah hostel, restoran cepat saji, pusat olahraga, dan 1.300 buah mobil dibakar. Masih banyak yang tidak tercatat. Yang jelas, kerusuhan telah menyebar ke kota-kota Toulouse, Bordeaux, Montpellier, Rennes, Nantes—terus meluas ke empat penjuru negeri.

Kita mungkin bisa meraba apa yang tersembunyi di dada para pemuda berambut keriting, berkulit gelap, dan berdarah Afrika Utara itu: perasaan berkuasa, semacam kemampuan mengontrol—paling tidak di jalan-jalan itu, dan untuk sementara. Ya, sesuatu yang tidak pernah mereka nikmati.

Prancis, negara pencetus demokrasi itu, kini terbakar kerusuhan terparah sejak tahun 1968. Sebuah kerusuhan rasial yang paling panas. Adakah liberte, egalite, fraternite yang agung itu gagal menjangkau anak-anak muda itu? Adakah ini ”karma” dari petualangan kolonialisme Prancis di Afrika Utara dan Afrika Barat? Atau bagian dari gejala dunia Barat belakangan ini—kerusuhan rasial di Negeri Belanda tahun ini, di Inggris tahun 1990-an, juga di Amerika Serikat sebelumnya?

Sejauh ini, mungkin kita bisa menangkap bayangan yang bentuknya mendekati kegagalan sebuah model sosial: regenerasi terjadi, tapi nasib generasi baru kaum minoritas keturunan Afrika dan Arab di negeri itu sama sekali tidak membaik. Sebuah artikel di surat kabar The Guardian menyamakan Clichy-sous-Bois dengan bom waktu. Setengah penduduknya di bawah 20 tahun, tingkat pengangguran di atas 40 persen, dan razia kartu tanda pengenal merupakan makanan sehari-hari para pemuda itu.

Rasisme dan kesewenang-wenangan polisi bukan hal baru. April tahun ini, Amnesty International menerbitkan sebuah catatan khusus tentang kebijakan generalized impunity—kebijakan yang memperkenankan polisi menggunakan kekerasan dalam merazia kartu pengenal.

Bom waktu itu terus berdetak, dan sekarang daya tahan sistem buat meredam gejolak rasial itu pun terlampaui. Tiga kejadian susul-menyusul telah mengempiskan daya tahan itu: kematian sia-sia dua remaja itu, reaksi Menteri Dalam Negeri Nicolas Sarkozy yang tidak peka (Sarkozy menyebut para pemuda perusuh ”penjahat” dan ”bajingan”), dan pemerintah yang menolak minta maaf atas menyelonongnya sebuah peluru gas air mata ke dalam satu masjid. Bagaimana dengan kejadian beberapa bulan sebelumnya: penolakan jilbab di lingkungan akademis?

Kita tahu, pemerintah Prancis menghadapi multikulturalisme di dalam masyarakat dengan mengukuhkan kembali simbol-simbol homogenitas. Padahal, yang paling mereka butuhkan sekarang adalah kesempatan kerja, perbaikan ekonomi, dan pengakuan sosial. Dan bukan penegakan loyalitas serta identitas nasional yang sifatnya top-down.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus