Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pencarian dan Pertolongan atau SAR Kota Padang Abdul Malik mengatakan masih mencari korban erupsi Gunung Marapi lainnya. Per Senin, 4 Desember 2023, jumlah survivor yang berhasil didata tim gabungan sebanyak 75 orang dengan 49 orang di antaranya berhasil diselamatkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagian dari korban dibawa ke rumah sakit di Kota Bukittinggi dan Kota Padang Panjang. Sementara beberapa korban selamat lainnya pulang ke rumah masing-masing. Diketahui, Gunung Marapi erupsi pada Minggu, 3 Desember 2023. Lantas, apa saja fakta terkait erupsi Gunung Marapi?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fakta-fakta Gunung Marapi Sumbar
Berikut beberapa fakta menarik Gunung Marapi yang disebut-sebut mengeluarkan abu vulkanik tanpa peringatan:
1. Berstatus waspada sejak 2011 silam
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Hendra Gunawan menyebut Gunung Marapi berstatus waspada atau level II sejak 2011. “Betul, memang sudah sejak Rabu, 3 Agustus 2011 ditetapkan statusnya waspada,” ucapnya pada Minggu, 3 Desember 2023.
2. Sinyal peringatan
Menurut Hendra, status waspada atau level II itu mengindikasikan bahwa pendakian pada radius 3 kilometer dari kawah gunung sudah tidak disarankan. PVMBG mengklaim telah menyampaikan informasi itu kepada Pemerintah Daerah (Pemda) Sumatera Barat.
“Kami selalu mengingatkan setiap 2 minggu sekali kepada pihak terkait. Mungkin karena tidak ada erupsi bertahun-tahun, jadi masyarakat terbiasa,” ujar dia.
3. Erupsi Sulit diprediksi
Apalagi, kata Hendra, letusan Gunung Marapi cukup susah untuk diprediksi. Aktivitas gempa vulkanik terekam rata-rata sekali setiap bulan. Selain itu, PVMBG melaporkan sudah ada dua kali erupsi terjadi pada Januari dan Desember 2023. Sebelumnya pada 2017 dan 2018 juga menunjukkan aktivitas vulkanik. “Biasanya erupsi Marapi jedanya antara 2 hingga 4 tahun,” ucap Hendra.
Selain itu, erupsi yang terjadi pada Minggu, 3 Desember 2023 juga tidak diawali dengan gempa vulkanik yang signifikan. Sejak Kamis, 16 November 2023 hingga Sabtu, 2 Desember 2023 tercatat ada tiga kali gempa vulkanik dalam.
Erupsi itu terekam di seismogram PVMBG dengan amplitudo maksimum 30 milimeter dengan durasi sementara kurang lebih 4 menit 41 detik. Adapun tinggi kolom letusan diperkirakan kurang lebih 3.000 meter di atas puncak.
Erupsi yang terjadi tanpa tanda-tanda pada 3 Desember 2023, diduga akibat akumulasi gas dalam perut bumi selama bertahun-tahun.
“Dugaan sementara, erupsi kemarin mungkin karena akumulasi gas secara perlahan, sulit diprediksi karena kecil. Tapi, akumulasi selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Itu yang menjadi penyebab erupsi Gunung Marapi butuh waktu 2-4 tahun, semakin lama tidak erupsi, semakin besar potensi erupsinya karena akumulasi gas,” ucap Hendra.
4. Erupsi 46 kali dalam dua hari
Sementara itu, petugas Pos Gunung Marapi Sumatera Barat mencatat, terdapat 46 kali erupsi dan 44 kali embusan selama dua hari, Minggu hingga Senin, 3-4 Desember 2023.
“Selama dua hari total 46 erupsi dan 66 kali embusan yang terjadi dengan erupsi eksplosif perdana pada 3 Desember 2023 pukul 14.54 WIB, dengan tinggi kolom abu sekitar 3.000 meter di atas puncak atau 5.891 meter di atas permukaan laut (mdpl),” ujar Kepala Pos Gunung Marapi Ahmad Rifandi, dikutip dari Antara, Selasa, 5 Desember 2023.
5. Alat pendeteksi sempat dicuri
Kepala PVMBG Hendra Gunawan mengatakan bahwa peralatan untuk mengamati Gunung Marapi pernah dicuri. “Memang pernah ada gangguan pada awal 2023, peralatan di stasiun Pemantauan Gunung Marapi (GGSL) sempat dicuri pada Maret dan ini sudah dua kali kecurian, sebelumnya pada 2020,” ucap dia.
Kendati demikian, Hendra mengatakan peralatan yang digunakan PVMBG kini sudah relatif lengkap. Semua peralatan tersebut diklaim berfungsi saat erupsi tiba-tiba pada Minggu, 3 Desember 2023.
Akan tetapi, dengan peralatan yang cukup lengkap, data yang teramati tetap minim lantaran Gunung Marapi sedikit menunjukkan aktivitasnya. Misalnya, kata dia, gunung tersebut jarang menghasilkan gempa vulkanik seperti halnya gunung lain yang menjadi penanda letusan gunung api. “Sangat miskin gempa vulkanik di Gunung Marapi,” ujar Hendra.
Karena alasan tersebut, PVMBG menetapkan status waspada pada Gunung Marapi. “Ini menjadi alasan kita selalu kasih level II untuk tindakan preventif agar menghindari kejadian yang tidak diinginkan,” kata Hendra.
MELYNDA DWI PUSPITA