Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Ahli UI Sebut Cuci Tangan Pakai Sabun Tak Bunuh Virus

Untuk antisipasi virus corona, ia menganjurkan masyarakat tetap mengkonsumsi makanan sehat, vitamin C, dan istirahat cukup.

6 Maret 2020 | 15.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar
ilustrasi cuci tangan (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar kesehatan dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Telly Kamelia, mengatakan cuci tangan pakai sabun merupakan satu cara untuk mengurangi bakteri, namun tidak dapat membunuh virus. "Sebenarnya tujuan kita cuci tangan itu menurunkan kuman, jadi tidak 100 persen menghilangkan kuman di tangan," katanya, Jumat 6 Maret 2020.

Menurut Telly, masih banyak masyarakat selama ini salah kaprah dengan mengartikan cuci tangan pakai sabun dapat membunuh mikroba. Yang lebih tepat, kata Telly, hanya mengurangi.

Pun dengan penggunaan 'hand sanitizer' atau pembersih tangan dan disinfektan yang dapat membunuh virus. Menurut Telly, penggunaan keduanya untuk membasmi kuman. "Secara logika, kalau virus seharusnya pakai antivirus. Kalau bakteri baru antibiotik," katanya.

Artinya, ujar Telly, tujuan menggunakan pembersih tangan dan disinfektan adalah menjaga tangan tetap bersih sehingga prevalensi kuman yang masuk ke mulut dapat dikurangi. Sedang untuk antisipasi virus corona, ia menganjurkan masyarakat tetap mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna secara rutin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain itu, vitamin C dalam dosis tinggi diyakini efektif dalam preventif virus termasuk corona. "Jadi di China sendiri sudah ada penelitian uji klinis menggunakan vitamin C dosis tinggi," katanya.

Telly juga setuju merekomendasikan konsumsi rempah atau empon-empon karena adanya kandungan antioksidan. Hanya, dia menerangkan, itu tidak membunuh virus tapi bisa meningkatkan imunitas tubuh.

Tidak hanya itu, gaya hidup seseorang juga dapat mempengaruhi imunitas tubuh sehingga virus mudah menyerang. Sebagai contoh, setiap orang minimal butuh istirahat tujuh jam. 
"Kalau tidurnya kurang dari tujuh jam, maka itu menurunkan imunitas tubuh sehingga penyakit gampang masuk," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus