Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Bandung Alami Hujan Persisten 3-4 Desember, Peneliti BRIN Prediksi Akan Berlanjut

Hujan tidak hanya berlangsung persisten, namun juga bisa mengancam kawasan pesisir selatan Jawa bagian barat.

4 Desember 2024 | 13.59 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Hujan mengguyur Bandung dan sekitarnya secara menerus atau persisten pada Selasa hingga Rabu menjelang tengah hari, 3-4 Desember 2024. Menurut ahli klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin, hujan persisten yang terjadi di Bandung diprediksi terus berlanjut hingga malam hari bahkan hingga esok pagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Berkaitan dengan aktivitas klaster awan konvektif skala Mesoscale Convective Complex (meso) yang terbentuk secara meluas di atas Jawa bagian barat,” katanya kepada Tempo lewat keterangan tertulis, Rabu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aktivitas awan konvektif yang meluas dan bersifat stasioner atau konstan terhadap waktu ini, menurut Erma, dipengaruhi oleh tiga faktor gangguan cuaca berskala sinoptik. Pertama, aktivitas Madden–Julian oscillation (MJO) fase 4 di atas Indonesia bagian barat yang berperan memasok klaster awan-awan konvektif. “Sehingga awan dan hujan akan terbentuk terus secara massif, khususnya di atas Jawa bagian barat, karena lokasinya paling dekat dengan Samudra Hindia,” ujarnya.

Faktor kedua, MJO yang diprediksi aktif di fase 4 selama dasarian pertama Desember 2024 ini terpantau bertemu dengan gelombang atmosfer Rossby dan menjalar dari timur menuju barat. Pertemuan itu berpotensi menahan penjalaran MJO menuju ke Samudra Pasifik. 

MJO memiliki dua tipe, yaitu tipe MJO propagasi dan non-propagasi. MJO non-propagasi belum diketahui dengan pasti penyebabnya, namun hasil temuan ilmuwan menunjukkan MJO sering tertahan di Indonesia, salah satunya karena efek pemanasan suhu permukaan laut di sekitar wilayah Indonesia. Saat ini, berdasarkan pantauan satelit, suhu permukaan laut memanas di Indonesia dengan pemanasan tertinggi di perairan selatan Jawa-Nusa Tenggara dekat dengan Australia. 

Pemanasan laut di perairan selatan Indonesia ini menciptakan sistem tekanan rendah sehingga awan-awan konvektif yang ada di atas darat dapat diperkuat dengan uap air yang dapat menciptakan sistem awan dan hujan di atas laut. “Inilah yang menyebabkan awan konvektif sulit meluruh karena mendapatkan energi dari laut untuk terbentuk kembali,” ujarnya.

Faktor ketiga dari hujan persisten di Bandung dan sekitarnya, yaitu prakondisi pembentukan badai vortek di Samudra Hindia dekat dengan barat daya Banten mulai Rabu. Akibatnya hujan tidak hanya berlangsung persisten, namun juga bisa mengancam kawasan pesisir selatan Jawa bagian barat.

Potensi buruk lainnya, yaitu menimbulkan angin kencang sebagai efek dari pembentukan dan pergerakan vortek yang berpotensi terus tumbuh hingga 2-3 hari mendatang. Karena fenomena gangguan cuaca masih akan terus berlangsung selama dasarian pertama Desember, Erma mengimbau agar kondisi ini dimitigasi oleh pemerintah maupun masyarakat. “Untuk mencegah dampak banjir meluas seperti yang telah terjadi di Malaysia dan Thailand.”

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus