Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Banjir dan Longsor di Bali, Lumajang hingga Jakarta, Begini Analisa Peneliti BRIN

Sejumlah musibah banjir dan longsor tercatat terjadi akibat tingginya curah hujan belakangan.

8 Juli 2023 | 18.06 WIB

Banjir lahar hujan Gunung Semeru di Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Jumat 7  Juli 2023. Banjir lahar hujan Gunung Semeru tersebut menyebabkan sejumlah jembatan putus dan mengakibatkan akses Lumajang-Malang terputus. ANTARA FOTO/HO/Pusdalops PB BPBD Kabupaten Malang/Zk/nym.
Perbesar
Banjir lahar hujan Gunung Semeru di Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Jumat 7 Juli 2023. Banjir lahar hujan Gunung Semeru tersebut menyebabkan sejumlah jembatan putus dan mengakibatkan akses Lumajang-Malang terputus. ANTARA FOTO/HO/Pusdalops PB BPBD Kabupaten Malang/Zk/nym.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Pada Jumat, 7 Juli 2023, ramai di media sosial memperlihatkan foto dan video banjir hingga longsor di berbagai wilayah Pulau Jawa dan Bali. Di Bali, banjir melanda Badung dan Tabanan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Dalam video yang beredar, banjir dengan aliran air yang deras terlihat hingga sebuah mobil berwarna putih ikut hanyut terbawa arus. Sekelompok warga yang melihat kejadian tersebut tak sanggup mencegah hanyutnya mobil tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Foto lainnya memperlihatkan musibah longsor di Tabanan. Tampak warga dan petugas mengangkat seseorang yang tertimbun tanah. Ada juga pura roboh di Tegallalang yang roboh akibat longsor.

Di Jawa, longsor terjadi di Lumajang hingga menyebabkan tiga orang meninggal. Sejumlah jembatan juga putus akibat terjangan lahar dingin dari Gunung Semeru.

Di Jakarta, tercatat 8 RT dan empat jalan di Jakarta Selatan dilanda banjir dengan variasi ketinggian antara 15 - 80 sentimeter.

Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Didi Satiadi mengatakan saat ini suhu permukaan laut (SST) di perairan Indonesia masih relatif tinggi. “SST yang tinggi tersebut menghasilkan penguapan dan kelembaban yang relatif tinggi di wilayah Indonesia,” kata dia lewat pesan singkat, Jumat, 7 Juli 2023.

Didi juga memperlihatkan berbagai tangkapan layar mengenai cuaca Indonesia dilihat dari satelit.

Didi menjelaskan suplai uap air dan dinamika atmosfer mendorong proses konveksi, pembentukan awan dan hujan di sejumlah wilayah, termasuk Jakarta, Jawa Timur dan Bali. Hal yang sama juga terjadi sejumlah wilayah di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Malukundan Papua.

Selain itu, menurut Didi, keadaan angin selatan yang relatif kuat menyebabkan gelombang tinggi, terutama di Samudera Hindia, sebelah selatan Pulau Sumatra, Jawa dan Nusa Tenggara. Hal itu sejalan dengan prakiraan BMKG bahwa beberapa hari terakhir gelombang sangat tinggi antara 4-6 meter di wilayah tersebut.

Fenomena perubahan iklim juga cenderung meningkatkan suhu muka laut di wilayah Indonesia sehingga berpotensi meningkatkan penguapan, pertumbuhan awan dan hujan. Fenomena itu juga mengubah pola zona konvergensi (ITCZ) dan dapat mengakibatkan pergeseran musim maupun sifat musim kemarau yang cenderung lebih basah. 

Cuaca Indonesia saat ini

Menurut Didi, saat ini wilayah Indonesia juga menghadapi fenomena El Nino yang dapat meningkatkan kondisi kering saat musim kemarau. El Nino merupakan fenomena yang dihasilkan oleh interaksi antara atmosfer dan lautan.

Pada saat ini, kondisi atmosfer dan lautan belum sepenuhnya saling memperkuat secara konsisten sehingga sirkulasi El Nino belum sepenuhnya terbangun. Demikian pula kondisi IOD (Indian Ocean Dipole) saat ini masih netral, namun cenderung menguat dalam beberapa bulan ke depan. 

Apabila fenomena IOD positif dan El Nino terjadi bersamaan, maka efek kering musim kemarau cenderung lebih kuat sehingga perlu diwaspadai. “Terutama terkait potensi kekeringan dan karhutla (kebakaran hutan dan lahan),” kata Didi. 

Namun, pengaruh dari fenomena gangguan dan gelombang atmosfer, seperti sirkulasi siklonik, gelombang atmosfer ekuator, MJO dan lainnya juga perlu mendapat perhatian karena dapat mengubah pola cuaca. Demikian pula pengaruh dari fenomena perubahan iklim yang semakin meningkat dapat menyebabkan perubahan pola cuaca dan musim yang lebih sulit untuk diprediksi. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus