Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Banjir Lahar Tebal 3 Meter dari Gunung Karangetang Tutup Jalan Utama di Siau

Banjir lahar dilaporkan terjadi di Gunung Karangetang Kamis, 13 Juni 2024.

14 Juni 2024 | 21.26 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Asap putih keluar dari puncak Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, Rabu, 6 Februari 2019. Asap putih bertekanan disertai guguran material vulkanik dari kawah bagian utara masih mendominasi aktivitas erupsi efusif Gunung Karangetang. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Banjir lahar terjadi di Gunung Karangetang Kamis, 13 Juni 2024. Gunung api yang berlokasi di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara, ini berstatus Waspada atau Level II sejak November tahun lalu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid mengungkapkan banjir lahar di Sungai Batuawang Kelurahan Bebali, Kecamatan Siau Timur, pada Kamis sore, pukul 17.30 waktu setempat. "Lahar menutup jalan utama Ondong-Ulu Siau (Kecamatan Siau Timur dan Siau Barat) sekitar 150 meter dengan ketebalan lima sentimeter sampai tiga meter,” kata Wafid dalam keterangannya, Jumat 14 Juni 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Banjir lahar juga disebutkannya terjadi melalui Sungai Nanitu dan Sungai Timbelang  yang berada di bagian barat Gunung Karangetang. Wafid mengatakan, tidak ada kerusakan bangunan dan korban jiwa akibat kejadian tersebut. Sekalipun saat yang bersamaan dilaporkan turun hujan di wilayah tersebut. “Pada pukul 15:30 WITA terjadi hujan gerimis hingga deras di sekitar Pos Gunung Api Karangetang,” kata dia.

Badan Geologi masih menetapkan status aktivitas Gunung Karangetang pada status Level II atau Waspada. Begitu juga rekomendasi zona bahaya tak berubah, yakni dalam radius 1,5 kilometer dari kawah utama dan Kawah Utara serta sektoral 2,5 kilometer pada arah barat daya dan selatan.

Potensi bahaya, diingatkan, mungkin terjadi karena material hasil erupsi yang masih terakumulasi di lembah-lembah jalur luncuran/guguran lava. "Hal ini berpotensi terjadinya guguran material lava ke bagian hilir sehingga perlu kewaspadaan masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai terhadap lahar di waktu hujan deras di puncak atau musim penghujan,” kata Wafid.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus