Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Semarang - Berlembar-lembar kain bahan produksi kaus milik Golbi Nadifi Said, 30 tahun, warga Perumahan Dinar Indah Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang Kota Semarang terendam air bercampur lumpur pada Jumat sore, 6 Januari 2023. Sungai Pengkol di sebelah perumahan itu tiba-tiba meluap dan menggenangi permukiman tempat tinggalnya. Ketinggian air banjir mencapai atap rumah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Golbi sehari-hari menjalankan usaha konveksi di rumahnya. Hari itu dia mengerjakan sejumlah pesanan dari pelanggannya. Namun, kain-kain yang telah dia potong sesuai pola kotor terendam air bercampur lumpur. Banjir juga merendam barang-barang lain di rumahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia lantas membatalkan sejumlah pesanan kaos yang telah dikerjakan. Bahan-bahan miliknya dinilai tak lagi layak untuk dijahit menjadi kaos. "Terpaksa saya batalkan. Pelanggan saya persilakan untuk memesan di tempat lain," kata dia.
Lantaran banjir tersebut istri dan anaknya mengungsi. Sebab, permukiman itu menjadi penuh lumpur setelah diterjang banjir. Sementara, bersama lelaki lain sesama penghuni perumahan, dia tetap berada di sana untuk berjaga.
Banjir yang hanya berlangsung sekejap kemudian surut itu juga merenggut korban jiwa. Seorang warga terjebak di dalam rumah ketika banjir datang. Korban dalam kondisi sakit dan di rumah seorang diri ditinggal kerja oleh saudaranya. Jazadnya dievakuasi oleh petugas setelah air surut.
Selang kurang dua pekan, banjir bandang kembali melanda perumahan itu. Warga sebelumnya telah membersihkan rumah mereka dari lumpur dan sampah dipaksa kembali mengungsi.
Kejadian itu menjadi rentetan banjir yang menggenangi Kota Semarang pada awal 2023. Sejak hari terakhir 2022 banjir telah mengepung Kota Semarang. Hampir semua jalan protokol dan pemukiman di Ibu Kota Jawa Tengah ini direndam air hingga satu meter lebih.
Jalan Kaligawe Kota Semarang menjadi titik terparah yang direndam banjir. Sejumlah kendaraan besar seperti truk dan bus mogok karena mesin tergenang air. Butuh waktu berminggu-minggu banjir di jalur nasional Pantai Utara atau Pantura itu surut. Warga yang hendak melintasi kawasan tersebut, seperti ke Rumah Sakit Sultan Agung, dibantu relawan naik perahu karet.
Banjir juga merendam Stasiun Tawang dan jalur kereta api. Akibatnya sejumlah perjalanan kereta terganggu. Banjir juga menyebabkan 13 perjalanan pesawat dari dan menuju Bandara Internasional Ahmad Yani Kota Semarang ditunda. Pasalnya akses menuju bandara direndam banjir.
Foto udara sejumlah warga dan relawan BPBD Kota Semarang menyisir Perumahan Dinar Indah yang terendam banjir bandang di Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Jumat 6 Januari 2023. Banjir bandang yang mencapai 2,5 meter itu menyebabkan satu korban jiwa dan sekitar 45 kepala keluarga di perumahan tersebut mengungsi akibat luapan Sungai Babon-Pengkol yang tak mampu menampung debit air hujan berintensitas tinggi pada Jumat sejak pukul 13:00 WIB serta adanya tanggul yang jebol pada pukul sekitar 15:30 WIB. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Sebelumnya, banjir juga melanda wilayah Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Hujan mengguyur wilayah Kota Semarang sejak pukul 15.00 pada Ahad, 6 November 2022 lalu. Kecamatan Ngaliyan berada di wilayah atas Ibu Kota Jawa Tengah itu. Hingga petang menjelang, hujan tak kunjung reda.
Saat hujan masih mengguyur, sungai yang melintasi Perumahan Wahyu Utomo Kelurahan Tambakaji Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang tiba-tiba pasang. Awalnya air meluber menembus pembatas antara jalan dan sungai. Jalan Wahyu Asri Selatan di RT 9 RW 6 Kelurahan Tambakaji tersebut dalam sekejap tergenang.
Debit air bercampur lumpur itu semakin membesar dan menerjang apa saja yang dilewati. "Datangnya tiba-tiba, surutnya juga cepat," ujar Putri, 25 tahun, warga perumahan itu. "Terus arusnya gede, terus menghanyutkan semuanya."
Mobil milik Putri turut menjadi korban banjir bandang. Mobil jenis sedan tersebut hanyut dibawa arus banjir. Awalnya, mobil itu diparkir di seberang jalan depan rumahnya. Lokasi parkir tepat berada di samping aliran sungai.
Tak hanya kendaraan Putri, mobil milik warga lain di perumahan tersebut juga diseret banjir. Empat mobil itu kemudian ditemukan berada sekitar dua kilometer dari lokasi semula. Ketika ditemukan, kondisi mobil telah rusak. Seluruh kacanya pecah, bodi penyok, dan kabin dipenuhi material lumpur bercampur batu.
Di lokasi permukiman juga ditemukan banyak mobil tak luput dari terjangan banjir. Di Beringin Baru Kelurahan RT 10 RW 8 Kelurahan Tambakaji, ada tiga rumah warga yang jebol dihantam banjir. "Barang-barangnya hilang semua," kata Faizin, 50 tahun, salah seorang warga Beringin Baru.
Tambang galian C
Tak jauh dari Perumahan Wahyu Utomo, di sebelah atasnya, terdapat tambang galian C. Berdasarkan citra satelit Google, tambang itu muncul pada 2013. Dua tahun sebelumnya, lahan di sebelah tanjakan Silayur Jalan Prof Hamka itu masih tampak hijau.
Pengerukan material tanah dari kawasan itu masih berlangsung hingga kini. Setiap hari truk dump keluar masuk kawasan. Akibat aktivitas itu jalan Prof Hamka mengalami kerusakan tepat di akses masuk area pertambangan. Aspal jalan bergelombang dan berlubang karena dilintasi truk bermuatan material.
Padahal, pada jalan yang menghubungkan Kota Semarang bawah dan Kabupaten Kendal itu dilarang dilintasi kendaraan dengan berat 8 ton ke atas mulai pukul 05.00 sampai 23.00. Namun, selama ini truk dari lokasi pertambangan dan kawasan industri di Kecamatan Mijen dibiarkan melintas.
Larangan itu dibuat karena jalan dinilai rawan kecelakaan. Kontur jalan yang menurun dikhawatirkan sopir kendaraan berat tak mampu mengendalikan. Sementara jalur itu cukup sibuk dilintasi warga.
Menurut citra satelit Google, awalnya bukit yang dikeruk berada di sebelah jalan pada 2013. Pengerukan terus dilakukan menjauh dari tepi jalan. Hingga 2023, kawasan yang semula tampak hijau, pada 2010, kini memperlihatkan bekas galian yang menganga.
Pengerukan ini juga hingga tepi sungai yang mengalami banjir bandang dan menerjang perumahan di bawahnya. Bahkan kawasan di seberang kali itu juga tampak menyisakan bekas galian.
Aktivitas tambang di Kota Semarang juga terjadi di wilayah Kecamatan Tembalang. Lokasi tambang ini berbatasan dengan Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Tempat ini dikenal oleh warga Kota Semarang dengan sebutan Brown Canyon.
Menurut citra satelit Google, aktivitas tambang telah terjadi pada 2010. Pada tahun-tahun sebelumnya dokumentasi Google tak memperlihatkan dengan jelas kondisi di kawasan itu. Pada 2013, tampak lahan yang dikeruk semakin luas. Bertambah dua kali lipat dibanding tiga tahun sebelumnya.
Penambangan ini juga menyisakan lubang yang digenangi air. Awalnya genangan air tampak kecil dan menyebar. Namun, genangan yang ditimbulkan semakin melebar. Pada 2019 kubangan itu telah mirip rawa atau danau buatan. Pada 28 April 2019 seorang anak tenggelam di kubangan bekas tambang. Jazadnya baru ditemukan keesokan harinya.
Hingga kini, aktivitas tambang di Brown Canyon semakin meluas. Lubang-lubang sisa pertambangan dibiarkan menganga tanpa direklamasi.
Berdasarkan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah atau Perda RTRW Kota Semarang Tahun 2011-2031, tak ada kawasan di Ibu Kota Jawa Tengah ini yang diperuntukkan lokasi pertambangan. Pada Pasal 93 disebutkan pertambangan yang dimaksud adalah minyak dan gas bumi di Kecamatan Tugu.
Namun, klausul itu diubah dalam RTRW yang direvisi pasa 2021. Pada pasal 96 muncul jenis pertambangan baru yaitu batuan. Sejumlah kecamatan diplot untuk pertambangan tersebut yaitu Tugu, Ngaliyan, Mijen, Gunungpati, Banyumanik, Tembalang, Pedurungan, dan Genuk.
Dua lokasi pertambangan yang telah lama operasi di Kota Semarang berada di Kecamatan Tembalang dan Ngaliyan. Mengacu Perda RTRW yang lama kegiatan itu melanggar. Selain tempat, pertambangan jenis tersebut juga tak ada dalam RTRW Kota Semarang.
Foto udara kondisi banjir bandang yang melanda Perumahan Dinar Indah, Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Semarang, Jawa Tengah, Jumat 6 Januari 2023. Banjir bandang yang mencapai 2,5 meter itu menyebabkan satu korban jiwa dan sekitar 45 kepala keluarga di perumahan tersebut mengungsi akibat luapan Sungai Babon-Pengkol yang tak mampu menampung debit air hujan berintensitas tinggi pada Jumat (6/1) sejak pukul 13:00 WIB serta adanya tanggul yang jebol pada pukul sekitar 15:30 WIB. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Perubahan lain yang diatur dalam RTRW setelah direvisi adalah tentang kawasan resapan air. Kota Semarang memilki luas 39.923 hektare termasuk daratan asli dan reklamasi. Dalam RTRW 2011 Pasal 59, kawasan resapan air di Kota Semarang kurang lebih seluas 433 hektare.
Pasal itu juga mengatur wilayah untuk kawasan resapan air yaitu Kecamatan Tembalang, Banyumanik, Gunungpati, Mijen, Ngaliyan, Gajahmungkur, Semarang Selatan, dan Candisari. Kawasan itu diatur rencananya untuk penghijauan dan sebagai fungsi hutan.
Kemudian dalam RTRW yang telah diubah pada 2021, di pasal yang sama tak ditulis luasan wilayah resapan air. Dalam poin tentang rencana kawasan itu, fungsi hutan juga hilang.
Luasan hutan produksi dalam RTRW juga mengalami perubahan. Pada RTRW yang disusun pada 2011 luas hutan produksi di Kota Semarang kurang lebih 2.171 hektare di Kecamatan Mijen, Ngaliyan, dan Banyumanik. Luas itu menyusut pada RTRW yang diubah 2021 yaitu 1.991,86 hektare.
Wilayah Kecamatan Mijen yang sebelumnya berupa perkebunan, kini sebagian telah berubah. Banyak perumahan elite dibangun di kawasan tersebut dilengkapi pusat perbelanjaan, pendidikan, perkantoran, dan industri.
Alih fungsi lahan
Pakar lingkungan dan tata kota Universitas Islam Sultan Agung Kota Semarang, Mila Karmila, menilai banjir bandang yang terjadi di Kota Semarang dipicu banyak faktor antara lain lantaran model pembangunan tak ramah lingkungan. "Misal, banyaknya perumahan di sekitar Ngaliyan, yang awalnya adalah kawasan hijau," ujar dia.
Menurut dia, pembangunan juga mulai bergeser ke kawasan pinggir seperti Semarang Barat wilayah atas. Hal tersebut menyebabkan alih fungsi lahan yang semula wilayah resapan air kini berdiri bangunan.
Mila menyebut, degradasi luasan wilayah tangkapan air di Kota Semarang, khususnya wilayah atas harus dikendalikan untuk mencegah banjir. "Bagaimana mengendalikan kawasan agar tidak semakin berkurang khususnya di daerah atas," sebutnya.
Kondisi tersebut diperparah adanya kegiatan eksplorasi tanah dari daerah perbukitan di Semarang yang dikeruk. Sejak bertahun-tahun sebelum Pemerintah Kota Semarang mengatur adanya tambang praktik itu telah berjalan. "Keberadaan tambang galian C juga menjadi faktor adanya banjir," ujar dia.
Menurutnya, tambang galian C menyebabkan kerusakan lingkungan di sekitar lokasi eksplorasinya. "Secara langsung hal ini juga berdampak pada kejadian banjir karena lokasi penambangan galian C biasnaya dilakukan di daerah bagian atas seperti Ngaliyan dan Tembalanh," ujar Mila.
Padahal daerah itu merupakan wilayah tangkapan air. Kondisinya yang telah dieksploitasi menyebabkan fungsinya sebagai resapan air tak bekerja optimal. "Fungsi sebagai area tangkapan air akan hilang, berimbas pada air larian, dan mengakibatkan terjadinya banjir," sebut dia.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyebut banjir bandang yang melanda wilayahnya seperti di Perumahan Dinar Indah merupakan kiriman dari kabupaten tetangga. "Kiriman dari atas," ujarnya. Dia tak menanggapi ketika ditanya soal dampak tambang terhadap banjir di wilayahnya.
Selanjutnya, dia mengatakan berencana menebar sumur resapan di wilayah Kota Semarang sebagai upaya mencegah banjir. "Kami akan masukkan ke Peraturan Wali Kota. Jadi nanti jika ada IMB baru, baik perumahan, perkantoran, perhotelan, harus seperti itu," tuturnya.
Pilihan Editor: Daftar Lengkap 38 Provinsi di Indonesia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.