Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kemunculan dua bibit siklon tropis meningkatkan cuaca ekstrem berupa hujan sporadis yang singkat namun deras saat sore. Menurut peneliti klimatologi Erma Yulihastin, bibit siklon itu, 90P dan 99P, sedang terbentuk di Laut Arafura selatan Papua dan Samudera Pasifik bagian timur-selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Bibit siklon 90P baru hari ini terbentuk, kalau 99P sudah sejak dua hari lalu,” katanya kepada TEMPO, Sabtu 8 Januari 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dampak hujan sporadis yang dimaksudnya terjadi di selatan Indonesia, meliputi sebagian Jawa, Bali, Lombok, dan Nusa Tenggara. Khusus peningkatan hujan secara persisten atau menerus dengan intensitas tinggi berpotensi terjadi di wilayah Jawa bagian timur, Bali, Lombok, dan Nusa Tenggara Barat.
Kondisi itu menurut peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN itu, karena terjadi penguatan angin baratan di atas Laut Jawa dan angin utara-an di Selat Makassar yang bertemu di atas Laut Jawa di sebelah utara Bali-Nusa Tenggara Barat. Konvergensi angin itu disertai dengan kelembapan yang tinggi karena sama-sama berasal dari perairan.
Menurut Erma, wilayah Jawa bagian timur, Bali, Lombok, dan Nusa Tenggara Barat juga harus meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi terjadinya badai di laut Jawa yang bersifat persisten dalam durasi lebih dari enam jam mulai malam. "Dan hujan badai di darat yang dapat terjadi sepanjang hari mulai pagi,” kata dia.
Di wilayah Jawa bagian barat dan tengah, hujan deras singkat terjadi karena konvergensi yang disebabkan oleh southerly surge, yaitu fenomena penguatan angin dari selatan Jawa. Southerly surge ini kemudian bertemu dengan angin baratan dari Laut Jawa.
“Southerly surge menjadi fitur utama cuaca selama Januari 2022, sekaligus menjadi faktor utama yang dapat mengakibatkan penjalaran uap air dari selatan terjadi secara intensif,” ujar Erma.
Pergerakan angin dan penjalaran kelembapan dari selatan ini selanjutnya berinteraksi dengan pegunungan di Jawa sehingga menghasilkan hujan di kawasan yang lebih rendah. Pada saat yang bersamaan, terjadi penguatan angin baratan dari Laut Jawa yang mengalami pembelokan menjadi angin dari utara menuju daratan sehingga hujan deras pun dapat terbentuk pada sore.
Potensi terjadinya konvergensi di Jawa bagian barat itu, kata Erma, lebih banyak dikontrol oleh Southerly Surge. Efeknya membuat hujan sporadis marak terjadi di berbagai wilayah yang dimulai dari hujan intensitas ringan di bagian selatan pada siang hari.
Menjelang sore, konvergensi mulai terbentuk karena pengaruh pembentukan angin dari utara sehingga angin gunung bertemu dengan angin laut. "Pertemuan angin tersebut tidak spesifik terjadi di suatu tempat namun memiliki potensi meluas sehingga hujan deras sporadis pun bersifat merata dapat terjadi di sebagian besar Jawa bagian barat," tuturnya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.