Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

lingkungan

BMKG Catat 4 Bencana Hidrometeorologi di Jawa Barat Akibat Cuaca Ekstrem

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG mencatat empat wilayah di Jawa Barat terkena bencana hidrometeorologi di waktu bersamaan pada Senin, 25 Desember 2023. Bencana hidrometeorologi yang dimaksud adalah banjir dan longsor.

26 Desember 2023 | 17.22 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG mencatat empat wilayah di Jawa Barat terkena bencana hidrometeorologi di waktu bersamaan pada Senin, 25 Desember 2023. Bencana hidrometeorologi yang dimaksud adalah banjir dan longsor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto menyampaikan, bencana hidrometeorologi dipicu oleh intensitas hujan yang lebat hingga ekstrem dalam satuan per jam. Hasil analisis BMKG mencatat kalau fenomena ini meningkatkan suplai air ke wilayah utara Jawa Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Empat wilayah yang terkena bencana hidrometeorologi tersebut diantaranya, Kota Bandung. Banjir terjadi di Kelurahan Citeureup dan Kampung Blok Hawu, Cigondewah Hilir. Lalu berlanjut ke Kota Cimahi akibat luapan sungai Ciputri.

Selanjutnya bencana tanah longsor di Desa Salam Mulya Kabupaten Purwakarta, akibatnya satu unit rumah warga tertimpa material longsor. Sementara itu di Kelurahan Balonggede pohon karet tumbang dan menimpa mobil sedan warga serta tiang PJU di Jalan Peta Kota Bandung roboh.

"Kejadian ini dipicu oleh hujan intensitas lebat hingga ektrem. Curah hujan tercatat 70 mm per jam saat kejadian, selain itu juga terdapat pertumbuhan awan hujan di wilayah Jawa Barat," kata Guswanto melalui keterangan yang diterima Tempo, Selasa 26 Desember 2023.

Guswanto menyampaikan, kelembaban udara pada saat kejadian bencana hidrometeorologi di Jawa Barat kemarin, berada di lapisan 850 hingga 700 mb. Angka ini relatif lembab, jika dipersentasekan menjadi 70 sampai 90 persen.

"Labilitas atmosfer saat bencana terjadi berada pada skala lokal secara umum, sedangkan interpretasi citra radar dan satelit di wilayah terdampak terdapat pertumbuhan awan konvektif dengan jenis cumulonimbus," ucap Guswanto.

Lebih lanjut, Guswanto mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana susulan akibat cuaca ekstrem untuk sepekan kedepan. Terutama untuk masyarakat yang berada di wilayah curam atau pegunungan dan tebing.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus