Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuan ke-16 Konferensi Para Pihak Konvensi Keanekaragaman Hayati (COP16 CBD) telah membahas perundingan pada pekan kedua. Dalam perundingan ini, negara-negara kaya akan dihadapkan pada pertanggungjawaban atas seminggu tidak adanya tindakan yang berarti terkait penyaluran dana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat para menteri tiba dan agenda untuk minggu terakhir perundingan keanekaragaman hayati mulai terbentuk, Greenpeace menyerukan agar komitmen untuk menutup kesenjangan pendanaan alam dan untuk memastikan akses langsung ke pendanaan bagi masyarakat adat dan masyarakat lokal segera dipenuhi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pakar Politik Keanekaragaman Hayati Greenpeace Internasional, An Lambrechts, mengatakan COP16 dapat menghasilkan terobosan besar dalam perlindungan alam yang terhambat karena pemerintah berdebat tentang apakah akan menyiapkan dana baru untuk sisa dana yang belum masuk atau tidak.
Para pemimpin, kata An Lambrechts, dapat menunjukkan komitmen mereka terhadap tindakan nyata dengan mendobrak sekat-sekat untuk tindakan iklim-keanekaragaman hayati, akses langsung ke pendanaan bagi masyarakat adat dan komunitas lokal yang melakukan tindakan nyata dalam perlindungan keanekaragaman hayati, perlindungan laut dan hutan, dan mekanisme pembayaran bagi perusahaan yang mendapatkan keuntungan dari informasi digital dari alam untuk akhirnya membayar utang mereka kepada dunia karena mengambil sumber daya alam ini.
Menurut dia, perwakilan industri yang dibayar mahal melakukan upaya terbaiknya untuk merusak kemajuan guna memastikan mereka dapat terus mendapatkan keuntungan dari alam secara cuma-cuma.
"Kita memerlukan lebih sedikit acara promosi besar untuk solusi palsu seperti ‘kredit keanekaragaman hayati’ dan lebih banyak uang baru untuk perlindungan alam yang sebenarnya yang sejauh ini tidak ada. Yang jelas di Cali adalah dunia siap untuk tindakan global terhadap keanekaragaman hayati jika pemerintah dapat memberikan hasil nyata di COP16," kata An Lambrechts dikutip Tempo dari siaran pers Greenpeace, Senin, 28 Oktober 2024.
Wakil Direktur Kampanye Greenpeace Andino (Argentina, Cili, dan Kolombia), Estefanía Gonzalez, mengatakan beberapa hari pelaksanaan COP 16 berlalu tanpa pemenuhan komitmen yang disepakati. Hal ini, kata dia, menghilangkan kesempatan untuk melindungi keanekaragaman hayati.
Menurut dia, negara-negara dengan sumber daya yang lebih besar memiliki kapasitas dan tanggung jawab untuk mendorong perubahan, dengan memenuhi tujuan yang disepakati dan mendukung mereka yang menghadapi dampak terbesar dari hilangnya keanekaragaman hayati.
Estefanía mengatakan Amerika Latin adalah salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati tertinggi di planet ini, jadi ketika negara-negara maju memenuhi tanggung jawab keuangan mereka, mereka tidak hanya mendukung wilayah-wilayah ini tetapi juga menjaga kesejahteraan warga negara mereka sendirinya. "Alam membutuhkan tindakan dan keputusan konkret saat ini untuk memastikan masa depan yang seimbang bagi semua," ucapnya.
Sebelumnya, delegasi Greenpeace berharap pada COP16 bakal melahirkan komitmen untuk menyediakan pendanaan US$ 20 miliar atau setara Rp 311 triliun pada 2025 sebagai implementasi dari kerangka kerja Montreal-Kunming tersebut. Tak hanya itu, dana diharap meningkat setiap tahun setelahnya hingga menjadi US$ 30 miliar pada 2030, dengan akses langsung ke pendanaan disediakan bagi masyarakat adat dan masyarakat lokal.
Pilihan Editor: Rektor ITB Reini Berharap Lulus Cum Laude serta BMKG Prediksi Cuaca Jakarta Berawan di Top 3 Tekno