Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Peristiwa longsor terjadi di Sukabumi dan Cianjur pada Selasa, 3 Desember 2024. Berdasarkan hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Jawa Barat, hujan di daerah longsor tergolong sangat lebat hingga ekstrem.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, hujan dengan durasi cukup lama mengakibatkan sebuah rumah di wilayah Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, terdampak longsor tebing setinggi dua meter hingga mengalami kerusakan berat. Peristiwa itu terjadi pada pukul 11.00 WIB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, hujan dengan durasi lama juga mengakibatkan Sungai Cipalabuan di Desa Palabuhanratu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, meluap sehingga akses jalan menuju tempat berlabuhnya kapal nelayan terganggu pada pukul 13.30 WIB.
Sementara di Cianjur, hujan dengan durasi yang lama membuat tebing sekitar 6 meter longsor sekitar pukul 09.00 WIB. Akibatnya sebuah rumah warga di Desa Talagasari, Kecamatan Sindangbarang, mengalami rusak sedang.
Menurut Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat Rakhmat Prasetia, curah hujan di Sukabumi dari titik pengamatan di Pelabuhanratu tergolong ekstrem, yakni 150,6 milimeter per hari.Sedangkan di Cianjur, dari titik pengamatan Cidaun, terpantau curah hujan dengan kategori sangat lebat, yaitu 112,2 milimeter per hari.
Hujan sangat lebat hingga ekstrem itu dipengaruhi beberapa faktor, seperti anomali suhu muka laut di sebagian wilayah perairan Indonesia yang relatif hangat sehingga mendukung terjadinya penguapan dan penambahan massa uap air di sekitar wilayah Jawa Barat. Sementara tingkat kelembapan udara di wilayah Jawa Barat berkisar 70–98 persen.
Selain itu, menurut BMKG, terpantau bibit Siklon 95W di Laut Natuna Utara dan sirkulasi siklonik terpantau di Samudra Hindia barat daya Banten. Akibatnya, berpengaruh pada pembentukan pola belokan angin (shearline) dan pertemuan angin di sekitar wilayah Jawa Barat. “Kondisi ini dapat meningkatkan pertumbuhan awan konvektif di sekitar belokan dan pertemuan angin, termasuk wilayah Jawa Barat,” kata Rakhmat lewat keterangan tertulis, Rabu.
Adapun berdasarkan interpretasi citra radar dan radar terpantau adanya awan konvektif di perairan selatan Jawa Barat yang menjorok masuk ke wilayah Kabupaten Sukabumi hingga Kabupaten Garut sejak dini hari dengan suhu puncak awan mencapai -69 hingga -75 derajat Celcius. Awan konvektif berangsur meluruh mulai pukul 11.20 WIB. Hal ini mengindikasikan terjadinya hujan sedang hingga lebat sejak dini hari hingga menjelang siang hari di sebagian wilayah Kabupaten Sukabumi dan Cianjur.