Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Hujan Sangat Lebat Hingga Ekstrem Picu Longsor di Sukabumi dan Cianjur

Hujan dengan durasi yang lama di Cianjur membuat tebing sekitar 6 meter longsor sekitar pukul 09.00 WIB dan merusak rumah warga di Desa Talagasari.

4 Desember 2024 | 14.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Peristiwa longsor terjadi di Sukabumi dan Cianjur pada Selasa, 3 Desember 2024. Berdasarkan hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Jawa Barat, hujan di daerah longsor tergolong sangat lebat hingga ekstrem.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan informasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, hujan dengan durasi cukup lama mengakibatkan sebuah rumah di wilayah Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, terdampak longsor tebing setinggi dua meter hingga mengalami kerusakan berat. Peristiwa itu terjadi pada pukul 11.00 WIB.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain itu, hujan dengan durasi lama juga mengakibatkan Sungai Cipalabuan di Desa Palabuhanratu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, meluap sehingga akses jalan menuju tempat berlabuhnya kapal nelayan terganggu pada pukul 13.30 WIB.

Sementara di Cianjur, hujan dengan durasi yang lama membuat tebing sekitar 6 meter longsor sekitar pukul 09.00 WIB. Akibatnya sebuah rumah warga di Desa Talagasari, Kecamatan Sindangbarang, mengalami rusak sedang.

Menurut Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat Rakhmat Prasetia, curah hujan di Sukabumi dari titik pengamatan di Pelabuhanratu tergolong ekstrem, yakni 150,6 milimeter per hari.Sedangkan di Cianjur, dari titik pengamatan Cidaun, terpantau curah hujan dengan kategori sangat lebat, yaitu 112,2 milimeter per hari. 

Hujan sangat lebat hingga ekstrem itu dipengaruhi beberapa faktor, seperti anomali suhu muka laut di sebagian wilayah perairan Indonesia yang relatif hangat sehingga mendukung terjadinya penguapan dan penambahan massa uap air di sekitar wilayah Jawa Barat. Sementara tingkat kelembapan udara di wilayah Jawa Barat berkisar 70–98 persen. 

Selain itu, menurut BMKG, terpantau bibit Siklon 95W di Laut Natuna Utara dan sirkulasi siklonik terpantau di Samudra Hindia barat daya Banten. Akibatnya, berpengaruh pada pembentukan pola belokan angin (shearline) dan pertemuan angin di sekitar wilayah Jawa Barat. “Kondisi ini dapat meningkatkan pertumbuhan awan konvektif di sekitar belokan dan pertemuan angin, termasuk wilayah Jawa Barat,” kata Rakhmat lewat keterangan tertulis, Rabu.

Adapun berdasarkan interpretasi citra radar dan radar terpantau adanya awan konvektif di perairan selatan Jawa Barat yang menjorok masuk ke wilayah Kabupaten Sukabumi hingga Kabupaten Garut sejak dini hari dengan suhu puncak awan mencapai -69 hingga -75 derajat Celcius. Awan konvektif berangsur meluruh mulai pukul 11.20 WIB. Hal ini mengindikasikan terjadinya hujan sedang hingga lebat sejak dini hari hingga menjelang siang hari di sebagian wilayah Kabupaten Sukabumi dan Cianjur.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus