Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan masker sekali pakai penting di masa pandemi Covid-19, tapi limbahnya bisa menimbulkan masalah lingkungan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menghadirkan inovasi teknologi daur ulang limbah masker sekali pakai agar tidak menimbulkan timbunan sampah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) LIPI, Akbar Hanif Dawam Abdullah, mengatakan teknologi yang digunakan cukup sederhana. Bahkan, kata dia, bisa direplikasikan secara cepat sesuai dengan desakan kebutuhan pengelolaan limbah masker disposable saat ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Secara ringkas, proses daur ulang limbah masker berlangsung dalam beberapa tahapan yaitu sterilisasi, ekstrusi, dan pencetakan,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Selasa, 29 Juni 2021.
Proses ekstrusi pada suhu 170 derajat Celcius menghasilkan pellet/bijih plastik. Jika sudah menjadi biji plastik, maka daur ulang hasil limbah masker dapat dibentuk menjadi benda apapun, sesuai dengan yang diinginkan.
Namun, hanya limbah masker sekali pakai yang berasal dari kategori sampah rumah tangga yang dapat diuji coba dalam proses ini. Sementara limbah infeksius dari fasilitas pelayanan kesehatan dan rumah tangga memiliki cara khusus dalam penanganannya. “Masker yang dimaksud adalah bekas pakai masyarakat yang tidak terpapar Covid-19,” tutur Dawam.
Menurut Dawam, masker sekali pakai yang banyak digunakan selama masa pandemi berbahan plastik dan jenis yang banyak ditemui adalah Polipropilen (PP). Jika dibuang begitu saja, masuk bak sampah kemudian sampai ke TPA maka sama saja dengan membuang plastik ke TPA.
“Untuk itu kami menawarkan solusi recycle (daur ulang) menjadi produk-produk yang bermanfaat seperti pot hidroponik, bak sampah, kantong sampah dan lainnya,” kata dia.
Kepala LPTB LIPI, Ajeng Arum Sari, menerangkan pihaknya telah meneliti daur ulang limbah masker dengan metode ekstruksi sejak Mei 2020. Sebagai unit kerja penelitian di bidang teknologi lingkungan, LPTB terbuka bagi semua pihak yang ingin bekerja sama untuk mengatasi limbah masker sekali pakai. “Kami menawarkan solusi berupa konsep teknologi daur ulang, khusus pada masker limbah domestik, non-fasilitas pelayanan kesehatan,” ujar Ajeng.
Dia berharap dengan adanya kerja sama, pihaknya dapat berkontribusi dalam mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan limbah masker. “Kami siap membantu perumusan konsepnya hingga konsultasi teknis dengan perjanjian kerja samanya.”
Selain itu, LPTB juga melakukan alih teknologi sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Saat ini sudah ada organisasi swadaya masyarakat di bidang lingkungan yang mengajukan kerja sama dengan LPTB, yaitu Yayasan Upakara Persada Nusantara.
Baca:
Cerita Dosen Unair Dijemur 2 Jam Saat Penyekatan Jembatan Suramadu