Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu rangkaian World Water Forum ke-10, The Bandung Spirit Water Summit, bakal membahas solusi pengelolaan sumber daya air di pulau-pulau terkecil dan terluar. Forum yang diagendakan pada Selasa, 21 Mei 2024, akan dibuka oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono dan mantan Perdana Menteri Korea, Han Seung-soo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Basuki mengatakan bahwa pengelolaan air terintegrasi di pulau kecil dan terluar diperlukan untuk menghadapi perubahan iklim dan kenaikan muka air laut. Pengelolaan air masih terhambat oleh kendala regulasi, proses pengumpulan data, serta koordinasi antar pemangku kepentingan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Diperlukan kerjasama dalam pengembangan perencanaan strategis,” ujar Basuki di kawasan Nusa Dua, Bali, Ahad,19 Mei 2024.
Ada lima fokus utama dalam agenda Bandung Spirit Water, yaitu air dan perdamaian; perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana; sanitasi dan air untuk semua; keuangan dan pemerintahan, serta generasi muda. Bandung Spirit merujuk pada negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika 1955 yang berkolaborasi dan saling menguntungkan satu sama lain.
Dalam forum tersebut, Pemerintah Indonesia juga menginisiasi pembentukan Center of Excellent atau Pusat Keunggulan Ketahanan Sumber Daya Air dan Perubahan Iklim untuk merumuskan integrasi aspek lingkungan dan sosial ekonomi untuk menghadapi krisis iklim. Menurut Basuki, Pusat Keunggulan itu bisa menampung berbagai keperluan, salah satunya pengembangan teknologi.
Koordinator High-Level Experts and Leaders Panel (HELP), Kenzo Hiroki, mengatakan The Bandung Spirit Water Summit menjadi koridor politik baru untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs). Delegasi yang tergabung dalam HELP, kata dia, mengangkat pembahasan masalah air ke ranah politik solidaritas.
“Di forum ini, para pemimpin negara, organisasi internasional, ahli, serta pemangku kepentingan akan berdialog dan menghasilkan The Spirit of Bandung: a call to action,” kata profesor dari National Graduate Institute for Policy Studies (GRIPS) tersebut.