Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Mamuju - Bencana gempa dianggap telah membuka keran peningkatan jumlah kasus Covid-19 di Sulawesi Barat. Seperti diketahui gempa berkekuatan 6,2 Magnitudo mengguncang Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat, pada 15 Januari 2021. Sebanyak 105 orang tewas, belasan ribu bangunan rusak, dan puluhan ribu jiwa kini mengungsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, Didi Asran, mengatakan kalau sebelum terjadi bencana gempa, yakni pada 6 Januari 2021, tercatat 2.020 kasus positif Covid-19. Angka itu meningkat lebih 100 persen pada 10 Februari 2021 menjadi 4.701 kasus.
"Bahkan, per hari ini jumlahnya sudah mencapai 5.042 orang yang terpapar Covid-19," kata Didi Asran, Jumat 19 Februari 2021.
Ia mengingatkan masyarakat agar tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan. Diakuinya, adanya pengungsian dan menggejalanya masyarakat yang kurang disiplin lagi pascagempa membuka ruang bagi meningkatnya angka positif Covid-19 tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Untuk itu, saya meminta seluruh masyarakat Sulbar agar kembali peduli dan waspada dengan risiko tertular Covid-19," ujarnya sambil menambahkan pemerintah daerah dijanjikannya lebih maksimal menerapkan 3T atau testing, tracing, dan treatment.
Didi Asran menjabat Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan setelah Muhammad Alief Satria, kepala dinas, meninggal karena Covid-19. "Bencana gempa bumi ini memang memberi dampak yang luar biasa," kata dia.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Sulawesi Barat, Safaruddin Sanusi, berdalih, walaupun sosialisasi telah masif dilakukan, namun suasana pascagempa menyebabkan potensi penyebaran penyakit infeksi itu semakin terbuka. Apalagi, lanjutnya, masyarakat tak lagi menggubris bahaya dari virusnya.
"Sekarang karena situasi sudah mulai agak tenang pasacagempa, saya harap masyarakat mulai kembali disiplin menerapkan protokol kesehatan," katanya.