Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Peneliti BRIN: Hujan Ekstrem dan Banjir Ancam Kawasan Sepanjang Pantura

Peneliti BRIN memperkirakan hujan ekstrem dan banjir berpotensi terjadi di sepanjang Pantura. Dipengaruhi oleh Monsun Asia.

7 Februari 2024 | 10.16 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah warga membersihkan sampah-sampah yang terbawa gelombang laut ke daratan di Pantai Salor, Mlonggo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Kamis 29 Desember 2022. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di Pesisir Utara Pulau Jawa untuk mewaspadai gelombang tinggi laut berkisar 1,25 hingga 2,5 meter pada Kamis 29 hingga 30 Desember. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkirakan adanya hujan intensitas tinggi bahkan hujan ekstrem, yaitu lebih dari 100 milimeter, berpotensi terjadi di Pulau Jawa pada dasarian atau sepuluh hari pertama Februari 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat ini hingga 10 Februari mendatang, daerah paling rawan banjir terjadi di sepanjang pesisir utara atau pantura Jawa. "Tapi juga berpotensi meluas ke daratan bagian tengah. Jadi efeknya adalah dapat memperparah banjir, meluas," kata Peneliti Ahli Utama Klimatologi dan Perubahan Iklim di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin, Rabu 7 Februari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Erma, pola temporal hujan berintesitas tinggi hingga ekstrem itu seperti hujan diurnal biasa yang dimulai dari sore hari tapi cenderung persisten atau bertahan hingga malam hari. Selain itu, pola spasialnya juga marak oleh pembentukan squall line atau garis badai petir yang menimbulkan hujan ekstrem disertai angin kencang dan petir. "Ini terjadi pada daerah konvergensi misalnya di Gresik, Sidoarjo, Bangkalan sebagai pusat hujan badai di Jawa Timur," ujar Erma.

Di wilayah Jawa Tengah potensi hujan deras hingga ekstrem cenderung merata dan meluas. Namun intensitas tertinggi terjadi di sepanjang jalur pesisir utara. "Khusus wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, polanya selalu dimulai dari hujan pagi di Banten dan sore di Bogor yang ujungnya menuju Jakarta pada sore hingga malam," tambah Erma.

Menurut Erma, potensi hujan intensitas tinggi bahkan ekstrem hingga 10 Februari 2024 itu karena pengaruh monsun Asia yang diperkuat oleh dua faktor. Pertama, pemanasan suhu permukaan di Laut Jawa yang mengkonsentrasikan kelembapan tinggi. Ini menciptakan daerah konvergensi di selatan ekuator yang berhadapan dengan Laut Jawa, seperti Jawa, Sumatra bagian selatan, dan Kalimantan bagian selatan.

Faktor kedua adalah aktivitas penjalaran gelombang atmosfer ekuatorial Rossby yang kuat dari timur ke barat. Gelombang Rossby, kata Erma, berperan menambah kelembaban yang tinggi dari Samudra Pasifik menuju wilayah konvergensi di Laut Jawa. Kedua faktor tersebut telah menciptakan aktivitas awan dan hujan secara persisten sehingga energi konvektif yang membentuk awan dan hujan selalu tersedia dalam jumlah berlipat-lipat karena mengalami multiplikasi energi. "Inilah yang dapat memicu hujan ekstrem dengan ambang batas terendah yaitu 109 milimeter per hari untuk kawasan Jabodetabek pada saat El Niño seperti saat ini," tambahnya.

ANWAR SISWADI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus