Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gelombang panas atau heatwave terjadi di sebagian wilayah Asia selama sepekan terakhir. Peringatan terhadap kondisi ini turut disematkan oleh Google lewat peramban webnya, dengan memberikan pantauan dan prediksi yang bersumber dari Weather.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ventusky-situs pemantau atmosfer-menunjukkan suhu yang cenderung tinggi dan ditandai dengan warna merah gelap. Terutama untuk wilayah India, Bangladesh, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Filipina. Meskipun suhu di Indonesia juga cenderung tinggi, namun tidak sepanas wilayah di Asia yang lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saat ini beberapa daerah di Indonesia dilaporkan mengalami suhu udara yang tinggi. Fenomena serupa juga terjadi di beberapa negara di Asia Tenggara. Tapi di Indonesia tidak lebih panas dibanding wilayah Asia yang lain," kata Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Didi Setiadi, ketika dihubungi Tempo, Senin, 6 Mei 2024.
Didi menilai, peningkatan suhu udara di beberapa wilayah Asia termasuk Indonesia bukan fenomena yang terjadi tanpa sebab. Kondisi ini salah satunya dipicu oleh posisi semu matahari yang baru saja melintasi garis khatulistiwa. Akibatnya matahari hampir tegak lurus di atas Indonesia dan memicu pancaran radiasi maksimum.
"Indonesia saat ini berada dalam masa peralihan menuju musim kemarau pada Mei ini, sehingga jumlah uap air dan tutupan awan cenderung berkurang. Berkurangnya tutupan awan membuat jumlah radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi semakin tinggi," ucap Didi seraya menyampaikan bahwa hujan masih dapat terjadi walaupun tutupan awan berkurang.
Faktor lain yang mengakibatkan peningkatan suhu di Indonesia sekarang ini, kata Didi, adalah imbas dari perubahan tata guna lahan dan pemanasan di wilayah perkotaan yang berkontribusi pada peningkatan suhu. Ditambah lagi, tahun lalu suhu bumi tercatat sebagai yang tertinggi, selanjutnya April 2024 sebagai bulan terpanas. Sederet faktor itu diklaim Didi menjadi pemicu dan penunjang adanya suhu panas akhir-akhir ini.
Indonesia Belum Masuk Kategori Heatwave
Didi menegaskan bahwa peningkatan suhu udara di Indonesia saat ini tidak layak dinamakan heatwave atau gelombang panas. Sebab gelombang panas ditandai dengan meningkatnya suhu udara ke kategori ekstrem, dengan peningkatan besar dari 5 persen di atas rata-rata dan bertahan selama beberapa hari.
Selain itu, kata Didi, heatwave sangat kecil kemungkinannya terjadi di Indonesia. Ini dipicu oleh geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa dan umumnya memiliki tekanan udara yang rendah. Akibatnya pengaruh rotasi bumi menjadi kecil untuk memicu terjadinya heatwave di Indonesia.
"Di Indonesia proses konveksi cenderung lebih mudah terjadi karena tekanan udara rendah. Sehingga panas dapat lebih mudah tersebar dan tidak terjebak di satu tempat. Lalu untuk sebagian wilayah benua maritim, Indonesia memiliki kandungan air yang besar untuk menyerap panas dengan baik," tambah Didi.