Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tren rekor suhu udara terpanas masih berlanjut. Copernicus Climate Change Service Uni Eropa mencatat April 2024 menjadi bulan kesebelas berturut-turut yang mencatatkan rekor suhu bulanan terpanas sepanjang sejarah pencatatan suhu udara di dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rata-rata suhu permukaan global sepanjang April 2024 yang baru lalu adalah 15,03 derajat Celsius. Angka itu 0,14 derajat di atas rekor April terpanas sebelumnya yang dicatat pada 2016.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Angka itu juga berarti temperatur global rata-rata pada April lalu 1,6 derajat lebih tinggi daripada rata-rata April di periode pra-industri, yakni 1850 sampai 1900. Rata-rata suhu udara global selama 12 bulan ke belakang juga menjadi rekor baru, yakni 1,6 derajat di atas rata-rata di masa praindustri tersebut.
Sebagai bagian dari Perjanjian Paris pada 2015, pemerintahan negara-negara di dunia berjanji berusaha menekan pemanasan global tak lebih dari 1,5 derajat Celsius di atas masa pra-industri. Para ilmuwan iklim belum memandang batasan 1,5 derajat itu terlanggar.
Mereka mensyaratkan angka suhu rata-rata jangka panjang. Meski belum saat ini, angka itu mungkin terjadi pada 2030.
Tidak ada keraguan bahwa peningkatan suhu global jangka panjang itu didorong oleh emisi gas rumah kaca bikinan manusia, seperti karbon dioksida. Fenomena El Nino juga berkontribusi. Seperti pada 2016 lalu, ketika rekor sebelumnya tercipta, juga ada el Nino yang kuat.
"El Nino memuncak di awal tahun kemarin," kata Carlo Buontempo, Direktur Copernicus Climate Service, dalam pernyataannya.
Namun demikian, sementara variasi suhu karena fenomena seperti El Nino selalu datang dan pergi, Carlo menambahkan, "Energi ekstra yang terperangkap dalam atmosfer dan samudera karena meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca akan terus mendorong suhu global menuju rekor-rekor baru."
NEW SCIENTIST