Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Dumai - Badan Restorasi Gambut (BRG) mendorong program revitalisasi ekonomi bagi masyarakat di area lahan bekas terbakar, sebagai upaya restorasi gambut. Salah satunya Desa Bukit Timah, Dumai Selatan, Kepulauan Riau yang melakukan budi daya lebah penghasil madu berjenis Trigona Sp.
"Lokasi ini merupakan bukti, program restorasi gambut dalam bentuk revitalisasi ekonomi berhasil mencegah kebakaran hutan. Ini unik madu kelulut warnanya agak bening, rasanya beda karena ada kecutnya. Konon khasiatnya lebih baik," ujar Kepala BRG Nazir Foead, di lokasi budidaya Taman Wisata Alam Sungai, Dumai, Rabu, 9 Oktober 2019.
BRG memberikan paket revitalisasi ekonomi berupa 50 kotak lebah jenis Trigona Sp yang menghasilkan madu kepada Kelompok Tani Hutan (KTH) Maju Lestari, di desa tersebut. Budidaya lebah penghasil madu memiliki banyak keuntungan, khususnya membantu perekonomian masyarakat setempat.
Selain menghasilkan madu, yang dapat dijual, lebah juga membantu penyerbukan tanaman pertanian. Pemenuhan potensi hasil budidaya lebah madu ini diharapkan bisa dilakukan bersama antara pemerintah dan masyarakat, serta pelaku bisnis. "Dan memberikan solusi menguntungkan terutama untuk restorasi ekosistem gambut tropis Indonesia secara berkelanjutan," kata Nazir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami ingin membantu masyarakat dalam menjaga lahan gambut, bukan hanya melalui pembasahan, tapi masyarakat butuh bantuan untuk kesejahteraan ekonomi, bisa untuk pertanian, perkebunan, peternakan dan bahan wisata."
Wisata Alam Sungai Dumai merupakan hutan konservasi di Kota Dumai dengan luas 4.700 hektare. Sebagian besar tempat tersebut 70 persen adalah lahan gambut, kalau musim hujan bisa menyimpan air, sehingga dapat melindungi Kota Dumai dari kebanjiran artinya memiliki fungsi hidrologis.
Ketua Kelompok Tani Hutan Maju Lestari Binsar Sigalingging menjelaskan bahwa kelompoknya membudidayakan lebah tersebut berkat bantuan BKSDA dan BRG. Menurutnya, budidaya lebah madu ini diharapkan ke depannya lebih sukses lagi.
"Semoga semua bisa sehat sukses selalu dan kami bisa mendapat hasilnya untuk membantu ekonomi kami. Ini sejak 2018, terus kita bikin proposal terus dapat bantuan. Sekarang masih bibit mudah-mudahan tahun depan panen madunya bagus," tutur Binsar.
Saat ini kelompok beranggotakan 15 orang itu memiliki 7 kandang lebah ukuran 10x1 meter dengan masing-masing 10 kotak. Menurut Binsar, harga per kilo lebar bisa mencapai Rp 400 ribu dan bisa menghasilkan 5 kilo per bulan.
"Kandang lebah akan ditambahkan dua lagi, satu kandang keseluruhan itu bisa sampai Rp 10 juta kalau buat. Cara panennya harus disedot pakai alat yang kita buat sendiri menggunakan accu, meskipun belum dikomersialkan, tapi ke depannya akan lebih menguntungkan," ujar Binsar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini