Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Simpang Empat - Sekitar tiga ton ikan larangan Lubuk Landur, Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, mati diduga akibat banyaknya lumpur mengaliri sungai itu sejak Senin malam, 28 Februari 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Pasaman Barat Zulfi Agus di Simpang Empat, Selasa, membenarkan banyak ikan larangan di Sungai Batang Lubuk Landur yang mati. "Data sementara ada sekitar tiga ton ikan jenis garing mati karena banyaknya lumpur bekas longsoran di hulu sungai," katanya, Selasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya, insang ikan terganggu oleh air yang dipenuhi oleh lumpur. "Ikan yang mati langsung dikuburkan sedangkan ikan yang masih hidup dipindahkan ke tempat yang aman," katanya.
Petugas melakukan pemindahan ikan ke anak sungai yang mengalir dekat Surau Lubuk Landur. "Tim kita telah turun mengukur kualitas air untuk penampungan ikan yang masih hidup dan kualitas airnya cukup bagus," sebutnya.
Sementara itu kualitas air Sungai Batang Lubuk Landur masih normal, tetapi masih keruh karena lumpur. "Kami berharap ikan yang masih ada di sungai bisa bertahan," harapnya.
Bupati Pasaman Barat Hamsuardi juga telah datang ke lokasi melihat ikan yang mati dan memberikan arahan agar ikan yang masih hidup diselamatkan.
Saat ini, ikan larangan Lubuk Landur menjadi salah satu daya tarik wisata religi Buya Surau Lubuk Landur yang ramai dikunjungi masyarakat.
Sementara itu Warga Kajai di Kecamatan Talamau, mengungsi ke halaman kantor Bupati Pasaman Barat karena khawatir terjadi banjir bandang yang dipicu hujan lebat dan naiknya air Sungai Batang Nango setelah gempa melanda daerah itu, Jumat lalu.
"Benar, kami merasa takut dengan tingginya hujan di Kajai dan Pinagar. Kami khawatir terjadi banjir bandang, makanya kami pergi mengungsi ke halaman Kantor Bupati Pasaman Barat," kata salah seorang warga Pinagar, Yelmi (53), Senin.
Menurutnya air Sungai Batang Nango dikabarkan mulai naik dengan membawa material longsor seperti kayu dan batu. "Untuk antisipasi kami putuskan mengungsi menuju kantor bupati," katanya.
Hal yang sama dikatakan warga lainnya Inur (49) yang merasa khawatir terjadi banjir bandang. "Kami takut dan memilih mengungsi ke kantor bupati," ujarnya. Mereka memilih mengungsi ke kantor bupati meskipun tidur di teras beralaskan tikar.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Pasaman Barat Edi Murdani Senin malam, 28 Februari 2022 mengatakan tidak terjadi banjir bandang.
Warga, kata Edi, khawatir akan terjadi banjir bandang di Sungai Batang Nango karena usai gempa beberapa waktu lalu air sungai itu kering. Dengan terjadinya hujan lebat pada Senin sore, air sungai itu naik kembali.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.