Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap tahun, tanggal 2 Februari diperingati sebagai Hari Lahan Basah Sedunia. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya ekosistem lahan basah yang memiliki peran vital bagi lingkungan dan kehidupan manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa Itu Lahan Basah?
Lahan basah merupakan ekosistem yang terdiri dari air, baik secara permanen maupun musiman. Contoh lahan basah meliputi rawa laguna, rawa asin, dan terumbu karang. Keunikan ekosistem ini terletak pada vegetasi tumbuhan air yang membedakannya dari bentang alam atau badan air lainnya. Selain itu, lahan basah juga menjadi habitat bagi berbagai spesies hewan air dan darat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lahan basah memiliki berbagai jenis berdasarkan letak dan karakteristiknya, antara lain:
1. Lahan Basah Pesisir: Berada di sepanjang garis pantai dan meliputi mangrove, rawa asin, serta laguna.
2. Lahan Basah Daratan: Berada di pedalaman seperti rawa, danau dangkal, serta tanah gambut.
3. Lahan Basah Buatan: Dibangun oleh manusia untuk keperluan konservasi, pertanian, atau pengendalian air, seperti sawah dan waduk buatan.
Selain sebagai ekosistem yang mendukung kehidupan hewan dan tumbuhan, lahan basah juga memiliki fungsi penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Ekosistem ini berperan dalam pemurnian air dengan menyaring polutan dan limbah, menyerap karbon untuk mengurangi dampak perubahan iklim, serta mengontrol erosi pantai dan mencegah banjir dengan menyerap kelebihan air hujan. Dengan keberadaan lahan basah, kebutuhan karbon dapat lebih terkendali, sehingga turut berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim. Lahan basah sendiri tersebar di seluruh dunia, kecuali di benua Antartika.
Sejarah Hari Lahan Basah Sedunia
Peringatan Hari Lahan Basah Sedunia bermula dari Konvensi Ramsar yang diinisiasi pada tahun 1971 oleh sekelompok pemerhati lingkungan di Iran. Konvensi ini merupakan perjanjian internasional yang bertujuan untuk melindungi lahan basah di seluruh dunia. Hingga kini, lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia, turut memperingati Hari Lahan Basah Sedunia sebagai bentuk komitmen dalam menjaga ekosistem lahan basah.
Di Indonesia, berbagai kawasan lahan basah memiliki status perlindungan, seperti Taman Nasional Berbak di Jambi, Taman Nasional Sembilang di Sumatra Selatan, serta berbagai ekosistem mangrove yang tersebar di pesisir pantai Indonesia. Namun, lahan basah di Indonesia juga menghadapi ancaman seperti konversi lahan untuk pembangunan, pencemaran, serta eksploitasi sumber daya yang tidak berkelanjutan.
Lahan Basah di Indonesia
Yayasan Pantau Gambut menegaskan bahwa ekosistem gambut semestinya menjadi lahan basah yang bisa memberikan kesejahteraan bagi sebanyak mungkin pihak. Nyatanya, ekosistem gambut saat ini dinilai hanya menjadi 'lahan basah' atau sumber mengeruk keuntungan bagi sebagian kecil golongan.
Juru Kampanye Pantau Gambut, Abil Salsabila, mengatakan bahwa ekosistem gambut masih dianggap sebagai lahan mati yang bisa dieksploitasi ketimbang harus direstorasi. Desain pemahaman itu, menurutnya, menjadikan perayaan Hari Lahan Basah Sedunia setiap 2 Februari belakangan justru menjelma menjadi sebuah jargon tanpa makna.
Irsyan Hasyim dan Aulia Ulva berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Strategi Swasembada Pangan Prabowo