Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Atlet Paralayang Elisa Manueke Meninggal, Kecelakaan saat Latihan

Atlet paralayang senior Marsekal Pertama TNI (Purn) dr Elisa Samson Manueke meninggal setelah mengalami kecelakaan saat latihan di Parangtritis, Yogya

20 Maret 2020 | 16.44 WIB

Atlet paralayang senior Marsekal Pertama TNI (Purn) dr Elisa Samson Manueke saat juara dunia paralayang di nomor ketepatan mendarat di ajang PGAWC IV Slovenia, 2017.(Dok. Gendon Subandono)
Perbesar
Atlet paralayang senior Marsekal Pertama TNI (Purn) dr Elisa Samson Manueke saat juara dunia paralayang di nomor ketepatan mendarat di ajang PGAWC IV Slovenia, 2017.(Dok. Gendon Subandono)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Atlet paralayang senior Marsekal Pertama TNI (Purn) dr Elisa Samson Manueke meninggal setelah mengalami kecelakaan saat latihan di Parangtritis, Yogyakarta.

Menurut atlet paralayang nasional, Hening Paradigma, Elisa meninggal dunia di RS Sardjito Yogyakarta, Kamis, 18 Maret 2020, setelah menjalani perawatan selama dua pekan.

"Kronologisnya, saat itu beliau latihan paralayang. Setelah selesai berlatih beliau ingin mencoba gantole. Tapi anginnya dalam kondisi cukup susah. Angin dari kiri cukup kencang. Ada turbolensi juga, sehingga kondisi kurang terkontrol," kata Hening, Jumat, 20 Maret 2020.

"Dampak dari kecelakaan itu menyebabkan beliau mengalami trauma di leher, dada dan kepala. Beliau menjalani perawatan hingga meninggal dunia, Kamis (19/3)," kata atlet peraih medali emas Asian Games 2018 itu.

Menurut Hening, gantole bagi  Elisa Samson Manueke bukan hal yang baru karena sebelum paralayang berkembang, almarhum merupakan atlet gantole. Pria yang tinggal di Bogor, Jawa Barat itu menyebut seniornya itu merupakan atlet multitalent.

"Beliau bukan hanya rekan satu tim, namun juga guru saya dan beliau sudah saya anggap sebagai orang tua. Kita bicara tentang hidup, berlatih paralayang dan itu selalu saya lakukan saat pertandingan," kata atlet berusia 34 tahun itu.

Hening mengaku cukup dekat dengan juara dunia paralayang di nomor ketepatan mendarat di ajang Paragliding Accuracy World Cup (PGAWC) IV Slovenia itu, bahkan dirinya pernah sekamar dengan sang senior saat menjalani beberapa kejuaraan. Diskusi terus dilakukan dengan pria yang pernah memegang rekor lintas alam pada 2012 itu.

"Yang luar biasa dari beliau adalah semangatnya, motivasi membagikan ilmunya kepada teman-teman junior. Itu yang banyak berkesan," kata Hening menambahkan.

Meski merasa kehilangan, Hening mengaku tidak bisa menghadiri pemakaman sang senior di Solo, Jawa Tengah hari ini (Jumat, 20/3), karena di kotanya (Bogor) lagi merebak virus corana. Bahkan sang Wali Kota Bima Arya dinyatakan positif COVID-19.

"Yang bikin saya sedih, pengen banget melayat beliau. Tapi saya berada di lokasi pandemi corona. Saya ragu ke sana. Saya khawatir jadi pembawa," kata Hening.

Marsma TNI (Purn) dr Elisa Manueke merupakan salah satu atlet terbaik Indonesia. Pria yang juga pengurus paralayang Jawa Tengah itu beristrikan mantan atlet paralayang nasional, Lis Andriana. Sang istri juga juara dunia nomor akurasi pendaratan pada 2012, 2013, dan 2014.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus