Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mobil

BYD Punya Baterai Sendiri, Pertimbangkan Pakai Nikel Indonesia

BYD telah mengembangkan baterai mobil listrik modern berbasis Lithium Ferro-Phospate. Baterai ini tidak menggunakan bahan baku nikel.

19 Januari 2024 | 14.01 WIB

Image of Tempo
material-symbols:fullscreenPerbesar
Model display baterai Blade pada chassis sebuah mobil dipamerkan di kantor pusat BYD di Shenzhen, Cina, 20 Desember 2023. TEMPO/Wawan Priyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - BYD meluncurkan tiga mobil listrik di Indonesia, yakni Atto 3, Dolphin, dan Seal, yang mana ketiganya dibekali baterai Blade lansiran BYD dengan basis baterai Lithium Ferro-Phosphate  (LFP). Baterai LFP ini diketahui tidak menggunakan bahan baku nikel, seperti baterai jenis Lithium-ion.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kendati demikian, General Manager BYD Asia-Pasifik Liu Xueliang mengatakan bahwa BYD tidak terbatas pada pembuatan baterai bagi kendaraan listrik, tetapi juga untuk barang elektronik lainnya. Sehingga, BYD mempertimbangkan sumber daya nikel yang ada di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami tahu Indonesia memiliki banyak nikel dan BYD akan mencari lebih dalam dan menganalisa pasar terkait kemungkinan di masa depan (nikel) ini bisa mendukung pengembangan bisnis kami di Indonesia," kata Liu dalam acara Grand Launching BYD di Jakarta, Kamis, 18 Januari 2024.

Video pengujian Blade Battery BYD di Shenzhen:

Menurut Liu, penggunaan baterai LFP pada mobil listrik BYD saat ini dipilih karena bahan bakunya yang aman. Kemudian, dia mengklaim durasi baterai Blade BYD ini bisa mencapai seumur hidup, dengan jarak tempuh hingga 1,2 juta kilometer.

Secara global, saat ini BYD telah memproduksi berbagai macam jenis baterai, mulai dari Lithium-ion, Nickel Manganese Cobalt (NMC), hingga baterai NCM. Baterai-baterai tersebut tidak hanya digunakan pada kendaraan listrik, tetapi juga untuk penyimpanan energi serta barang elektronik lainnya. 

"Teknologi baterai sebenarnya bukan hanya mobil, tapi bisa saja barang lain di lingkungan kita," ujar Liu. 

Diberitakan sebelumnya, penggunaan baterai Lithium Iron Phosphate (LFP) menjadi daya tarik bagi produsen otomotif di tengah mahalnya komponen baterai pada mobil listrik. Penggunaan baterai LFP ini juga disebut bisa mengurangi penggunaan bahan baku nikel dan kobalt untuk baterai.

"LFP lebih murah daripada kobalt dan nikel, dan semua mineral dapat diperoleh di Amerika Utara, yang berarti biaya produksi yang jauh lebih rendah dan rantai pasokan yang lebih aman," kata profesor di Binghamton University New York Stanley Whittingham, dikutip dari laman Reuters.

Pilihan Editor: BYD Kembangkan Baterai Sodium-Ion, Diklaim Sebagai Baterai Masa Depan

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di membership.tempo.co/komunitas pilih grup GoOto

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus