Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Siswa dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Bandar Lampung berhasil melakukan konversi motor listrik Vespa 2 Tak. Motor listrik konversi tersebut ditampilkan dalam pameran Devotion Experience (Dev-X) Kementerian Agama (Kemenag).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Vespa 2 Tak itu berhasil dikonversi menjadi motor listrik oleh dua siswa MAN 2 Bandar Lampung bernama Fuzi Nur Ilahi dan M Angga Yulizar. Keduanya menyebut ide konversi motor listrik ini berawal dari Program Konversi BBM ke motor listrik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kebetulan madrasah kami adalah madrasah keterampilan. Kami dan tim punya ide untuk mengubah Vespa berbahan bakar minyak menjadi berbahan listrik," kata Fuzi dan Angga, dikutip Tempo dari Antara hari ini, Minggu, 7 Januari 2024.
Lebih lanjut Fuzi dan Angga menjelaskan alasan mengapa mereka memilih Vespa 2 Tak sebagai motor yang dikonversi menjadi listrik. Menurut mereka, Vespa 2 Tak memiliki ketersediaan bahan yang banyak.
Siswa kelas 12 MAN 2 Bandar Lampung tersebut memamerkan dua motor listrik konversi Vespa, yang mana spesifikasinya berbeda. Vespa pertama, berwarna biru dan menggunakan aki kering 12 V, 20.2 AH, dengan motor penggerak berdaya 1.500 watt.
Lalu Vespa kedua berwarna merah yang dilengkapi baterai lithium-ion dengan motor berdaya 3.000 watt, setara dengan kekuatan motor Tiger. Pengisian baterainya diklaim bisa sampai empat jam dan mampu menjangkau sekitar 100 km dalam sekali cas.
Guru Keterampilan MAN 2 Bandar Lampung, Abdullah menjelaskan pengerjaan Vespa BBM menjadi motor listrik ini. Menurut dia, untuk konversi mesin memakan waktu 2-3 hari, sedangkan pengerjaan rangka bisa sampai dua minggu.
Dirinya mengklaim banyak pihak yang tertarik untuk membeli. Namun hasil praktik siswa MAN 2 Bandar Lampung ini tidak diperjualbelikan. Biaya pengerjaan motor listrik konversi Vespa itu sendiri diperkirakan habis kurang lebih Rp 40 juta.
"Jika dikerjakan secara massal, mungkin harganya bisa lebih murah lagi," jelas dia.
Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di membership.tempo.co/komunitas pilih grup GoOto