Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PDIP dan PPP punya sejarah panjang dalam pemilu di Indonesia, terutama di masa orde baru. Bahkan pada Pemilu 1997, muncul koalisi lintas ideologis antara pendukung PPP dan massa Megawati (PDI), dalam pemilu 1997.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Maka, muncullah idiom Mega-Bintang saat itu yang berkembang berupa plesetan politik, untuk menyiasati berbagai larangan saat itu. Spanduk semacam "Megang-Bintang", dan idiom-idiom lainnya yang tumbuh di akar rumput.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Semua bermula setelah terjadinya koflik internal PDI antara kepemimpinan Soerjadi dan Megawati Soekarnoputri. Kemudian berbuntut pada Tragedi 27 Juli 1996 atau yang dikebal sebagai Peristiwa Kudatuli, sebagai upaya menjegal PDI Megawati.
PDI versi Megawati ini kemudian tidak diakui keberadaannya oleh pemerintah sehingga tidak bisa mengikuti Pemilu 1997. Kader kemudian banyak menyeberang ke PPP.
Idiom Mega Bintang ini muncul setelah pertemuan antara Megawati dan Ketua DPC PPP Surakarta Mudrick Sangidoe. Saat itu, Mega Bintang bertujuan melawan hegemoni Presiden Soeharto dan Golkar.
Namun, wacana itu akhirnya patah ketika di tingkat elit (DPP PDI versi Mega dan DPP PPP) tidak melakukan negosiasi secara "kelembagaan" sebagai langkah mencapai tujuan kebutuhan masing-masing. Artinya, Mega Bintang semakin terbentuk dari inisiatif massa akar bawah dibandingkan sebagai suatu strategi kepartaian secara sistematis, seperti tercatat dalam p2k.unkris.ac.id.
Koalisi PDIP dan PPP juga terbangun ketika Pilpres 2019 dengan mendukung pasangan Joko Widodo dan KH. Ma'ruf Amin sehingga bukan hal baru dalam jejak rekam kerjasama kedua partai ini. Namun, koalisi ini belum disahkan untuk mewujudkan rangkaian Pemilu 2024 sehingga belum disahkan sebagai gerakan Mega Bintang. Sampai sekarang, baru dilakukan pertemuan biasa antara Ketua PPP dan Ketua PDIP. Adapun, untuk agenda pertemuan kepartaian belum dilakukan secara resmi.
Kini, menuju Pemilu 2024, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PPP, Amri M. Ali menanggapi wacana membangun koalisi antara PPP dan PDIP yang menjadi perkoalisian sangat cair. Namun, jika koalisi PPP-PDIP terjadi, maka hal tersebut mengulang sejarah Mega Bintang reborn.
"Koalisi antara PPP dengan PDIP bukan suatu hal yang baru, melainkan sudah ada Mega Bintang dahulu yang diprakarsai oleh Mudrick Sangidoe dari Solo," kata Amri di Hotel Artho Hotel, Jakarta Selatan pada 18 Maret 2023.
Kemudian pelaksana tugas Ketua Umum PPP Muhammad Mardiono secara resmi mengumumkan hasil keputusan rapat pimpinan nasional (rapimnas) yang digelar sejak Senin, 24 April 2023 lalu di Sleman, Yogyakarta. Mardiono mengungkapkan bahwa PPP mendukung Ganjar Pranowo sebagai capres 2024.
Sebelumnya, PDIP melalui Ketua Umum Megawati Soekarnoputri sudah menetapkan Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024 dari PDI perjuangan.
RACHEL FARAHDIBA REGAR I SDA
Pilihan Editor: PPP Ikut PDIP Dukung Ganjar Pranowo Capres 2024, Ini Profil Plt Ketua Umum PPP Mardiono Wantimpres Jokowi