Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kiki Syahnakri kecewa bukan karena masa tugasnya yang singkat. Ia sebenarnya ingin pasukan PBB itu ditunda masuk ke Tim-Tim sampai ada kejelasan tentang penarikan pasukan TNI. Kiki memastikan bahwa kondisi Tim-Tim sangat rawan sekarang ini. Lulusan Akademi Militer Nasional tahun 1971 berusia 52 tahun ini memang sangat mengenal Tim-Tim. Ia lama berada di Nusa Tenggara Timur dan Tim-Tim di awal karir militernya. Pada 1981, ia menjadi Wakil Komandan Batalyon 744 di Tim-Tim. Pada 1993, orang Karawang ini menjadi Wakil Komandan Resor Militer 164/Wiradharma. Kelebihan yang dimilikinya adalah fasih berbahasa Tetun, bahasa penduduk Tim-Tim. Ia menjabat Komandan Resor Militer 164 setahun kemudian.
"Tersandung" insiden Liquica pada 1995, yang menyebabkan enam orang tewas, Kiki ditarik ke Akademi Militer Magelang, bekas kampusnya, untuk menjabat Komandan Resimen Taruna. Hanya sebentar di sana, Kiki kembali ke Markas Besar Angkatan Darat di Jakarta. Ia sekarang ini masih menjabat Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Darat.
Berikut ini petikan wawancara Mayjen Kiki Syahnakri dengan wartawan TEMPO Darmawan Sepriyossa beberapa waktu lalu.
Situasi Dili sekarang bagaimana?
TNI tidak mengenal istilah "aman terkendali". Saya kira Dili masih rawan. Kota ini kan pusat kegiatan, sehingga potensi bergejolaknya juga paling besar.
Kalau begitu, apa tugas Komando Penguasa Darurat Militer?
Menormalkan kembali kehidupan masyarakat dan menegakkan kembalinya hukum di Tim-Tim. Soalnya, instrumen-instrumen penegakan hukum sipil di sini sudah tidak berdaya. Tugas kami di sini menjaga agar tidak ada lagi penjarahan, pembakaran, dan pembunuhan. Teror dan intimidasi juga harus dihilangkan supaya pemerintahan sipil bisa hidup kembali.
Hasilnya?
Tiga hari lalu (10 September), kami sudah menangkap 25 orang. Selain itu, ada 27 pucuk senjata yang kami rampas dari pengguna yang tak berhak. Di Baucau, ada oknum aparat yang ketahuan membobol toko. Barang bukti dan senjatanya sudah kami sita dan saat ini dia sedang diproses sesuai dengan hukum.
Bagaimana dengan milisi yang bersenjata?
Pasukan pengamanan darurat militer sudah berjaga-jaga di Kota Dili dan sektor lain. Kepada para pemuda prointegrasi, saya tanamkan pengertian bahwa yang diperangi itu tindakan kriminal, bukan mereka. Mereka saya ajak tertib. Tapi saya tegaskan bahwa saya tidak pandang bulu. Siapa pun yang berlaku onar, saya tindak. Tidak ada toleransi. Sebagian dari mereka menerima, sebagian lagi tidak.
Nasib pendukung kemerdekaan bagaimana?
Banyak dari mereka yang sudah lari ke hutan. Jumlah persisnya saya tak tahu. Rasanya mereka tak akan berani masuk ke Dili. Mereka tak punya kekuatan cukup. Toh, secara de jure dan politik, mereka sudah menang. Kalau mereka macam-macam, itu hanya akan menurunkan citra mereka di mata dunia.
Peran TNI dalam proses pengungsian?
Kami hanya mengamankan. Itu wilayah kerja Satuan Tugas Pelaksanaan Penentuan Pendapat di Timor Timur (P3TT).
Betulkah United Nations Mission in East Timor (Unamet) diancam dan perlu dikawal ke mana-mana?
Ini memang hambatan pertama saya. Masyarakat telanjur mengecap Unamet tidak netral. Kelompok prointegrasi juga kadung mengamuk. Ini membuat situasi sulit dikendalikan. Secara fisik, staf Unamet memang terancam. Bengkel dan kantor Unamet di Baucau dibakar. Kalau tidak kami cegah, masyarakat sudah ingin menyerang saat staf lokal mereka dievakuasi ke Australia pada 10 September lalu. Tapi saya beri garansi, sekarang mereka aman. Saat ini tinggal 88 orang yang masih di sini, dan mereka dijaga dua kompi pasukan. Saya yakin itu cukup kuat.
Dalam pengamatan Anda, kelompok prointegrasi ini lebih memusuhi Unamet atau orang Tim-Tim yang prokemerdekaan?
Saya kira sama saja.
Ada kalangan yang masih tak bisa menerima Anda. Mengapa?
Mungkin karena belum ada pengertian. Saya baru saja dari Baucau untuk menemui Uskup Basilio Nascimento. Menurut beliau, rakyat punya persepsi yang salah tentang darurat militer, yang dianggap pasti lebih kejam. Setelah dijelaskan, mereka mengerti. Uskup juga membantu kami bersosialisasi lewat misa. Dan keadaan di Baucau sudah mulai hidup. Toko-toko dan rumah sakit sudah buka. Orang juga mulai bepergian dari satu tempat ke tempat lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo