Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Festival Bahasa Ibu, Cara Kemendikbudristek Mengawetkan Bahasa Daerah

Kemendikbudristek menggelar festival bahasa ibu nasional. Berisi talenta penjaga bahasa etnis dari berbagai wilayah.

3 Mei 2024 | 14.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTIBN) untuk mendukung program revitalisasi bahasa daerah. Agenda itu digelar selama lima hari, pada 1-5 Mei 2024 di The Sultan Hotel and Residence, Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Badan Bahasa Kemendikbudristek, Aminudin Aziz, menyebut festival bahasa ibu sudah masuk dalam program manajemen talenta nasional. “Sehingga para juaranya akan memiliki kebanggaan karena talentanya diakui oleh pemerintah,” ucap Aminudin, dilansir dari laman resmi Kemendikbudristek, Kamis, 2 Mei 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Festival tahunan itu menjadi upaya promosi keragaman bahasa daerah, sekaligus sosialisasi program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) 2024 yang sedang berjalan di tingkat provinsi. Agenda ini digelar bertahap, mulai dari festival tingkat kecamatan, kabupaten dan kota, provinsi, hingga akhirnya level nasional.

Tim Kemendikbud menyeleksi talenta pada bidang dan materi yang dilombakan. Bidangnya mulai dari membaca dan menulis aksara daerah serta puisi, menulis cerita pendek, mendongeng, berpidato, melantunkan tembang tradisi, serta komedi tunggal.

Setelah mengumpulkan peserta dari daerah, Kemendikbudristek menggelar FTBIN pada periode peringatan Hari Pendidikan Nasional. “Untuk meningkatkan kesadaran kita bahwa urusan bahasa daerah adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam pendidikan,” ucap Aziz.

Menurut data Badan Bahasa, FTBIN diikuti oleh 520 peserta dan 38 pendamping dari 25 provinsi. Rapat koordinasi ihwal RBD 2024 juga akan diikuti oleh 353 peserta yang terdiri dari gubernur, bupati, dan wali kota. Rangkaian acara itu juga diikuti banyak pemangku kepentingan dari daerah, termasuk pemerhati bahasa dan sastra, serta perwakilan komunitas lokal.

 

Dijaga Agar Tidak Punah

Pemerintah sebelumnya mengupayakan revitalisasi bahasa daerah agar tidak hilang dari kehidupan masyarakat lokal. Pada Maret 2024, Sekretaris Badan Bahasa, Hafidz Muksin, mengatakan sudah ada 11 bahasa daerah yang punah di Indonesia. Pemerintah berusaha menyelamatkan 25 bahasa daerah yang terancam ikut hilang.

Menurut data kementerian, mayoritas bahasa yang punah ada di bagian timur Indonesia. Contohnya adalah bahasa Tandia di Papua Barat, bahasa Mawes di Papua, bahasa Kajeli atau Kayeli Maluku, bahasa Piru Maluku, bahasa Moksela Maluku, dan lainnya.

Suatu bahasa daerah disebut terancam punah ketika tidak lagi dipakai oleh mayoritas penutur berusia 20 tahun ke atas dan generasi tua untuk berbicara kepada anak-anak. Pemerintah juga mencatat 5 bahasa daerah yang kritis atau yang penuturnya hanya dari kelompok masyarakat berusia 40 tahun ke atas.

Ada juga 19 bahasa dalam kondisi rentan, artinya masih dipakai oleh penutur anak-anak dan generasi tua tapi jumlahnya mengecil. Kemendikbudristek juga ingin merevitalisasi 3 bahasa daerah yang tergolong mengalami kemunduran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus