Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Berita Tempo Plus

<font color=#CC0000>Bom Waktu</font> Noor Din M. Top

Polisi menemukan dokumen penting dalam komputer jinjing milik Noor Din M. Top. Akan ada nama baru.

28 September 2009 | 00.00 WIB

<font color=#CC0000>Bom Waktu</font> Noor Din M. Top
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERAGAM dokumen ditemukan di dalam laptop Noor Din M. Top. Isinya mencengangkan. Ada buku manual aksi teror yang amat terperinci. Ada puluhan nama dan identitas lengkap para pendukung Noor Din di Indonesia. Ada juga penjelasan detail tentang serangan-serangan teror yang sedang disiapkan kelompok ini. Namun yang paling membelalakkan mata adalah dokumen yang menegaskan hubungan klik Noor Din dengan jaringan teroris internasional Al-Qaidah.

”Menurut dokumen itu, Noor Din adalah qoid atau ketua dari Tandzim Al-Qaidah di Asia Tenggara,” kata Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri, dalam keterangan persnya kepada jurnalis di Ruang Rupatama, Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, Kamis dua pekan lalu. Tak hanya nama Noor Din yang disebut dalam dokumen itu. Ibrohim, sang penata bunga Hotel Ritz-Carlton dan pemain kunci di balik aksi bom bunuh diri kembar 17 Juli lalu di hotel itu, juga tercatat sebagai pejabat penting di struktur Al-Qaidah lokal di sini. ”Ibrohim adalah ketua perancang strategi Al-Qaidah di Indonesia,” kata Bambang Hendarso.

Jika dokumen itu otentik, inilah bukti terbaru keterlibatan jaringan internasional dalam aksi peledakan bom di dalam negeri. Memang, suntikan dana Al-Qaidah dalam aksi terorisme di Indonesia sudah tercium sejak Hambali dan kelompok garis keras sempalan dari Jamaah Islamiyah mulai menebar teror di Indonesia lewat aksi bom pada malam Natal sembilan tahun lampau. Namun jejaring itu terputus dengan tertangkapnya Hambali di Thailand pada awal 2004. Bagaimana jejaring teroris di luar negeri bisa kembali menyusup ke Indonesia?

Kematian Noor Din dalam penyergapan mendadak di rumah persembunyiannya di Kepuhsari, Mojosongo, Solo, Jawa Tengah, Kamis dini hari dua pekan lalu, membuka kesempatan bagi polisi untuk menjawab pertanyaan itu. Diburu sejak aksi bom Bali, Oktober 2002, buron nomor wahid asal Malaysia ini sudah beberapa kali lolos dari sergapan. Tiga hari menjelang Idul Fitri, keberuntungannya menguap.

Setelah debu dan reruntuhan sehabis tembak-menembak dibersihkan, tampaklah ”durian runtuh” itu di hadapan tim penyergap Detasemen Khusus 88. Dua buah laptop, satu di antaranya ditemukan dalam ransel yang menempel di punggung Noor Din, alat-alat penyelidikan (surveillance), dan kamera video. Di luar itu, masih ada senjata M16, pistol Beretta, dan 200 kilogram bahan peledak. ”Sekarang semua itu sedang dianalisis,” kata Inspektur Jenderal Nanan Soekarna, Kepala Divisi Humas Mabes Polri.

l l l

NOOR Din mulai aktif ”bermain” di Indonesia menjelang aksi peledakan bom Bali yang pertama, Oktober 2002. Perannya masih sebatas mengantarkan uang US$ 5.000—dari eks Ketua Mantiqi I Jamaah Islamiyah, Hambali, yang saat itu ada di Thailand—kepada Ali Ghufron alias Mukhlas, salah satu perancang utama teror di Bali.

Meski peranannya hanya selintas, Noor Din saat itu sudah menjadi tokoh penting dalam jejaring pelaku teror di Jamaah Islamiyah. Karena itulah, hanya setahun setelah bom Bali pertama, Noor Din langsung naik kelas menjadi perencana serangan. Bom di Hotel JW Marriott, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, pada awal Agustus 2003 adalah hasil karya perdananya.

Pada tahun-tahun pertama aksinya di Indonesia, Noor Din selalu menggunakan aktivis Jamaah Islamiyah sebagai pendukung. Namun, setelah para pemimpin kelompok itu menyatakan keberatan dengan pola aksi Noor Din yang membabi buta, sekitar awal 2004 dia mencari kelompok-kelompok radikal lain yang bisa membantu. Noor Din, misalnya, mendekati kelompok Darul Islam lewat Rois alias Iwan Dharmawan, yang kemudian membantu aksi peledakan bom di Kedutaan Besar Australia, Oktober 2004.

Menurut laporan International Crisis Group, sekitar masa inilah beredar dokumen ”Serial Jihad IV” di kalangan pengikut Noor Din. Dokumen yang diterjemahkan dari bahasa Arab itu menjelaskan cara membentuk tim teror kecil yang bisa bergerak bebas.

Unit dasar dari tim itu—biasa disebut thoifah—terdiri atas seorang ketua dan wakil. Merekalah yang merencanakan serangan dan melatih pelaksana lainnya. Masih menurut dokumen itu, untuk melancarkan serangan, dibutuhkan sedikitnya tiga tim pembantu: tim pengumpulan data (melakukan survei lokasi), tim logistik (menyiapkan bahan bom dan perlengkapan lain), dan tim eksekutor. Sejak itulah, polisi meyakini Noor Din mulai aktif menggunakan struktur seperti itu. Sumber Tempo menjelaskan struktur baru tim Noor Din—mengacu pada dokumen di laptopnya—tidak jauh berbeda. ”Masih mirip-mirip,” katanya.

Nama Al-Qaidah sebenarnya sudah lama digunakan Noor Din. Pada Januari 2006, Kapolri (ketika itu) Jenderal Sutanto, dalam sebuah rapat dengan Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat, mengumumkan ”Tandzim Qaidatul-Jihad untuk Kepulauan Melayu” sebagai nama baru yang digunakan kelompok Noor Din. ”Wilayah operasinya Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Filipina,” kata Sutanto. Namun, sampai polisi menemukan dokumen Noor Din dua pekan lalu, belum pernah ada bukti keras bahwa dia mendapat restu sebagai wakil Al-Qaidah di Asia Tenggara.

”Ada kemungkinan Noor Din yang menyusun strukturnya sendiri, lalu minta restu kepada Al-Qaidah,” kata pengamat terorisme dari International Crisis Group, Sidney Jones, kepada Tempo, pekan lalu. Sidney mengingatkan, jalan Noor Din menuju pusat Al-Qaidah di Afganistan sudah terbuka ketika Ayman al-Zawahiri, tangan kanan Usamah bin Ladin, memuji tiga pelaku bom Bali yang dihukum mati, akhir tahun lalu.

Namun Sidney Jones mengaku tak yakin pengakuan itu dibarengi aliran dana resmi dari Al-Qaidah untuk Noor Din. ”Mungkin memang ada donatur baru dari Timur Tengah, tapi kita tidak tahu apakah itu resmi dari Al-Qaidah,” katanya. Persidangan dua tersangka pelaku teror, Muhammad Jibril dan warga Yaman, Al-Khalil Ali, kelaklah yang akan mengungkap apa yang sebenarnya terjadi. Sumber Tempo di kepolisian hanya menyebut bahwa aliran dana baru untuk kelompok Noor Din ”amat besar dan mengalir terus-menerus”.

l l l

Selain dokumen tentang kaitan sel Noor Din dengan Al-Qaidah di luar negeri, laptop sang buron nomor wahid juga berisi sejumlah data yang penting bagi pengembangan penyidikan polisi. Misalnya saja ada daftar nama orang yang sudah siap membantu Noor Din. Posisi mereka dalam struktur baru jaringan Noor Din juga disebutkan dalam dokumen itu. ”Daftar nama itu disertai keterangan usia dan alamat,” kata sumber Tempo. Namun, karena penyisiran masih berlangsung, nama-nama ini belum bisa dipublikasi.

Polisi juga menemukan sebuah rekaman video rapat persiapan serangan teror baru yang dipimpin langsung oleh Noor Din. Sekali lagi, dengan alasan keamanan, informasi mengenai detail serangan baru ini belum bisa dirilis. ”Yang jelas, mereka sudah membeli tiga mobil sebagai persiapan,” kata sumber Tempo yang melihat rekaman tersebut.

Alumnus Pesantren Ngruki yang kini membina bekas teroris yang sudah bebas, Noor Huda Ismail, menilai sisa jaringan Noor Din masih berbahaya. ”Pengganti Noor Din kemungkinan besar adalah Syaifudin Zuhri bin Jaelani, yang merekrut dua pengebom bunuh diri di Ritz-Carlton dan JW Marriott,” katanya pekan lalu. Dia diduga akan mendapat bantuan dari tiga pengikut Noor Din yang tersisa, yakni Nur Hasbi, Maruto, dan Reno alias Tedi. Sebuah serangan bom sedahsyat bom di Ritz-Marriott, kata dia, cukup direncanakan dan dilakukan segelintir orang.

Sidney Jones punya pendapat lain. ”Sebelum bom Marriott dan Ritz-Carlton 17 Juli, kita tidak pernah dengar nama Syaifudin Jaelani atau Ibrohim,” katanya. ”Jadi, kemungkinan besar yang akan muncul bukan nama yang sudah beredar selama ini.”

Wahyu Dhyatmika, Yophiandi Kurniawan


Antara Johor dan Solo

Lahir di Kota Johor, Malaysia, 11 Agustus 1968, Noor Din Mohammad Top menjemput ajal di Desa Kepuhsari, Kelurahan Mojosongo, Solo, Jawa Tengah, pertengahan September lalu. Sembilan tahun melanglang buana sebagai komandan penebar teror bom, inilah peta perjalanannya.

2000
Bersama Dr Azahari membantu aktivis Komando Penanggulangan Krisis saat konflik Poso, Sulawesi Tengah, terjadi.

2002
JANUARI
Bersama Dr Azahari ke Thailand karena dikejar pemerintah Malaysia. Di sini bertemu dengan Ali Imron dan Hambali, Muchlas, dan Wan Min bin Wan Mat.

JUNI
Berpindah-pindah tempat antara Bukittinggi, Sumatera Barat; dan Pekan Baru, Riau.

SEPTEMBER
Bersama Dr Azahari menemui Muchlas di Lamongan, Jawa Timur, dan Imam Samudra, menyiapkan Bom Bali I.

2003
APRIL
Di Bengkulu bersama Dr Azahari, Sardona Siliwangi, dan Asmar Latin Sani menyiapkan pengeboman JW Marriott.

JULI
Bersama Dr Azahari, Tohir, dan Ismail tinggal di rumah kos mahasiswa di kawasan Cigadung, Bandung.

AWAL AGUSTUS
Pindah ke rumah di Jalan Kemuning Raya, Pejaten Timur, kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

AGUSTUS
Noor Din dan Ismail duluan menyelinap ke Bandung untuk memantau peledakan JW Marriott I. Mereka tinggal di sebuah rumah di Jalan Tamansari, Bandung.

OKTOBER
Bersembunyi di Jalan Kebon Kembang 24A, Bandung.

NOVEMBER
Di Lembang, Bandung Utara. Sinyal teleponnya sempat tersadap.

2004
MEI
Bersembunyi di Blitar dibantu Hasan dan Anshori.

22 JUNI
Menikahi Munfiatun, lalu berbulan madu ke Tretes, Jawa Timur. Menginap di rumah Hassan di Dinoyo, Malang.

JULI
Bersama Dr Azahari bersembunyi di gudang milik Syarifudin Umar alia Abu Fida di Kampung Sidotopo Lor, Surabaya. Akhir Juli Noor Din bersama Munfiatun pindah ke Cikampek, Jawa Barat.

AWAL SEPTEMBER
Bersama Dr Azahari dan Gempur Budi Angkoro alias Jabir bersembunyi di Jalan Raya VI RT 04 RW 09, Kelurahan Cengkareng Barat, Jakarta, menyiapkan serangan bom untuk Kedutaan Besar Australia. Pada bulan yang sama pindah lagi ke Kampung Cisuren, Sukanagara, Cianjur, Jawa Barat.

AKHIR SEPTEMBER
Bersama Dr Azahari bersembunyi di Cikampek, Jawa Barat.

OKTOBER
Berpisah dengan Dr Azahari dan bersembunyi di rumah Joko Triharmanto di Solo.

2005
FEBRUARI-MARET
Bersama Dr Azahari bersembunyi di kantor yayasan yatim piatu milik Joni Ahmad Fauzan di Desa Pacet Gapuk, Kecamatan Pacet, Mojokerto, Jawa Timur.

1 OKTOBER
Di Dukuh Wates Kidul, Desa Tegalrejo, Kecamatan Purwantoro, Wonogiri, Jawa Tengah.

2006
JANUARI
Bersama Subur Sugiarto alias Abu Mujahid, 32 tahun, berada di Terminal Kartasura. Subur ditangkap polisi, Noor Din menghilang.

29 APRIL
Menyiapkan bom di sebuah rumah di Desa Binangun, Wonosobo, Jawa Tengah.

2009
JUNI
Menyiapkan bom di Perumahan Puri Nusaphala, Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat

AGUSTUS
Bersama Ibrahim mencari perlindungan di rumah Muzahri di Temanggung, Jawa Tengah.

16 SEPTEMBER
Bersembunyi lalu digerebek polisi di Solo, Jawa Tengah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus