Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Berita Tempo Plus

<font size=1 color=#FF9900><B>DENSUS 88</B></font><br />Setelah Suara Beretta Terdengar

Mengejar Urwah, polisi mendapat Noor Din M. Top. Kisah di balik penyerbuan tujuh jam di Kepuhsari.

28 September 2009 | 00.00 WIB

<font size=1 color=#FF9900><B>DENSUS 88</B></font><br />Setelah Suara Beretta Terdengar
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIGA hari menjelang Lebaran di Kampung Kepuhsari, Mojosongo, Solo. Gedoran pintu di rumah tetangga Tumini cukup jelas terdengar malam itu. Jam di dinding hampir menunjuk angka sebelas. Perempuan 55 tahun itu sudah berada di kamar tidur. Penasaran, ia bermaksud melongok melalui jendela rumah. Belum sempat mengintip, suara tembakan mengejutkannya. ”Kejadiannya cepat sekali,” kata Tumini.

Keriuhan itu berasal dari rumah milik Totok Indarto, dosen di Solo, yang dikontrak oleh pasangan muda Susilo, 24 tahun, dan Putri Munawaroh, 20 tahun. Sejumlah orang berpakaian serba hitam dengan tameng dan helm pengaman mengelilingi rumah itu. Tumini segera mengetahui bahwa polisi sedang menggerebek rumah kontrakan itu. Atas permintaan polisi, ia memadamkan lampu dan segera menjauh.

Setelah hampir semua penghuni rumah dekat kontrakan itu diungsikan, tembakan berlangsung mulai tengah malam. Sebagian besar lampu di kampung itu mati. Bunyi tembakan sempat terhenti dan kembali terdengar pukul tiga dini hari. Tumini dan warga lain yang berada sekitar 300 meter dari kejadian dikejutkan dengan ledakan keras pukul lima. Ledakan susulan terdengar sejam kemudian.

Mobil jenazah datang. Sejumlah polisi membuat barikade supaya tak ada orang yang mendekati rumah Totok. Polisi tak mengetahui persis siapa yang berada di rumah kontrakan itu. ”Kita hanya diberi tugas menghalau masyarakat yang ingin mendekat,” ujar Kepala Kepolisian Surakarta, Komisaris Besar Joko Irwanto, di lokasi.

Polisi baru masuk ke rumah yang sudah koyak-moyak sekitar pukul tujuh. Dari rumah itu aparat menemukan laptop, bom siap pakai, pistol, senapan, serta delapan karung bahan peledak yang beratnya ditaksir mencapai 200 kilogram.

Polisi mengeluarkan empat mayat dari dalam rumah. Satu mayat wajahnya dalam keadaan rusak. Empat ambulans membawa jenazah ke Bandar Udara Adisumarmo lalu dibawa ke Jakarta. Polisi mencocokkan sidik jari keempat mayat itu setelah tiba di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta.

Kepala Kepolisian Jenderal Bambang Hendarso Danuri memastikan salah satu jenazah itu adalah target operasi polisi selama sembilan tahun. Ada kesamaan di 14 titik pada sidik jari kanan dan kiri. ”Dia adalah Noor Din M. Top,” katanya dalam jumpa pers, Kamis dua pekan lalu.

Tiga mayat lainnya adalah pengontrak rumah, yakni Susilo, Bagus Budi Pranoto alias Urwah, serta Ario Sudarso alias Aji. Polisi telah menetapkan Urwah dan Aji dalam daftar pencarian pada 19 Agustus lalu dalam peristiwa bom Marriott-Ritz.

Tes deoxyribonucleic acid (DNA) memperkuat metode sidik jari. Kepala Pusat Kedokteran Polisi Brigadir Jenderal Eddy Saparwoko mengatakan, contoh DNA diambil dari anak perempuan dan laki-laki Noor Din di Cilacap. Polisi juga mengambil sampel anak Noor Din dari istrinya di Malaysia. ”Anak di Malaysia dan Cilacap mempunyai bapak biologis sama: Noor Din M. Top,” kata Eddy.

Jumat lalu, polisi menetapkan tiga tersangka dalam rangkaian penggerebekan itu. Mereka adalah Rahmat Puji Prabowo alias Bejo dan Supono alias Kedu serta Putri Munawaroh. Ketiganya dianggap menyembunyikan teroris.

Bejo dan Kedu ditangkap beberapa jam sebelum penggerebekan. Munawaroh berada dalam rumah saat penggerebekan dan terluka. Hingga akhir pekan lalu, Munawaroh, yang sedang mengandung tiga bulan, dirawat di Rumah Sakit Polri.

l l l

Tiga hari menjelang Lebaran. Sebagian besar penduduk Kampung Kepuhsari sedang melakukan salat tarawih. Sebuah mobil berhenti di depan rumah gelap. Sebelumnya, mobil itu juga muncul pada sore hari. Tak ada tanda orang di dalam rumah. ”Sepertinya nihil,” ujar sumber Tempo menirukan orang di dalam mobil itu.

Ada sekitar empat orang di dalam mobil itu. Selain itu, ada dua orang yang diborgol. Dua orang itu adalah Bejo dan Kedu. Mereka ditangkap polisi di Pasar Gading, Solo, Rabu siang dua pekan lalu. Beberapa jam kemudian, keduanya menunjukkan tempat bersembunyi teroris yang sedang dicari polisi: Bagus Budi Pranoto alias Urwah.

Sumber Tempo mengatakan, Bejo dan Kedu memberikan keterangan berbelit. Meski demikian, polisi sempat mengintai empat rumah di Kampung Kepuhsari. Beberapa kali mobil polisi berkeliling di kampung itu. Polisi yakin, Urwah berada di rumah kontrakan milik Susilo setelah bertanya-tanya ke sejumlah penduduk.

Menjelang tengah malam, petugas merangsek ke rumah tersebut. Polisi memperkirakan targetnya tak memiliki senjata. Belum masuk ke rumah, terdengar suara tembakan senapan M16. Setelah itu menyusul tembakan pistol Beretta.

Di mobil, Bejo dan Kedu mendengar bunyi tembakan dari dua senjata api jenis berbeda. ”Mereka bergumam bahwa ada Noor Din dalam rumah,” kata sumber itu. Bejo dan Kedu baru menyadari kehadiran Noor Din setelah mendengar tembakan. Mereka mengetahui Noor Din selalu menggunakan Beretta.

Sumber Tempo mengatakan target penggerebekan di Solo itu memang Urwah. Bejo dan Kedu ada kemungkinan juga tak tahu kehadiran teroris asal Malaysia itu. Menurut dia, polisi belum mengetahui posisi Noor Din hingga penggerebekan berlangsung. ”Keberadaannya tak terdeteksi,” ujarnya.

Urwah pernah berhubungan dengan Noor Din pada April 2004. Ia mengenalkan Noor Din kepada Iwan Darmawan alias Rois, yang merekrut pelaku bom bunuh diri Heri Golun. Urwah tak lagi berhubungan dengan Noor Din setelah ditangkap polisi sesudah bom meledak di depan Kedutaan Besar Australia di Kuningan, Jakarta, 2004. Ia dibebaskan beberapa bulan kemudian karena kurang bukti.

Menurut Noor Huda Ismail, alumnus Pesantren Ngruki—kini aktif membina bekas teroris yang telah bebas—Urwah adalah orang yang ramah. Ia beberapa kali bertemu dengan Urwah, terakhir 5 Agustus. ”Saya yakin dia tak pernah lagi berhubungan dengan Noor Din,” katanya.

Noor Huda mengatakan belum memastikan bagaimana pertemuan Noor Din dan Urwah ini. Menurut dia, Noor Din biasanya tak pernah mendekati orang yang sudah ”dipolisikan”. Jaringan Noor Din juga sudah menganggap Urwah antek polisi.

Noor Huda mengatakan Noor Din sepertinya mengubah kebiasaan dengan memakai kembali Urwah. Perubahan pola itu bertujuan untuk mengecoh aparat. Noor Din juga semakin terjepit dan jaringannya semakin sempit. ”Mereka baru menjalin hubungan baru-baru ini,” ujar Nur Huda.

Kepala Kepolisian Jenderal Bambang Hendarso mengatakan, Urwah menjadi target ketika penggerebekan di Jatiasih Bekasi dan Temanggung, 8 Agustus. Urwah diduga ada di Solo tapi kemudian lepas. Sekarang polisi melumpuhkan Urwah dan bahkan mendapat mangsa besar: Noor Din Top. ”Kebesaran Allah di bulan suci Ramadan,” ujar Bambang.

Yandi M.R., Yophiandi (Jakarta), Ukky Primartantyo, Ahmad Rafiq (Solo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus