Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

"mungkin di glodog atau di senen"

Tan sri ghazali shafei, menteri dalam negeri malaysia minta bantuan muangthai, singapura, indonesia dalam menumpas komunis. wawancara tempo dengannya tentang pelarian komunis yang mungkin ada di indonesia.

6 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIBUK menumpas sisa-sisa kaum komunis, Malaysia merasa perlu minta bantuan tetangganya: Muangthai, Singapura dan Indonesia Akhir Juli kemarin, dalam pertemuannya dengan Presiden Soeharto, Menteri Dalam Negeri Malaysia Tan Sri Ghazali Shafi'ie minta agar Indonesia menangkap 25 orang komunis Malaysia yang diperkirakan melarikan diri ke mari. Soal yang sama, dua munggu sebelumnya telah diungkapkan Ghazali di hotel Jakarta Hilton ketika ia menjadi tamu Kapolri Widodo Budidarmo dalam rangka Hari Bhayangkara ke 31. "Nama-nama dan potret mereka telah saya sampaikan kepada polisi Indonesia enam bulan yang lalu," katanya. Keterangan Ghazali itu sendiri, sebulan sebelumnya dimuat secara lengkap dalam koran Malaysia The New Straits Times 30 Juni. Ia menjelaskan panjang lebar tentang "Operasi Planet" yang dilancarkan sejak 5 September 1975. Dan berhasil menangkap $ 6 kader komunis. Mereka tergabung dalam Malayan National Liberation League (MNLL), sebuah organisasi gelap dari Partai Komunis Malaya (CPM). MNLL itu sendiri dipimpin oleh Fong Cong Pik, yang namanya pernah disiarkan oleh Lee Kuan Yew (sekarang PM Singapura) dalam serangkaian pidato radio antara bulan September-Oktober 19GI. Akhir 1962, Malaysia melancarkan operasi besar-besaran, hingga 30 orang komunis, di antaranya Chong Pik, diperkirakan lari ke Indonesia. Chooi Yip Diduga merembes di sekitar Jakarta, beberapa waktu kemudian sebagian menuju kepulauan Riau. Tokoh penting lainnya adalah Eu Chooi Yip yang awal 1965 menyusul Chong Pik ke Jakarta. Ketika G30S/PKI gagal kudeta, Chooi Yip berikut tiga orang lainnya 'ditargkap' pemerintah Indonesia lalu 'dikirim' ke Hanoi. Antara, tahun 1966 -1967, 15 komunis Malaysia yang sembunyi di Indonesia mendarat secara gelap di pelabuhan Changi, Singapura. Mereka juga berusaha kembali ke Malaysia dengan berbagai cara. Antara 1966 - 197, disinyalir adanya kontak antara Chong Pik di Jakarta dan MNLL di Malaysia. Bahkan salilpai 1974 ada hubungan surat-menyurat antara mereka lewat seorang 'pengusaha', Lim Mou Teng, yang juga sering ke Eropa. Masih menurut Menteri Ghazali, dari beberapa komunis yang ditangkap, dikatakan masih ada 25 komunis lagi yang bersembunyi di Indnesia, dipimpin oleh Chooi Yip. Sejauh mana pemerintah Indonesia mengetahui hal ini? Ternyata fihak yang berwenang. dalam hal ini Kas Kopkamtib belum bisa bicara banyak. "Saya akan cek dulu ke Kedutaan Malaysia," latanya awal bulan lalu. Ia juga mengelak pcrtanyaan Said Muchsin dari TEMPO "Persoalannya sedang dipelajari," katanya. Ghazali sendiri ternyata memang tak menghubungi Kopkamtib. Karena soal-soal keamanan di negerinya ditangani oleh kepolisian, maka Ghazali pun rupanya merasa cukup berhubungan dengan Polri. "Di Malaysia kami tak punya badan seperti Kopkamtih itu," katanya minggu lalu di Hotel Borobudur. Tapi fihak Polri pun ternyata juga tak bisa memberi keterangan banyak. "Jangan diartikan mereka sudah positif masuk atau bahkan sampai ke Jakarta," kata Kadispen Polri Brigjen Pol. Hudioro kepada Klarawijaya dari TEMPO. "Mungkin hanya merembes sampai daerah perbatasan saja," tambahnya. Orang BPI Meski pernah 6 tahun bertugas di perbatasan RI-Malaysia sebagai Kasdak di Kalimantan Barat, sampai 1971, tapi Hudioro menunjuk instansi lain. "Silakan tanya Kopkamtib, "katanya. "Sebab soal komunis adalah soal subversi yang ditangani oleh satuan intelejen di bawah koordinasi Kophamtib." Sementara dari fihak Indonesia belum keluar keterangan resmi, sampai minggu lalu Tan Sri Ghazali masih yakin akan dugaannya bahwa 25 komunis Malaysia berkeliaran di sini. Di bawah ini beberapa petikan wawancara singkat TEMPO dengan Mendagri Malaysia itu 27 Juli siang minggu lalu. Mengenakan kaos sport dan sandal, ia duduk santai di kamar 1868 Hotel Borobudur Jakarta. Di meja terbentang peta operasi penumpasan komunis Malaysia. Tanya: Bagaimana sebenarnya persoalan 25 komunis Malaysia yang menurut Bapak bersembunyi di sini itu? Jawab: Itu hanyalah soal kecil saja dari operasi besar menumpas gerombolan komunis Malaysia. Mereka lari ke mari waktu Indonesia masih konfrontasi dengan Malaysia dulu. T: Bapak yakin betul? J: Saya tidak menuduh Indonesia menampung mereka. Saya hanya bertanya kepada Indonesia, ada kemungkinan mereka di sini. Kalau ada tolong ditangkap. Kalau tidak ada ya sudah. Kalau dari keterangan saya di Hotel ! Hilton itu timbul kesan tak enak seolah-olah saya cuma mau 'bikin ramai-ramai', saya menyayangkan cara pemberitaan pers yang tidak lengkap. T: Di mana kira-kira mereka itu bersembunyi? J: Saya tidak tahu. Justru itulah yang saya tanyakan pula. Mungkin di Riau, di penebangan kayu Kalimantan, mungkin di Glodog atau Senen. Indonesia kan begitu luas? Tapi terakhir diketahui di sekitar Riau. Jelasnya, saya minta bantuan Indonesia, sebagaimana saya minta kepada Thailand atau Singapura. Sebagai sesama negara bertetangga dan bersahabat, biasa kan kalau saling bantu-membantu? Saya beritahu atau minta lolong, hingga tugas saya jadi ringan. T: Soal Eu Chooi Yip. Yang tahun 196 ditangkap pemerintah Indonesia, mengapa dikirim ke Hanoi? J: Saya kira ketika itu yang mengirim ke Hanoi adalah orang-orang BPI (Badan Pusat Intelijen) yang ketika itu masih punya kekuasaan. Mungkin sesudah itu malah dikirim ke RRT. Siapa tahu?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus