Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

125 Tahun Lalu Teuku Umar Gugur, di Mana Makamnya?

Tepat 125 tahun lalu, Teuku Umar gugur di medan pertempuran melawan Belanda. Ini lokasi makam dan kisahnya melawan Kolonial Belanda di Serambi Mekah.

11 Februari 2025 | 15.02 WIB

Teuku Umar. wikipedia
Perbesar
Teuku Umar. wikipedia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Teuku Umar, pahlawan nasional Indonesia kelahiran Meulaboh, Aceh yang dikenal sebab perjuangannya melawan penjajahan Belanda dengan taktik gerilya yang mumpuni dan mampu membuat penjajah kewalahan. Hari ini, tepat 125 tahun yang lalu, Teuku Umar gugur membela Tanah Air melawan Kolonial Belanda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Semasa hidupnya, Teuku Umar dikenal sebagai seorang pejuang yang bertaktik cerdas. Ia berpura-pura untuk melakukan kerja sama dengan pihak Belanda. Perjuangannya di Tanah Rencong dan beragam taktik yang dimainkannya dalam melawan Belanda mendapatkan apresiasi. Teuku Umar diberi gelar Pahlawan Nasional dan namanya kini diabadikan menjadi salah satu kapal perang TNI AL.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Teuku Umar adalah anak dari seorang Uleebalang yang bernama Teuku Achmad Mahmud. Lahir pada 1854 di Meulaboh, Aceh Barat. Kakek dari Teuku Umar adalah keturunan Minangkabau, yaitu Datuk Makdum Sati yang pernah berjasa terhadap Sultan Aceh. Datuk Makdum Sati mempunyai dua orang putra, yaitu Nantan Setia dan Achmad Mahmud. Teuku Achmad Mahmud merupakan bapak Teuku Umar.

Dikutip dari Dispersip Kabupaten Kampar, kepribadian Teuku Umar sejak kecil telah dikenal sebagai anak yang cerdas, pemberani, dan terkadang suka berkelahi dengan teman-teman sebayanya. Teuku Umar juga dikenal sebagai orang yang pantang menyerah dan bersifat keras. Namun, dibalik sifat dan kepribadiannya, Teuku Umar tidak pernah mendapatkan pendidikan formal. Walaupun begitu, Ia mampu tumbuh menjadi seorang pemimpin yang kuat, cerdas, dan pemberani.

Ketika perang Aceh terjadi pada 1873, Teuku Umar yang saat itu baru menginjak usia 19 tahun ikut berjuang bersama pejuang-pejuang Aceh lainnya. Pada awalnya, Teuku Umar berjuang mulai berjuang dari kampungnya sendiri yang kemudian dilanjutkan ke Aceh Barat. Di umur segitu, Teuku Umar juga telah diangkat sebagai keuchik (kepala desa) di daerah Daya Meulaboh.

Sementara itu, dalam kehidupan pernikahan, diketahui pahlawan dari Aceh Barat tersebut melakukan beberapa kali pernikahan. Pernikahan pertama dilangsungkan dengan Nyak Sofia saat usianya genap 20 tahun.

Selanjutnya, Teuku Umar menikah kembali dengan Nyak Malighai, puteri dari Panglima Sagi XXV Mukim untuk meningkatkan statusnya. Lalu, sejak saat itu, Ia mulai mengenakan gelar Teuku. Pada 1880 menikahi Cut Nyak Dien, seorang janda yang suaminya, Teuku Ibrahim Lamnga yang meninggal dalam perang. Cut Nyak Dien dan Teuku Umar kemudian berjuang bersama dan memiliki seorang putri bernama Cut Gambang.

Pada 1883, Belanda sempat mengambil jalan damai dengan pasukan Teuku Umar. Namun, keputusan damai tersebut hanya bertahan selama setahun, sebab pada 1884, perang kembali pecah di antara keduanya.

Pada 1893, Teuku Umar menerapkan strategi dengan berpura-pura menjadi sekutu Belanda, yang membuat Cut Nyak Dien marah dan bingung. Taktik ini digunakan untuk mendapatkan kepercayaan dan senjata dari Belanda. Teuku Umar bahkan diangkat menjadi Johan Pahlawan pada 1 Januari 1894 dan diizinkan membentuk pasukan sendiri.

Bergabung dengan Belanda adalah siasat Teuku Umar untuk mencakup perlindungan Aceh secara diam-diam. Sebagai ketidakseimbangan, ia meminta tambahan pasukan dan perlengkapan yang dikabulkan. Namun, pada 30 Maret 1896, Teuku Umar kembali melawan Belanda, membawa serta pasukannya, senjata, amunisi, dan uang.

Didukung dengan kekuatan yang bertambah, ia kembali berjuang bersama rakyat Aceh, didukung oleh Teuku Panglima Polem Muhammad Daud. Akibatnya, banyak korban jatuhan di pihak Belanda. Gubernur Deykerhoff kemudian memerintahkan penangkapan Teuku Umar, yang menyebabkan ia gugur dalam pertempuran di Meulaboh pada 10 Februari 1899.

Dalam perjuangannya melawan penjajah, Teuku Umar gugur sebab terkena peluru yang menembus dadanya. Kepergian Teuku Umar menyisakan luka di hati Cut Nyak Dien dan ia bertekad akan terus melawan Belanda. Teuku Umar pun dimakamkan di gampong Mugo Rayeuk Kecamatan Panton Reu, Kabupaten Aceh Barat, tempat kelahirannya.

Eiben Heizier dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus