Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

60 Tahun Lalu Percobaan Pembunuhan Presiden Soekarno oleh Anggota DI/TII

Soekarno kerap mendapat teror berupa ancaman pembunuhan, salah satunya pada 14 Mei 1962 saat ia salat Idhul Adha di sekitar Istana Negara Jakarta.

15 Mei 2022 | 06.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Soekarno Presiden pertama Indonesia di Jakarta, saat para fotografer meminta waktu untuk memfotonya Presiden Sukarno tersenyum, dengan mengenakan seragam dan topi, sepatu juga kacamata hitam yang menjadi ciri khasnya. Sejarah mencatat sedikitnya Tujuh Kali Soekarno luput, Lolos, Dan terhindar dari kematian akibat ancaman fisik secara langsung, hal yang paling menggemparkan adalah ketika Soekarno melakukan sholat Idhul Adha bersama, tiba tiba seseorang mengeluarkan pistol untuk menembaknya dari jarak dekat, beruntung hal ini gagal. (Getty Images/Jack Garofalo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pasca-Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Presiden Soekarno masih berjuang keras mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pasalnya, muncul berbagai gerakan kelompok tertentu yang berusaha memecah belah. Satu di antaranya pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Latar belakang pemberontakan DI/TII yang diketuai Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, yakni karena ketidakpuasannya terhadap kemerdekaan Indonesia yang masih dibayang-bayangi Belanda. Kartosoewirjo ingin mendirikan negara atas dasar agama (Negara Islam Indonesia).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejumlah percobaan pembunuhan terhadap Bung Karno pun dilakukan, salah satunya yang pernah terjadi pada 14 Mei 1962 atau 60 tahun yang lalu. 

Peristiwa itu bertepatan pada pelaksanaan Salat Idul Adha di lapangan rumput antara Istana Negara dengan Istana Merdeka, Jakarta. Melansir buku Kesaksian tentang Bung Karno, suasana sebelum salat tampak baik-baik saja. Namun, dari baris keempat tiba-tiba terdengar teriakan diiringi bunyi tembakan. Aksi penembakan terhadap Presiden Soekarno pun dilakukan. 

Dari beberapa kali tembakan, tidak ada satupun peluru yang berhasil mengenai tubuh Soekarno. Timah panas justru menyerempet bahu seorang ulama sekaligus Ketua DPR saat itu, Zainal Arifin. Dua korban salah sasaran lainnya, yakni Soedrajat dan Soesilo yang mengalami luka-luka. Keduanya merupakan anggota Detesemen Kawal Pribadi (DKP) Presiden. 

Mangil Martowidjojo dalam Kesaksian Tentang Bung Karno 1945-1967 (1999), mengatakan, sebenarnya telah mendapat informasi mengenai rencana pembunuhan itu satu hari sebelumnya. Berdasarkan informasi itu, ia menempatkan beberapa anggotanya di sejumlah pos di sekitar jemaah, serta memperketat pintu masuk. Namun, upaya pembunuhan itu pun tetap dilakukan.

Belakangan diketahui, para pelaku adalah Sanusi, Kamil, dan Jaya Permana yang merupakan anggota DI/TII. Maulwi Saelan dalam Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa: Dari Revolusi 45 Sampai Kudeta 1965, ketiganya mengaku kesulitan membidik Soekarno. Dengan kata lain, pelaku kesulitan saat membedakan mana Soekarno dan mana yang bukan. Percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno pun gagal. 

Para pelaku kemudian ditangkap dan dijatuhi vonis hukuman mati oleh Mahkamah Angkatan Darat. Setelah peristiwa tersebut, Soekarno tidak pernah salat lagi di tempat terbuka. Selain itu, AH Nasution membentuk pasukan khusus yang tugas utamanya melindungi dan menjaga keselamatan kepala negara dan keluarganya. 

HARIS SETYAWAN 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus