Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tepat hari ini 70 tahun yang lalu diadakan Kongres I Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia atau GMNI, tepatnya pada 23 Maret 1954 di Surabaya dengan dukungan Presiden Sukarno. Momentum inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi GMNI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
GMNI merupakan organisasi kemahasiswaan ekstra kampus aliran nasionalis, dan berasaskan marhaenisme di Tanah Air. Dalam sejarahnya, GMNI merupakan peleburan dari tiga organisasi mahasiswa yang lebih dulu berdiri. Tiga organisasi mahasiswa tersebut yakni Gerakan Mahasiswa Marhaen (berbasis di Yogyakarta), Gerakan Mahasiswa Merdeka (berbasis di Surabaya), dan Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (berbasis di Jakarta).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peleburan tiga organisasi itu merupakan gagasan Ketua Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia, S.M. Hadiprabowo pada 1953, yang kemudian setahun kemudian ia ditetapkan sebagai ketua pertama. Gagasan itu didasari keinginan untuk menyatukan organisasi-organisasi mahasiswa nasionalis.
Kongres pertama tersebut mendapatkan dukungan dari Bung Karno, dan setelah memberikan dukungan dan akhirnya ditetapkan tanggal 23 Maret 1954 sebagai waktu pelaksanaan Kongres pertama GMNI di Surabaya. Kongres pertama ini, kemudian ditetapkan sebagai hari Dies Natalis GMNI sampai saat ini.
Kini, kantor pusat GMNI berada di Jakarta. GMNI memiliki motto 'pejuang pemikir-pemikir pejuang' yang bermakna pejuang rakyat yang selalu memikirkan perjuangan rakyatnya, serta pemikir yang selalu mengabdikan ilmu untuk perjuangan rakyat.
Organisasi ini memiliki lambang berbentuk perisai segi enam. Tiga sudut di atas bermakna trisila marhaenisme yang merupakan ajaran Sukarno dan menjadi ideologi yang dianut organisasi tersebut, yakni:
1. Sosio-nasionalisme, bermakna bahwa GMNI berpaham nasionalisme yang memiliki watak sosial. Nasionalisme yang ditempatkan di atas nilai-nilai kemanusiaan.
2. Sosio-demokrasi, bermakna bahwa GMNI menghendaki demokrasi yang berwatak sosial. Artinya demokrasi politik, tapi juga demokrasi ekonomi. Bukan demokrasi cangkokan yang tidak sesuai dengan akar sejarah dan budaya masyarakat Indonesia. Melainkan demokrasi yang menyelamatkan seluruh kaum marhaen.
3. Ketuhanan yang Berkebudayaan, bermakna bahwa GMNI meyakini eksistensi Tuhan, anggota GMNI merupakan manusia yang theis.
GMNI perlahan menjadi underbow dan berafiliasi menjadi sayap mahasiswa dari Partai Nasional Indonesia (PNI), yang merupakan partai yang dibentuk dan dipimpin Sukarno. Namun setelah rezim Orde Baru membuat kebijakan fusi partai pada 1973, hubungan antara PNI dengan GMNI secara resmi putus. PNI digabung dengan partai nasionalis lain ke dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Dikutip dari laman pagmni.or.id, GMNI sebagai organisasi kader dapat dipastikan menjadi salah satu penghasil tokoh-tokoh terbaik yang menjadi pemimpin-pemimpin bangsa. Adapun tokoh-tokoh nasional yang lahir dari GMNI, yaitu:
- Megawati Soekarnoputri (Presiden Republik Indonesia ke 5 dan ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
- Suko Sudarso (tokoh Partai Nasional Indonesia)
- Bondan Gunawan (mantan Menteri Sekretaris Negara)
- Siswono Yudo Husodo (politisi Partai Golongan Karya)
- Soerjadi (salah satu pendiri Komite Nasional Pemuda Indonesia dan Aktivis 66)
- Taufiq Kiemas (mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia)
- Eros Djarot (budayawan, jurnalis, dan pendiri Tabloid Detik)
- Theo L. Sambuaga (pengusaha dan politisi Partai Golongan Karya)
- Ahmad Basarah (politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
- Antasari Azhar (Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia)
- Arief Hidayat (Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia)
- Soekarwo (Mantan Gubernur Jawa Timur dan politisi Partai Demokrat)
- Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah dan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)
- Djarot Saiful Hidayat (Mantan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)